Pandemi Corona masih menjadi masalah besar. Ada varian baru sampai ledakan kasus di India. Namun demikian, Bill Gates tetap mengutarakan rasa optimis bahwa virus Corona bakal bisa dikendalikan walau memang tak dapat sepenuhnya dilenyapkan.
Beberapa kali pendiri Microsoft itu menyebut bahwa akhir tahun 2022 adalah waktunya kehidupan kembali normal. Dalam pernyataan terbaru, dia tetap mematok tahun tersebut walau mengakui virus Corona takkan sepenuhnya hilang.
"Kita tidak akan dapat membasmi penyakit ini, akan tetap kita akan mampu meminimalisirnya menjadi angka yang sangat kecil pada akhir tahun 2022," kata Gates seperti dikutip detikINET dari Geek Wire, Kamis (29/4/2021).
Landasan rasa optimisme dari Bill Gates itu adalah vaksin seiring waktu akan semakin tersebar luas ke banyak negara. Apalagi negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris semakin agresif memberikan vaksin Corona pada warganya dan persentasenya terus meningkat.
"Pada musim panas ini, AS dan Inggris akan mencapai level vaksinasi yang tinggi dan hal itu akan memberikan lebih banyak vaksin sehingga kita bisa menyebarkannya ke seluruh dunia pada akhir 2021 dan sepanjang 2022," papar dia.
Ia tidak terkejut bahwa negara-negara kaya mendapat vaksin lebih banyak, seperti yang pernah terjadi di masa silam. "Memang biasanya dalam kesehatan global, diperlukan satu dekade vaksin datang ke negara-negara kaya dan kemudian ke negara lebih miskin," lanjutnya.
Namun demikian, dalam vaksin Corona, ia optimistis bisa lebih cepat jarak waktunya. "Dalam tiga atau empat bulan, alokasi vaksin akan menuju ke semua negara yang mengalami epidemi sangat parah," tambah Bill Gates.
https://movieon28.com/movies/scary-stories-to-tell-in-the-dark/
Terkuak! Misteri Suhu Matahari Tembus Sejuta Derajat
- Matahari memang begitu panas. Anehnya lagi, suhu di atmosfernya jauh lebih panas dari permukaan di bawahnya. Lama menjadi misteri, lembaga antariksa European Space Agency mengklaim telah menemukan jawabannya.
Sejak tahun 1930, ilmuwan menemukan bahwa atmosfer Matahari atau Corona, temperaturnya mencapai sekitar 1 juta derajat Celcius. Angka itu jauh lebih panas dari suhu 5.500 derajat Celciys di permukaan Sang Surya.
Sejak lama, misteri itu belum terpecahkan. "Itu masih menjadi masalah besar yang belum terpecahkan dalam hal fisika Matahari," cetus Sarah Matthews, akademisi di University College London yang dikutip detikINET dari BBC.
Nah dalam penelitian terbaru, ESA mengambil data baru dari Solar Orbiter, wahana antariksa yang saat ini mendekati Matahari. Menurut mereka, temuan adanya suar Matahari kecil yang muncul di permukaan Matahari oleh ESA, bisa menjadi jawaban fenomena panasnya atmosfer Sang Surya.
Suar Matahari sendiri adalah letusan singkat radiasi energi tinggi di permukaan Matahari, yang dapat menimbulkan gangguan magnetik dan radio di Bumi. Pakar sebelumnya sudah bertanya-tanya apakah erupsi itu berkaitan dengan fenomena panasnya Corona.
Nah, beberapa waktu lalu, foto yang dijepret Solar Orbiter memperlihatkan semacam lingkaran berwarna kekuningan, seperti kobaran api ukuran kecil di Matahari. Ilmuwan ESA, Daniel Muller, menjulukinya sebagai 'api unggun', yang menyeruak ke corona. Api unggun itu adalah nama lain dari suar Matahari kecil tersebut.
"Suar terkecil ini yang sebelumnya tidak terdeteksi muncul jauh lebih sering dari suar yang besar. Bisa saja pengaruhnya pada pemanasan Corona diabaikan," cetus Regina Aznar Cuadro, ilmuwan dari Max Planck Institute for Solar System Research.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar