- Paula Verhoeven dikabarkan positif COVID-19. Sang suami, Baim Wong, mengaku kebingunan karena sebelumnya Paula tidak menunjukkan gejala dan diketahui sudah pernah terinfeksi.
Baim bercerita ini diketahui saat keluarga berencana liburan ke Bali. Mereka melakukan tes PCR pada tanggal 18 Mei lalu untuk memenuhi syarat perjalanan.
Hasilnya Baim dinyatakan negatif COVID-19, namun Paula positif dengan CT Value 31,32
"Bingung nih makanya kok bisa dua kali positif. Yang kemarin kan enggak ketahuan tuh, nah yang sekarang ketahuan," kata Baim Wong dalam vidoe terbaru di kanal Youtubenya dan dikutip pada Sabtu (22/5/2021).
Di dalam video dijelaskan bahwa Paula saat ini sedang menjalani isolasi mandiri. Ia mengalami gejala ringan pusing dan pilek.
Fenomena dua kali terinfeksi COVID-19 atau reinfeksi sebetulnya jarang terjadi. Tetapi, kemungkinan tetap ada dan diprediksi ahli akan semakin meningkat seiring dengan berlanjutnya pandemi.
Dikutip detikcom dari berbagai sumber, ini berbagai kemungkinan penyebab reinfeksi:
1. Antibodi yang menurun
Saat pertama kali terinfeksi COVID-19, respons sistem imun tiap orang bisa berbeda-beda. Antibodi yang dihasilkan oleh respons awal ini juga kemudian bisa berkurang seiring berjalannya waktu.
"Tingkat imunitas yang rendah setelah infeksi akan sulit untuk disamakan dengan perlindungan pasti dari reinfeksi," tulis peneliti seperti dikutip dari jurnal The Lancet.
2. Varian dan mutan
Beberapa varian virus Corona bisa memiliki mutasi tertentu yang dapat membuat virus dapat menghindari antibodi yang dimiliki oleh sebagian penyintas.
Sebagai contoh varian P1 di Brasil telah dikonfirmasi bisa menyebabkan kasus reinfeksi.
https://trimay98.com/movies/brazilian-cinema-in-the-20th-century/
Ingin Tes Antibodi Setelah Vaksin COVID-19? Catat, Ini Pesan Ahli
Belakangan, marak tren melakukan tes antibodi pasca vaksinasi COVID-19. Sebagian masyarakat berinisiatif ikut tes karena ingin melihat efektivitas vaksin dengan melihat peningkatan kadar antibodi.
Akan tetapi, tes ini pula tak dianjurkan oleh sejumlah pihak lantaran disebut tak bermanfaat. Dalam beberapa kasus, hasilnya malah bikin bingung dan nggak tenang.
Ahli patologi klinik Universitas Sebelas Maret dr Tonang Dwi Ardyanto, SpPK, PhD, FISQua meluruskan, perlu-tidaknya tes antibodi sebenarnya tergantung tujuan dan pemahaman akan fungsi tes.
"Perlu tidaknya tergantung pemahaman yang tepat. Bila belum paham, sebaiknya tidak tes, daripada jadi galau," terangnya pada detikcom, Jumat (21/5/2021).
Menurut dr Tonang, ada 2 fungsi utama tes antibodi COVID. Pertama, mengetahui terjadinya serokonversi yang menandakan tubuh pernah terinfeksi virus Corona.
Kedua, mengetahui potensi kekebalan terhadap infeksi COVID-19 dan melihat kemampuan tubuh dalam menetralisasi virus Corona.
"Tapi kalau merasa belum paham, dan belum siap mental, maka memang sebaiknya tidak periksa antibodi. Agar tidak justru menjadi bingung sendiri," pesan dr Tonang.Ia menyarankan jika masyarakat merasa amat memerlukan, baiknya bertanya dulu pada ahli soal fungsi tes antibodi agar hasilnya tak malah membuat bingung.
Ia menekankan, apapun hasil tesnya tak perlu membuat masyarakat ragu soal efektivitas vaksin. Pasalnya kini, kondisi pandemi masih berlangsung sementara ketersediaan vaksin terbatas.
"Dalam situasi keterbatasan vaksin saat ini, diharapkan kita tidak menjadi ragu atau galau, gara-gara tes antibodi terkait vaksinasi. Karena bisa mendapatkan vaksin saja sudah Alhamdulillah," dr Tonang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar