Setelah mengantarkan modul pertama dari Stasiun Luar Angkasa China pada Kamis (28/4), roket China akan jatuh tak terkendali ke Bumi. Waduh, jatuh ke Indonesia dan bagaimana cara melacaknya?
Roket China yang dimaksud yaitu Long March 5B diprediksikan akan masuk memasuki atmosfer Bumi pada Sabtu malam ini (8/5/2021). Hal yang menjadi perhatian adalah, roket tersebut terbilang besar karena punya tinggi 30 meter dan bobot mencapai 22 ton.
Sejauh ini, roket China kemungkinan akan jatuh ke area tak berpenghuni, mengingat 70% permukaan Bumi itu adalah lautan. Kendati begitu, pemantauan secara online terhadap benda tersebut tetap mesti diawasi.
Sebagaimana dilansir dari Space, ada beberapa laman dan media sosial (medsos) yang bisa jadi acuan detikers untuk mengetahui informasi terkini terkait jatuhnya roket China, yaitu sebagai berikut:
space-track.org
aerospace.org
akun Twitter komunitas antariksa Amerika Serikat, Jonathan McDowell
pengamat langit Gianluca Masi dari Virtual Telescope
n2yo.com
China merancang roket Long March 5B dengan desain unik yang membuat inti pertamanya ikut masuk ke orbit bagian bawah Bumi untuk mengirim muatannya. Dalam kasus ini, muatan yang dibawa roket itu adalah Tianhe, modul utama calon stasiun luar angkasa pertama milik negeri Tirai Bambu ini.
Roket ini telah mati dan tidak bisa dikontrol atau dimanuver. Biasanya roket bisa jatuh terkendali dengan dikontrol oleh tim peluncuran, misalnya dengan menggunakan mesin roket atau mesin pendorong kecil untuk mengarahkannya ke area khusus yang jauh dari area padat penduduk.
Saat ini roket China tersebut mengorbit Bumi secara diagonal dengan kemiringan 41,5 derajat dari ekuator. Artinya, roket ini melewati sebagian besar Bumi, sejauh Chile dan Selandia Baru di bagian selatan dan sejauh New York dan Madrid di bagian utara.
Sebagian besar roket akan terbakar saat memasuki atmosfer. Puing-puing yang tidak terbakar akan tetap utuh dan jatuh bebas ke Bumi.
Ini bukan pertama kalinya roket China jatuh bebas dari luar angkasa. Dalam peluncuran roket Long March 5B lainnya di tahun 2020, puing-puingnya juga jatuh tak terkendali dan menghantam sebuah desa di Pantai Gading.
https://nonton08.com/movies/blood-ritual/
Kominfo Terus Buru Tunggakan Rp 428 Miliar Sampoerna Telekomunikasi
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terus memburu PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (STI) agar membayar Biaya Hak Penggunaan (BHP) Izin Pita Frekuensi Radio (IPFR) yang menunggak selama dua tahun.
Diketahui, PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia belum melaksanakan pembayaran BHP IPFR Tahun Keempat (2019) dan Tahun Kelima (2020). Sementara di sisi lain, perusahaan yang punya merek dagang Net1 Indonesia itu tetap menggelar layanan komersil.
Untuk menyelenggarakan Net1 Indonesia yang mencakup daerah rural tersebut, mereka memanfaatkan pita frekuensi 450 MHz.
PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia adalah pemegang Izin Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler pada pita frekuensi 450 MHz berdasarkan Keputusan Menteri Kominfo Nomor 1660 Tahun 2016 tertanggal 20 September 2016.
"Pada prinsipnya, Kominfo melaksanakan Undang-Undang dan peraturan turunannya. Demikian halnya penerimaan izin telekomunikasi wajib mengikuti aturan yang berlaku," kata Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate kepada detikINET.
Menkominfo menggarisbawahi, kewajiban pembayaran BHP izin frekuensi dalam menggelar layanan seluler ini berlaku untuk semua para penyelenggara jasa telekomunikasi di Indonesia, tidak terkecuali dengan PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia.
"Termasuk PT STI, operator seluler lainnya juga wajib melaksanakan kewajiban BHP frekuensi dengan tertib dan teratur. PT STI diharuskan melaksanakan kewajibannya dan kealpaan membayar BHP frekuensi (yang) berpotensi merugikan penerimaan negara di saat pandemi COVID-19," tuturnya.
https://nonton08.com/movies/all-about-ah-long/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar