Republik Kongo pada hari Senin (1/6/2020) melaporkan kemunculan wabah virus Ebola baru di kota Mbandaka. Hal ini disebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) semakin membebani sistem kesehatan di negara tersebut yang juga tengah menghadapi wabah campak dan COVID-19.
Setidaknya sudah ada enam kasus infeksi Ebola yang terdeteksi. Empat di antaranya meninggal dunia sementara dua lainnya masih menjalani perawatan.
"Kami akan segera mengirimkan vaksin dan obatan-obatan," kata Menteri Kesehatan Kongo, Eteni Longondo, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (2/6/2020).
Sejak tahun 2017 Republik Kongo sudah melaporkan tiga kali wabah Ebola. Republik Kongo juga tengah menghadapi epidemi campak yang sudah membunuh lebih dari 6.000 orang dan COVID-19 yang sudah menginfeksi 3.000, membunuh 71 orang.
Vaksin Ebola hingga saat ini belum mendapat izin edar secara luas sehingga strategi imunisasi massal untuk seluruh populasi tak bisa dilakukan. Otoritas biasanya hanya dapat memberikan vaksin pada kelompok tertentu yang dianggap paling berisiko
"Meski sudah ada beberapa studi yang yang menunjukkan vaksin ini aman dan bisa memberikan perlindungan terhadap virus Ebola, masih perlu studi lanjutan sampai vaksin ini bisa mendapat izin," tulis WHO di situs resminya.
Studi: 1 Dari 10 Pasien Corona dengan Diabetes Meninggal Dunia
Satu dari 10 pasien virus Corona dengan diabetes meninggal dalam tujuh hari pertama. Sedangkan satu dari lima pasien membutuhkan ventilator untuk bernapas. Hal ini diungkapkan dalam sebuah penelitian dari Prancis.
Menurut para ahli kesehatan, diabetes adalah salah satu kondisi kesehatan mendasar yang menempatkan orang pada peningkatan risiko gejala COVID-19 yang lebih parah.
"Sudah diketahui bahwa diabetes bisa meningkatkan risiko infeksi, terutama untuk influenza dan pneumonia," tulis para peneliti.
Dikutip dari CNN, penelitian yang dipublikasikan dalam Journal Diabetologia ini telah mengamati lebih dari 1.300 pasien virus Corona di 53 rumah sakit di Prancis antara 10 Maret dan 31 Maret. Sebanyak 89 persen pasien menderita diabetes tipe 2, 3 persen menderita diabetes tipe 1, dan sisanya memiliki penyakit lain. Mayoritas pasien adalah laki-laki dan usia rata-rata semua pasien dalam penelitian ini adalah 70 tahun.
Pada hari ketujuh penelitian, 29 persen dari pasien menggunakan ventilator atau meninggal. Para peneliti mengatakan 1 dari 5 pasien menggunakan ventilator dan 1 dari 10 telah meninggal, sementara 18 persen berhasil sembuh.
Dari studi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pasien dengan komplikasi diabetes mungkin meninggal dalam waktu seminggu. Mereka juga menemukan bahwa pasien 75 tahun atau lebih tua, berisiko 14 kali lebih mungkin meninggal daripada pasien di bawah 55 tahun, dan pasien berusia 65 hingga 74 tahun tiga kali lebih mungkin meninggal daripada mereka yang berusia di bawah 55 tahun.
Peneliti mengatakan mereka yang menderita sleep apnea dan sesak napas menghadapi tiga kali lipat risiko kematian pada hari ke tujuh. Pasien obesitas dengan diabetes juga lebih mungkin meninggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar