Minggu, 28 Juni 2020

Wisata Luar Angkasa Makin Mendekati Kenyataan

 Virgin Galactic sukses melakukan uji coba lagi penerbangan SpaceShipTwo yang nantinya akan mengantarkan turis menikmati wisata luar angkasa.
Ini merupakan uji penerbangan kedua yang dilakukan perusahaan besutan Richard Branson tersebut. Adapun pencapaian itu dilakukan setelah lepas landas dari Spaceport America di New Mexico, Amerika Serikat (AS).

Tidak seperti uji coba pertama, kali ini Virgin Galactic lebih memfokuskan pada performa pesawat, yang mana pilot menjajal dengan kecepatan tinggi untuk membantu mengevaluasi sistem dan kinerja pesawat.

"Fokus kami untuk tahun ini tetap tidak berubah, untuk memastikan kendaraan dan operasi kami disiapkan untuk layanan penerbangan antariksa secara komersial jangka panjang yang teratur," tutur CEO Virgin Galactic George Whitesides dikutip dari Phys.org, Jumat (26/6/2020).

Pengujian berikutnya, Virgin Galactic akan lebih melibatkan pada penerbangan bertenaga roket. Walau saat ini pengujiannya sudah berada dalam tahap akhir, belum ada pengumuman kapan wisata luar angkasa akan diterbangkan oleh Virgin Galactic.

Mungkin penyebabnya adalah mereka tetap mengutamakan unsur kehati-hatian, sebab menurut pejabat setempat uji penerbangan tersebut harus dianalisis terlebih. Upaya ini agar perjalanan menuju ruang hampa itu berjalan lancar.

Diketahui, SpaceShipTwo yang dikenal VSS Unity diangkut oleh pesawat WhiteKnigtTwo sampai di atas ketinggian 51 ribu kaki atau 15.545 meter. Setelah itu, SpaceShipTwo dilepas yang kemudian melakukan pengujian dan manuver sebelum mendarat kembali.

Untuk menikmati sensasi perjalanan tersebut tidak murah. Virgin Galactic mematok tiket sebesar USD 250 ribu atau Rp3,5 miliar. Kendati begitu, lebih dari 600 orang telah membayar DP untuk jadi penumpang wisata luar angkasa ini.

Kisah Ribuan PS3 yang Disulap Jadi Komputer Super

Pemerintah Amerika Serikat, tepatnya US Air Force (USAF), pernah memborong 1.760 PlayStation 3 (PS3) untuk disulap jadi komputer super. Begini ceritanya...
Pada 2010, USAF atau Angkatan Udara-nya AS punya komputer super terbesar ke-33 di dunia yang disimpan di US Air Force Research Laboratory (AFRL). Komputer bernama 'Condor Cluster' itu mempunyai kekuatan komputasi 500 TFLOP, yang membuatnya jadi komputer interaktif terkencang di kalangan Departemen Pertahanan AS.

Condor Cluster ini dibuat dari 1.760 PS3 yang digabungkan dan menjadi sebuah komputer. Lalu kenapa mereka harus menggunakan PS3? Kenapa bukan membeli komponen yang memang ditujukan untuk sebuah komputer super?

Ternyata alasannya adalah biaya. Proyek Condor Cluster dimulai pada 2006 saat PS3 harganya USD 400, dan pada saat itu, teknologi yang sebanding harganya adalah USD 10 ribu per unit. Condor Cluster secara total membutuhkan biaya USD 2 juta.

Sebagai informasi, PS3 yang dipakai di komputer super ini adalah PS3 versi awal alias yang berbodi tebal, bukan PS3 generasi selanjutnya yang lebih ramping.

Menurut Mark Barnell, Director of High Power Computing di AFRL saat itu, biaya totalnya hanya 5-10% dari biaya yang harus dikeluarkan untuk membangun komputer super dengan komponen yang 'benar'.

Tak cuma biaya, komputer super berbasis PS3 itu pun ternyata efisien dalam penggunaan dayanya. Konsumsi daya Condor Cluster hanya 10% dibanding komputer super yang sebanding.

Condor Cluster ini disimpan di Rome, New York, dan dibuat untuk sejumlah kebutuhan seperti peningkatan kemampuan radar, pemrosesan citra satelit, dan penelitian kecerdasan buatan.

Sayangnya penggunaan PS3 untuk komputer super ini tak bisa dilanjutkan karena Sony menambal 'celah' yang membuat PS3 bisa menjalankan Linux karena masalah keamanan, demikian dikutip detikINET dari Techspot, Sabtu (27/6/2020).
https://kamumovie28.com/sword-art-online-alicization-episode-19-subtitle-indonesia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar