Belakangan ada malware yang menyebar botnet baru yang bisa mengeksploitasi sejumlah celah keamanan di Windows dan menyulap PC korban menjadi penambang kripto dan 'pasukan' untuk serangan distributed denial of services (DDoS).
Malware yang menjadi 'perekrut' botnet ini diberi nama Satan DDoS, namun sejumlah peneliti keamanan mengubahnya menjadi Lucifer agar tak tertukar dengan sebuah ransomware bernama sama, yaitu Satan.
Adalah Unit 42, bagian dari Palo Alto Networks yang mulai mengendus keberadaan botnet ini setelah mereka menemukan sejumlah serangan siber yang memanfaatkan celah keamanan tersebut. Yaitu celah keamanan di framework web Laravel yang bisa dimanfaatkan untuk mengaktifkan barisan kode secara remote.
Malware Lucifer ini awalnya dianggap hanya dipakai untuk menyusupkan penambang mata uang kripto Monero ke komputer korban. Namun kemudian malware ini ternyata juga menyimpan komponen untuk melakukan serangan DDoS, lengkap dengan kemampuan untuk menyebarkan diri sendiri yang memanfaatkan sejumlah celah.
Dalam postingan blognya, Unit 42 'memuji' malware Lucifer ini karena punya bermacam kemampuan yang terbilang mengagumkan.
"Lucifer punya kemampuan yang sangat hebat. Tak cuma bisa menyusupkan XMRig untuk cryptojacking Monero, juga mampu mengoperasikan command and control (C2) dan menyebarkan diri sendiri lewat eksploitasi beberapa celah keamanan dan juga brute forcing kredensial," tulis Unit 42 dalam postingan blognya.
"Selain itu (Lucifer) juga bisa menyusupkan backdoor EternalBlue, EternalRomance, dan DoublePulsar ke korbannya untuk menginfeksi dalam jaringan intranet," tambahnya, demikian dikutip detikINET dari Techradar, Sabtu (27/6/2020).
Meski kini 11 celah keamanan yang sebelumnya dimanfaatkan oleh malware Lucifer sudah ditambal, kebanyakan para penjahat siber ini masih bisa beraksi karena banyak pengguna yang lalai memperbarui sistem keamanan perangkat mereka.
Wisata Luar Angkasa Makin Mendekati Kenyataan
Virgin Galactic sukses melakukan uji coba lagi penerbangan SpaceShipTwo yang nantinya akan mengantarkan turis menikmati wisata luar angkasa.
Ini merupakan uji penerbangan kedua yang dilakukan perusahaan besutan Richard Branson tersebut. Adapun pencapaian itu dilakukan setelah lepas landas dari Spaceport America di New Mexico, Amerika Serikat (AS).
Tidak seperti uji coba pertama, kali ini Virgin Galactic lebih memfokuskan pada performa pesawat, yang mana pilot menjajal dengan kecepatan tinggi untuk membantu mengevaluasi sistem dan kinerja pesawat.
"Fokus kami untuk tahun ini tetap tidak berubah, untuk memastikan kendaraan dan operasi kami disiapkan untuk layanan penerbangan antariksa secara komersial jangka panjang yang teratur," tutur CEO Virgin Galactic George Whitesides dikutip dari Phys.org, Jumat (26/6/2020).
Pengujian berikutnya, Virgin Galactic akan lebih melibatkan pada penerbangan bertenaga roket. Walau saat ini pengujiannya sudah berada dalam tahap akhir, belum ada pengumuman kapan wisata luar angkasa akan diterbangkan oleh Virgin Galactic.
Mungkin penyebabnya adalah mereka tetap mengutamakan unsur kehati-hatian, sebab menurut pejabat setempat uji penerbangan tersebut harus dianalisis terlebih. Upaya ini agar perjalanan menuju ruang hampa itu berjalan lancar.
Diketahui, SpaceShipTwo yang dikenal VSS Unity diangkut oleh pesawat WhiteKnigtTwo sampai di atas ketinggian 51 ribu kaki atau 15.545 meter. Setelah itu, SpaceShipTwo dilepas yang kemudian melakukan pengujian dan manuver sebelum mendarat kembali.
Untuk menikmati sensasi perjalanan tersebut tidak murah. Virgin Galactic mematok tiket sebesar USD 250 ribu atau Rp3,5 miliar. Kendati begitu, lebih dari 600 orang telah membayar DP untuk jadi penumpang wisata luar angkasa ini.
https://kamumovie28.com/sword-art-online-alicization-episode-21-subtitle-indonesia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar