Kamis, 25 Juni 2020

Agar Tak Jadi Penyakit, Begini Seharusnya Makan Mi Instan

Heboh pria asal Bogor berinisial T (32) mengaku divonis dokter tidak bisa lagi makan mi instan untuk selamanya. Menurut T, ini diakibatkan karena dahulu ia terlalu banyak makan mi instan sehingga memicu radang kerongkongan dan dikhawatirkan dokter bisa menjadi kanker.
"Dalam waktu seminggu, gue bisa menghabiskan setengah kardus mi instan baik itu kuah atau goreng. Bahkan, rekor yang pernah gue alami adalah tiga kardus dalam waktu tiga minggu," tulis T dalam postingan di akun Facebook miliknya, Sabtu (20/6/2020).

Dokter gizi dari Rumah Sakit Pusat Pertamina, dr Titi Sekarindah, MS, SpGK, mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengonsumsi mi instan, seperti karbohidrat yang terkandung bisa meningkatkan gula darah dengan cepat. Selain itu, kandungan garam pada bumbu seperti monosodium glutamat (MSG) yang tinggi dapat memicu hipertensi, kegemukan, dan diabetes.

"Pada orang yang normal tetap jangan makan mi instan setiap hari, apalagi sekali makan langsung dua, tapi harus dibatasi setidaknya sekali dalam seminggu karena mi instan itu tidak sehat," kata dr Titi dalam wawancara beberapa waktu lalu.

dr Titi juga menyarankan sebaiknya dalam memilih makanan, pilihlah asupan makanan dengan gizi seimbang, yaitu mengandung karbohidrat kompleks, protein, lemak, dan sayuran daripada harus mengonsumsi mi instan.

Namun, apabila memaksa ingin mengonsumsi mi instan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:

Jangan terlalu sering makan mi instan, maksimal seminggu sekali.
Jangan mengonsumsi air rebusan mi instan. Sebab, kandungan lilin pada mi instan diyakini akan meleleh ketika direbus.
Tambahkan sayuran saat menyajikan mi instan.
Usahakan untuk tidak memakan mi instan bersamaan dengan nasi, karena keduanya sama-sama mengandung karbohidrat. Jadi sebaiknya gabungkan dengan makanan lain seperti protein.

Virus Corona pada Pasien Tanpa Gejala Disebut Bertahan Lebih Lama

 Virus Corona pada pasien tanpa gejala atau asimtomatik disebut bertahan lebih lama dibandingkan pada pasien Corona yang memiliki gejala. Studi China mengungkap hal ini menjadi salah satu penyebab wabah Corona sulit dikendalikan.
"Munculnya pasien OTG ini menyebabkan kesulitan dalam pengendalian epidemi," tulis para peneliti yang dipimpin oleh Huang Ailong, dari Universitas Kedokteran Chongqing, dalam makalah peer-review di Nature Medicine, Kamis lalu.

Tim Huang menemukan bahwa durasi rata-rata lamanya virus Corona bertahan di antara 37 pasien tanpa gejala dalam penelitian Chongqing adalah 19 hari. Disebutkan, lebih lama dari pasien dengan gejala ringan. Dalam satu kasus, adapula pasien Corona tanpa gejala yang baru bebas dari virus setelah 45 hari.

Dikutip dari South China Morning Post, studi ini juga menemukan bahwa pasien tanpa gejala memiliki tingkat antibodi yang lebih rendah daripada mereka yang memiliki gejala. Semua pasien memiliki antibodi yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh untuk menghentikan virus menginfeksi sel.

Namun pasien tanpa gejala hanya memiliki 15 persen antibodi dari tingkat yang ditemukan pada pasien yang memiliki gejala. Beberapa studi baru-baru ini menunjukkan pasien Corona mungkin tidak dapat membangun kekebalan jangka panjang terhadap virus Corona, bahkan beberapa ditemukan kehilangan antibodi setelah mereka pulih.

Studi yang dipimpin Huang melihat hal ini terjadi lebih cepat pada pasien tanpa gejala. Ditemukan bahwa lebih dari 40 persen pasien tanpa gejala tidak lagi memiliki antibodi bahkan sebelum mereka keluar dari rumah sakit.

"Individu tanpa gejala memiliki respons imun yang lebih lemah," kata para peneliti.

Dalam penelitian Chongqing, pasien tanpa gejala lebih dari 20 persen di antara 180 pasien yang semuanya berasal dari distrik Wanzhou. Pasien-pasien itu tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit dari saat mereka dites positif Corona hingga saat terbebas dari penyakit.

Tantangan penelitian tentang penularan asimtomatik adalah bahwa beberapa pasien mungkin presimtomatik. Pasien presimtomatik adalah mereka yang awalnya tidak memiliki gejala tetapi akan mengalami gejala setelahnya. Mereka biasanya bisa menyebarkan virus Corona sebelum gejala muncul.

Menurut studi presimtomatik dapat memiliki masa inkubasi yang sangat panjang dan beberapa bisa sangat menular sebelum timbulnya gejala.
https://indomovie28.net/cast/jaime-pacheco/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar