Sabtu, 27 Juni 2020

4 Fakta Collin Huang, Anak Muda yang Salip Jack Ma di China

Colin Zheng Huang berhasil mengumpulkan kekayaan senilai US$ 44,6 miliar atau sekitar Rp 624 triliun. Harta tersebut dikumpulkannya di usia yang sangat muda, 40 tahun.
Mengutip Forbes, Sabtu (27/6/2020), jumlah harta Colin Huang tersebut membuatnya kini menyalip pendiri Alibaba, Jack Ma yang pada 2019 menjadi orang terkaya nomor satu di China. Harta Jack Ma saat ini tercatat sebesar US$ 44,1 miliar.

Padahal Colin Huang di 2019 masih berada pada urutan tujuh orang terkaya di Negeri Tirai Bambu tersebut. Colin pun kini menjadi buah bibir banyak orang.

Untuk mengenalnya lebih dekat, simak empat fakta mengenai Colin Zheng Huang, anak muda yang berhasil menyalip jumlah harta Jack ma.

1. Awali Karir di AS

Colin merupakan lulusan master ilmu komputer dari University of Wisconsin di Madison, AS. Huang mengawali karirnya pada tahun 2004 dengan bekerja di Google, AS, setelah sebelumnya magang di Microsoft Beijing dan Seattle.

2. Kaya Raya Berkat e-Commerce

Colin Huang merupakan CEO perusahaan e-commerce Pinduoduo atau PDD. Pinduoduo adalah perusahaan yang didirikan oleh Huang pada 2015 lalu.

Dalam waktu cepat, perusahaanya berhasil menjadi perusahaan ritel terbesar di China dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar US$ 104 miliar. PDD bersaing ketat dengan JD dan Alibaba, perusahaan yang didirikan Jack Ma.

Sebelum mendirikan Pinduoduo ini, Huang memiliki Xinyoudi Studio untuk pengembangan game online dan Ouku.com sebuah platform online untuk alat elektronik dan peralatan rumah tangga.

Perusahaanya juga mendapatkan pendanaan dari investor seperti Tencent, Sequoia China Neil Shen. Kenaikan saham Pinduoduo yang signifikan juga mendorong co-founder Gaorong, Zhang Zhen dan Gao Xiang menjadi member Midas tahun ini.

Modal Rp 12,5 Juta, Perusahaan Bisa Mejeng di Pasar Modal

Pandemi virus Corona telah membuat pasar modal lesu. Untuk memulihkannya PT Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah menyiapkan suplemennya.

Stimulus yang disiapkan berupa diskon biaya pencatatan awal saham atau initial listing fee (ILF) sebesar 50%.

Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengatakan, pemberian diskon ILF itu merupakan bentuk dari SRO ikut berbagi beban dengan memberikan insentif bagi perusahaan yang ingin mencatatkan sahamnya di pasar modal.

"Kenapa baru sekarang, ya memang ini perlu kita diskusikan tidak hanya di antara SRO tapi juga dengan OJK. Tapi filosofinya kita ini sharing pain sesuai arahan Pak Wimboh saat pandemi harus sharing pain dengan sesama," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Jumat (26/6/2020).

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menjelaskan, untuk ILF saat ini dibagi 3 sesuai dengan jenis papan perdagangan. Untuk papan utama biaya pencatatan saham minimal Rp 25 juta dan maksimalnya Rp 250 juta.

"Kenapa minimum dan maksimum, karena setiap perusahaan berbeda size-nya," terangnya.

Dengan diskon 50%, maka biaya pencatatan saham awal di papan utama minimum Rp 12,5 juta dan maksimalnya Rp 125 juta.

Kemudian untuk papan pengembangan biaya normalnya Rp 25-150 juta. Setelah didiskon menjadi Rp 12,5-75 juta.

"Sedangkan untuk papan akselerasi tidak ada minimum dan maksimum yakni hanya Rp 25 juta saja. Setelah diskon hanya Rp 12,5 juta," tambahnya.
https://indomovie28.net/death-note-episode-13/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar