Destinasi kedua, adalah Kawasan Kota Tua Jakarta Barat. Lokasinya jalan Taman Fatahillah No.1, Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat. Ini adalah bangunan tempat pemerintahan VOC Belanda pada saat menguasai Batavia.
Saat ini difungsikan menjadi beberapa museum diantaranya; museum Kesejarahan Jakarta, museum Wayang dan museum Keramik. Gedung Museum Kesejarahan Jakarta nama lainnya Museum Fatahillah yang ternyata kembaran Istana Dam di Amsterdam Belanda.
Dihalaman depan museum Fatahillah ada sebuah batu Amsterdam. Batu ini berupa kumpulan teghel asli dari kota Amsterdam yang diletakkan disini untuk mengenang keberadaan VOC Belanda selama memerintah di Batavia.
Sebaliknya, di gedung istana Dam kota Amsterdam terdapat pula kumpulan teghel dari Batavia yang diletakkan untuk mengenang tanah Batavia sebagai jajahan Belanda.
Menurut kepercayaan, apabila ketika berkunjung ke museum Fatahillah kaki kita sudah menginjak batu tersebut, maka separuh diri kita sudah berada di kota Amsterdam. Ketika masuk ke dalam museum akan banyak dijumpai koleksi peninggalan pemerintahan Belanda.
Mulai dari lukisan, mebel, patung, miniatur sampai ruang bawah tanah. Dari sudut jendela lantai dua, kita dapat saksikan pelataran tempat eksekusi beserta tiang gantungannya. Konon para pemberontak akan dieksekusi serta disaksikan para petinggi VOC dari lantai dua gedung ini.
Di kawasan Fatahillah ini banyak atraksi wisata yang dapat kita lihat. Mulai dari atraksi pantomin manusia batu, atraksi musik perkusi, atraksi sepeda hias, sampai atraksi berbagai macam kuliner yang disajikan dalam bentuk yang berbeda.
Destinasi ketiga, Lapangan Banteng Jakarta. Lokasinya di jalan Sawah Besar, Pasar Baru, Jakarta Pusat. Dengan luas 5,2 hektar didalamnya terdapat patung Pembebasan Irian Barat.
Dinamakan lapangan Banteng karena konon tempat ini jaman dahulu banyak satwa liar yang lalu lalang salah satunya adalah banteng. Sedangkan penamaan patung Pembebasan Irian Barat tidak lepas dari sejarah Trikora yaitu Tri Komando Rakyat untuk membebaskan Irian Barat dari Belanda.
Patung ini mengilustrasikan seseorang sudah bebas merdeka dari rantai dan borgol yang membelenggunya. Lapangan Banteng kini sudah direvitalisasi. Terdapat taman nan asri dengan pepohonan nan rindang serta amphiteater untuk seni dan pertunjukan budaya luar ruang. Selain itu terdapat atraksi air mancur menari setiap akhir pekan jam 19.00 WIB.
Destinasi keempat, Setu Babakan Jagakarasa terletak di Jakarta Selatan. Lokasinya 5 km dari Ragunan, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Tempat ini ditetapkan sebagai pusat perkampungan budaya Betawi Jakarta.
Awal mulanya berupa danau dan dipinggirnya sering ada pertunjukkan kesenian budaya khas Betawi. Saat ini dibangun sebuah gedung serbaguna dengan sarana amphiteater, model rumah Betawi dan museum Betawi.
Atraksi budaya Betawi sering dilakukan di amphiteater seperti ondel-ondel, gambang kromo, tanjidor serta pencak silat. Atraksi lainnya adalah pembuatan batik Betawi dan makanan khas Betawi seperti kerak telor.
Sepanjang pinggir danau, banyak kuliner langka Betawi dijajakan seperti; gabus pucung, dodol Betawi, bir pletok, sayur babanci dan masih banyak lagi.
Destinasi kelima, Benteng Martello terletak di pulau Kelor Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta. Akses paling mudah jika berangkat dari Dermaga Muara Kamal.
Dari dermaga, pulau Kelor bisa dicapai naik perahu motor selama 45 menit. Kepulauan seribu khususnya pulau Kelor menjadi destinasi wisata penduduk Jakarta dan sekitarnya bila akhir pekan tiba.
Dinamakan Kelor karena luas areanya “hanya selebar daun kelor atau setara 28 hektar. Terdapat sisa Benteng pertahanan Martello peninggalan Belanda untuk menghadapi kepungan tentara Portugis abad ke 17.
Benteng yang terbuat dari susunan batu merah ini sering digunakan sebagai spot foto bagi pengunjung. Benteng Martello dikelilingi delapan buah jendela besar yang dahulu menjadi tempat peluncuran meriam untuk menghalau datangnya musuh dari arah laut.
Menurut petunjuk tertulis dipapan informasi, benteng Martello dibangun tahun 1850. Benteng ini sempat terkena letusan Gunung Krakatau sehingga terdapat beberapa bagian bangunan yang rusak.
Selain sebagai benteng pertahanan, di pulau Kelor dijadikan tempat eksekusi tahanan Belanda. Mayatnya banyak yang dikubur di sini. Sehingga oleh pemerintah Hindia Belanda disebut pulau Kerkhof yang artinya kuburan.
Oleh penduduk setempat nama tersebut dilafalkan menjadi Kelor. Kesan yang didapat jika berkunjung kesini serasa masuk ke lorong waktu masa lalu. Oiya, pada bulan tertentu biasanya terdapat atraksi wisata berupa pelepasan lampion dari pinggir pantai pulau Kelor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar