Sabtu, 29 Februari 2020

Pemandangan Tokyo yang Tertutup Salju Putih

Tokyo sebenarnya lebih jarang tersentuh salju dibanding kota lainnya di Jepang. Makanya ketika salju turun di sana, kota ini jadi lebih cantik.

Fenomena salju sebenarnya sangat lumrah di negara 4 musim, tak terkecuali Jepang. Tapi rupanya Tokyo jadi daerah yang jarang tersentuh salju.

detikTravel berkunjung ke Jepang bersama Japan Airlines (JAL), Senin (11/2/2019). Saat tiba di Narita International Airport, salju membuat pemandangan di sekitar landasan menjadi putih.

"Hujan salju mulai turun tadi pukul 06.00 pagi, sudah 3-4 kali salju tahun ini," ujar Fumio Ito, pemandu wisata yang pernah tinggal di Indonesia selama 10,5 tahun.

Salju di Tokyo juga menarik perhatian wisatawan Indonesia. "Amazing, soalnya di Tokyo jarang salju. Karena cuaca yang sangat dingin jadi ada salju," ujar Melly Dentinarahmi, wisatawan dari Indonesia.

Selain pemandangan yang putih dan cantik, salju juga memberikan dampak lain untuk masyarakat Jepang. Menurut cerita dari Ito-san, salju yang terlalu lebat akan mengganggu.

"Kalau terlalu lebat bisa membuat ketebalan sampai 5 cm dan itu mengganggu," ujar Ito-san.

Hal ini sangat dirasakan ketika transportasi harus terlambat atau terhenti karena tumpukan salju. Apalagi saat berada di kawasan lereng, mobil akan sulit untuk lewat.

Tak hanya transportasi darat. Transportasi udara seperti pesawat pun akan mengalami delay jika hujan salju terlalu lebat.

"Biasanya masyarakat cukup senang jika ada salju di Tokyo, apalagi anak-anak. Tapi ya kalau terlalu lebat jadi mengganggu," jelas Ito-san.

Biasanya kendaraan yang akan melewati tempat bersalju akan membawa persiapan. Ban mobil akan dililit dengan rantai sehingga tidak licin.

Cerita Mengelilingi Destinasi Mainstream Pulau Lombok

Tiba waktunya aku berkunjung ke Indonesia Bagian Tengah, yaitu Lombok. Melihat keindahan alam dan beberapa suku budaya yang ada di sana membuatku sangat kagum akan keindahan dan budaya Indonesia.
Singkat cerita, setelah menyeberangi Pelabuhan Teluk Kodek menuju ke Gili Trawangan kami mengelilinginya dengan menggunakan sepeda yang sudah disediakan. Waktu cepat berlalu dan senja pun sudah mulai datang, bagaimana aku bisa mengartikannya? Ah sudahlah aku tidak bisa mengungkapkannya karena terlalu indah, ditemani secangkir kopi hangat dan kerasnya suara ombak sambil memandangi awan kuning oranye.

Keesokan harinya, kam menggunakan speed boats dan mengelilingi Gili Pasir, Gili Petulu serta Pink Beach. Snorkeling di pink beach pertama kali ada rasa takut, tapi jangan khawatir kami didampingi dengan orang yang profesional. Tidak bisa berkata-kata lebih banyak selain mengucap syukur akan keindahan alam bawah laut. Terumbu karang, ikan-ikan, bintang laut, masya Allah cantiknya luar biasa.

Nah, spot yang ini menguras tenaga banget adalah Tiu Kelep (persis di bawah kaki Gunung Rinjani) dengan 1500 anak tangga. Adem banget nggak ada panas-panasnya. Terdengar suara bisingnya air terjun membuat ku semakin semangat untuk sampai ke tempat tujuan. Untuk sampai ke titik puncaknya kami harus melewati hutan lindung dan juga sungai kecil. Ini harus bawa pakaian ganti ya, karena melewati sungai yang ketinggian airnya sampai selutut dan harus hati-hati karena agak licin.

Setelah melihat keindahan alam, ada satu tempat yang membuat aku pribadi tercengang, Desa Sukarara namanya. Di desa ini, salah satu pembuat kain tenun khas Lombok yang di kerjakan oleh perempuan asli Lombok. Menariknya, apabila perempuan asli Desa Sukarara tidak bisa mengerjakan atau membuat kain tenun, katanya tidak boleh menikah. Jadi perempuan asli Desa Sukarara kalau mau menikah harus bisa membuat kain tenun dahulu. Ini salah satu khas kebudayaan Lombok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar