Bogor Street Festival menjadi acara Imlek menarik di Bogor. Sekaligus, ikon pemersatu yang dibuka oleh pembacaan doa oleh perwakilan 5 agama.
Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto menyebut, Bogor Street Festival bukan hanya sekedar acara budaya, tetapi sebagai bentuk upaya untuk menjaga keberagaman di Bogor untum Indonesia. Kedatangan warga, kata Bima, sebagai bentuk keinginan untuk menjaga warisan budaya bangsa yang penuh keberagaman.
"Ini bukan hanya tentang budaya, ini juga bukan hanya tentang upacara, tetapi ini adalah tentang nilai-nilai yang kita yakini dari masa ke masa, diturunkan dan kita jaga terus kedepan, bersama dalam keberagaman, berbeda adalah keniscayaan, beragam adalah keharusan, tapi kebersamaan harus kita perjuangkan," kata Bima Arya dalam sambutan pembukaan Bogor Street Festival, Selasa (19/2/2019).
"Pesan kita dari semua yang ada disini, penjaga nilai, penjaga moral, dari Bogor untuk Indonesia pesan kita jelas, apapun yang ada di depan, apapun yang menghadang kita insyaAllah tidak akan ada yang memecah kita, tidak akan pernah ada yang bisa membelah kita. Karena keindahan bersama itu luar biasa dan harus kita jaga," sambungnya.
Pembukaan Bogor Street Festival dimulai sekitar pukul 17:30 WIB. Diawali dengan pembacaan Wangsit Siliwangi oleh budayawan, pembukaan Bogor Street Festival diakhiri dengan doa bersama lintas agama yang dibacakan secara bergantian oleh perwakilan dari lima agama di Indonesia.
Pembukaan Bogor Street Festival juga dihadiri oleh Pangdan III/Siliwangi Mayjend TNI Tri Soewandono, Kapolda Jabar, Irjend Pol Drs. Agung Budi Maryoto, Wakapolda Jabar, Brigjen Pol Akhmad Wiyagus, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan walikota Bogor Bima Arya Sugiarto.
Ketua Panitia Bogor Street Festival 2019, Arifin Himawan mengatakan, Bogor Street Festival tahun ini akan menghadirkan berbagai budaya tradisional dari berbagai Provinsi. Tidak hanya dari Indonesia, kesenian budaya dari mancanegara juga akan tampil memeriahkan Bogor Street Festival 2019.
Iring-iringan seni budaya tersebut akan dilaksanakan setelah matahari tenggelam atau tepatnya pukul 18.30 WIB. Tak ayal, tema Bogor Street Festival tahun ini mengusung tema Katumbiri Lighting Festival 2019. Makna Katumbiri ini sendiri mengandung nilai keindahan dalam keberagaman.
Lebih dari 45 pengisi acara dari sanggar, komunitas dan organisasi kemasyarakatan ikut andil dalam memeriahkan helaran budaya BSF 2019 ini. Selain dari dalam negeri, peserta karnaval juga akan dimeriahkan oleh suguhan budaya dari mancanegara. Antara lain kesenian dari India melalui perwakilan dari Jawaharlal Nehru Indian Cultural Centre (JNICC) dan partisipasi kesenian dari Tainan City.
Barongsai dan Baleganjur Ramaikan Cap Go Meh di Bali
Cap Go Meh dirayakan dengan unik di Bali. Barongsai dikombinasikan dengan Baleganjur sebagai tanda kehidupan harmoni, damailah Indonesia kita.
Perayaan Cap Go Meh di Tempat Ibadat Teidharma (TITD) atau Kongco Cao Fuk Miao, Denpasar, Bali berlangsung meriah. Para umat dihibur dengan atraksi barongsai dan juga musik tabuhan Bali atau Baleganjur.
Kongco Cao Fuk Miao ini berada di Jl Cargo Kenanga, Denpasar Utara, Bali . Perayaan Cap Go Meh di Kongco ini dimulai dengan doa lalu ditutup dengan arak-arakan barongsai dan baleganjur keliling kompleks.
Arak-arakan dimulai dengan pemercikan air kepada para peserta lalu dilanjutkan dengan membakar kertas. Barisan peserta arak-arakan yang dimulai dari pembawa bendera dan umbul-umbul, barongsai hingga pemain musik wajib melewati atau melompati api tersebut. Apa tujuannya?
"Untuk membersihkan energi yang ada (peserta) melaksanakan kirab itu sendiri api pembersih. Selain ada air suci pembersih, ada api pembersih, pensucian dengan api pembersih," kata Wakil Ketua TITD Cao Fuk Miao, Wahyu Kusuma Wardhana di lokasi, Selasa (19/2/2019).
Wahyu menuturkan selain Cap Go Meh , kongco ini juga merayakan hari peresmiannya yang ke-12. Meski termasuk jauh dari laut, rupanya kongco ini dibangun untuk memuja Dewi Sue Wie Shen Niang atau Dewi Laut Selatan.
"Di sini tuan rumahnya, Dewi Sue Wie Shen Niang atau dewi Laut Selatan. Ceritanya panjang, singkatnya dulu para pelaut mengalami sesuatu mampir di suatu tempat kemudian para nelayannya melihat kebesaran beliau dibuatkan tempat ibadah," tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar