Sabtu, 29 Februari 2020

Cari Tahu Soal Bandara Juanda yang Jadi Rute Tersibuk di Dunia

Bandara Internasional Juanda masuk menjadi bagian rute penerbangan tersibuk di dunia berdasarkan survei perusahaan jaringan penerbangan Routes yang bebasis di Inggris.

Rute penerbangan ke Surabaya dari Jakarta, masuk dalam 10 besar tersibuk dan paling berkembang di dunia sepanjang 2017. Namun di balik prestasinya belum banyak yang mengetahui sejarah panjang bandara ini.

Bandara Internasional Juanda dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I. Namanya diambil dari Djuanda Kartawidjaja, Perdana Menteri terakhir Indonesia yang telah menyarankan pembangunan bandara ini.

Bandara Juanda dibangun sejak tahun 1959 dan diresmikan penggunanya oleh Presiden Pertama Republik Indonesia pada 12 Agustus 1964 dengan sebutan pangkalan udara TNI-AL (Lanundal Juanda).

Pada awalnya, bandara ini dipergunakan untuk keperluan militer, namun sejalan dengan perkembangan dan meningkatnya kebutuhan maka bandara ini berkembang pula untuk penerbangan sipil. Pada tahun 1981, pengelolaan penerbangan sipil diserahkan dari Departemen Hankam ke Departemen Perhubungan. Selanjutnya, pada 1985 pengelolaannya diserahkan ke Perum Angkasa Pura I.

Adapun rute-rute penerbangan di Bandara Juanda, pertama kali di tahun 1987 pernah membuka penerbangan internasional ke Singapura, Hong Kong, Taipei dan Manila via Jakarta dan pada 1990 baru bisa melayani penerbangan internasional langsung.

Dan pada tahun 2006, di bawah pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, diresmikan Terminal Penumpang Internasional. Bandara Juanda terus mengalami perkembangan, bahkan yang terbaru, bandara Juanda melayani penerbangan internasional menuju Kuala Lumpur.

Oleh karena itu, salah satu perusahaan ride hailing, Grab juga ingin mencatatkan sejarahnya di bandara legendaris ini.

Grab mengambil ikut bagian sebagai penghubung menuju dan dari bandara Juanda terutama bagi para wisatawan.

Selama 2018, Grab setidaknya melayani lebih dari 450 ribu perjalanan menuju Bandara Juanda, dan sekitar 35 ribu perjalanan dari bandara tersebut.

Marketing Director Grab Indonesia, Mediko Azwar mengatakan salah satu hal terpenting dalam kenyamanan turis berwisata adalah kemudahan akses terhadap transportasi yang dapat diandalkan.

"Pencapaian pada tahun 2018 ini memacu Grab sebagai O2O mobile platform terkemuka di Indonesia, untuk meningkatkan pengalaman pelanggan kami dalam memajukan industri pariwisata di Indonesia pada 2019," ujar Mediko.

Mediko menambahkan, sebagai mitra resmi pemerintah, Grab juga menjalankan kampanye #JelajahIndonesiaLebihDekat yang bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata Republik Indonesia.

Menteri Pariwisata Apresiasi Industri Hotel dan Restoran

Dalam pencapaian target kunjungan turis, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi peran pelaku industri hotel dan restoran. Pelayanan maksimal ditekankan.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya hadir dalam Rakernas Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) ke IV di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin (11/2/2019). Dia menyebut, besarnya kontribusi para pelaku industri hotel dan restoran terhadap dunia pariwisata Indonesia.

Di sisi lain, Arief mencatat bahwa bidang akomodasi dan kuliner menjadi penyumbang pendapatan terbesar bagi sektor pariwisata Indonesia dimana jumlahnya mencapai 60 persen, terdiri dari 40 persen untuk hotel dan 20 persen untuk kuliner atau restoran.

Arief juga mengapresiasi Ketua Umum PHRI yang menjadi Ketua Umum Program Visit Wonderful Indonesia Haryadi B. Sukamdani, yang selalu berpartisipasi aktif menyukseskan pencapaian target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dari tahun ke tahun.

"Hal itu perlu dipertahankan oleh PHRI, untuk memberikan pelayanan standar maksimal kepada para konsumen yaitu wisatawan," ujar Arief Yahya seperti dalam siaran pers yang diterima detikTravel dari Kementerian Pariwisata, Senin (11/2/2019).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar