Bagian dalam kuil terbagi ke dalam beberapa bagian. Ada bagian koridor barat dan timur, Haraiden yang berada di tengah sebagai tempat berdoa, Taka-Butai sebagai bagian tertinggi untuk pementasan seni tari, Hira-Butai di paling depan untuk menyambut tamu.
Beberapa bagian ditutup untuk umum karena memang hanya digunakan untuk keperluan keagamaan. Namun wisatawan diperbolehkan untuk memotret dari kejauhan.
"Pernah ada beberapa turis yang gurat-gurat, jadi beberapa bagian kuil tidak terbuka untuk umum," jelas Ito.
Sebagai kuil yang masuk ke dalam situs warisan dunia UNESCO tahun 1996, Itsukushima hanya memiliki satu jalur masuk dan keluar di satu gerbang.
Berjalan ke arah luar kuil, ada sebuah pagoda cantik yang menjulang bernama Gojunoto. Pagoda ini dibangun pada tahun 610 masehi dengan tinggi 27 meter. Pagoda ini memiliki 5 lantai, namun tidak dibuka untuk umum.
Jangan kaget kalau kamu bertemu dengan banyak rusa. Masyarakat percaya bahwa rusa adalah pembantu dewa. Sehingga wisatawan dilarang untuk memberi rusa makan, karena pengelola menjaga kesehatan rusa.
Sebenarnya, kamu bisa melihat keindahan pulau ini dari atas Gunung Misen di belakang kuil. Namun saat berkunjung ke sana, transportasi berupa kereta gantung sedang dalam perbaikan.
Puas jalan-jalan di area kuil, kamu juga bisa menikmati ragam kuliner khas dari Pulau Miyajima. Yang paling populer adalah tiram. Kebanyakan dari penduduk Pulau Miyajima bekerja sebagai penambak tiram.
Kamu bisa kembali ke Hiroshima dengan menggunakan kapal sampai pukul 22.00 malam waktu setempat. Pilihan lain kamu bisa menginap di pulau ini dan menikmati keindahan alam Miyajima! Selamat berlibur!
Gerbang Torii menjadi tujuan utama wisatawan datang ke Pulau Miyajima. Bahkan Fernando Torres pernah berkunjung ke sini karena kagum dengan kuil ini.
Gerbang torii berada beberapa meter ke arah laut. Pada saat air laut surut, wisatawan bisa turun dan berfoto sampai ke bawah gerbang. Banyak dari wisatawan yang menunggu sampai sore untuk bisa mendapatkan kesempatan ini.
Kuil Itsukushima merupakan tempat ibadah bagi pemegang kepercayaan Shinto. Walau demikian, tempat ini tetap dibuka untuk destinasi umum. Kalau mau masuk, wisatawan bisa membayar tiket seharga JPY 300 atau sekitar Rp 38.115 per orang.
Sebelum masuk, biasanya orang-orang yang mau berdoa di sini akan membasuh tangan sebagai tanda membersihkan diri. Caranya pun tak boleh asal.
"Pertama ambil ciduk dengan tangan kanan, ambil air dan basur tangan kiri. Kemudian basuh tangan kanan. Setelah itu, sisakan sedikit untuk membasuh ciduk itu sendiri," ujar Ito, pemandu wisata Jepang.
Biasanya bukan hanya tangan, tapi mulut juga ikut dibasuh. Namun pemandu melarang untuk melakukan itu karena faktor kebersihan.
Ada larangan yang harus dipatuhi saat masuk ke area kuil. Wisatawan dilarang untuk berisik dan berteriak karena kuil ini masih digunakan untuk acara keagamaan sampai sekarang.
"Di sini tidak boleh berisik, biasanya wisatawan China suka berbicara keras. Pernah ada cerita lucu juga, wisatawan China kepanasan lalu buka baju di sini. Padahal ini kuil, harus sopan," cerita Ito.
Tak jauh dari pintu gerbang, ada altar doa yang dipercaya menghilangkan nasib buruk. Wisatawan bisa mengambil sebuah tongkat kayu dengan untaian kertas putih.
"Tongkat ini diayunkan pelan ke bahu kiri dan kanan, kemudian beri penghormatan ke altar," jelas Ito.
Biasanya altar dan tongkat kayu ini juga digunakan oleh pendeta untuk melakukan pengusiran setan. Tapi kalau yang ini hanya menghilangkan nasib buruk saja ya..
Di seberang altar penghilang nasib buruk ada pula tempat persembahan. Di sini, masyarakat maupun wisatawan bisa melemparkan koin dan berdoa untuk keberuntungan.
"Yang dilemparkan koin 5 Yen, kalau dalam bahasa Jepang Go Yen artinya keberuntungan," ujar Ito.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar