Puluhan bentor itu selain untuk melayani transportasi keseharian masyarakat di Pulau Penyengat juga untuk mendukung transportasi wisata. Jalan di pulau itu maksimal selebar 4 meter, ada yang diaspal, ada pula yang dibeton.
Bentor yang mampu mengangkut tiga orang penumpang itu melaju melewati jalan, gang-gang, yang ada. Selain perumahan penduduk, di kanan-kiri jalan masih terlihat lahan yang penuh dengan pepohonan.
Setelah beberapa menit, bentor itu tiba di tikungan jalan. Di tikungan itu ada sebuah bangunan berwarna kuning berpadu dengan hijau. Bangunan bergaya perpaduan Tiongkok dengan unsur budaya lain itu merupakan komplek makam keluarga Sultan Riau.
Di tempat itu ada makam Raja Hamidah (Engku Puteri) Permaisuri Sultan Mahmud Shah III Lingga-Riau 1760-1812, Raja Ahmad Penasihat Kerajaan, Raja Ali Haji Pujangga Kerajaan, Raja Abdullah Yom Lingga-Riau IX, dan Raja Aisyah Permaisuri.
Bagi masyarakat Melayu, Raja Hamidah merupakan sosok yang sangat dimuliakan. Ketika dinikahi oleh Sultan Mahmud, mas kawinnya berupa Pulau Penyengat.
Banyak kisah yang mengagungkan Raja Hamidah. Tak heran bila di komplek itu, makam Raja Hamidah berada di dalam ruang dalam bagian utama. Sedang makam Raja Ali Haji berada di luar bangunan utama.
Makam pengubah Gurindam Dua Belas itu membujur di samping pintu masuk bangunan utama. Meski makam Raja Ali Haji berada di luar bangunan utama namun Gurindam Dua Belas-nya dipahatkan pada dinding-dinding bangunan yang mengelilingi makam Raja Hamidah.
Sehingga bila berziarah ke makam Raja Hamidah, kita akan melihat dua belas gurindam itu. Nisan di komplek makam itu semuanya diselubungi kain kuning. Di makam leluhur bangsa Melayu itulah para peziarah bersimpuh untuk mendoakan mereka.
Selepas berziarah di Komplek Makam Kesultanan Lingga-Riau, perjalanan berlanjut ke tempat wisata lain. Sama seperti perjalanan dari Mesjid Sultan Riau ke Komplek Makam, bentor melintasi perumahan penduduk dan lahan-lahan yang penuh tetumbuhan.
Setelah melintasi jalan yang bertepian dengan laut, akhirnya bentor berhenti di sebuah bangunan rumah besar yang disebut Balai Adat Pulau Penyengat Indra Perkasa. Bangunan khas Melayu yang tersusun dari kayu-kayu itu mengingatkan saya saat berkunjung ke Museum Kelantan, Malaysia.
Sebagai Balai Adat, rumah itu mempunyai banyak fungsi, seperti buat pertemuan atau pernikahan masyarakat. Wisatawan pun sering menggelar makan bersama di Balai Adat.
Dikatakan oleh Kelompok Sadar Wisata (Darwis), Heriawan, Balai Adat selain disinggahi oleh wisatawan dalam negeri juga dikunjungi oleh wisatawan dari Malaysia, Singapura, Brunai, dan negara Eropa seperti Jerman.
"Sehari bisa 50 sampai 60 wisatawan," ujarnya.
Di Balai Adat, pihak pengelola juga menyediakan bagi pengunjung yang ingin berfoto dengan menggunakan pakaian tradisional Kesultanan Riau. Tarifnya Rp25.000. Bagi yang berminat, mereka didandani oleh pengelola dan selanjutnya berfoto di mana mereka suka, di singgasana sultan, serambi bahkan halaman Balai Adat.
Di Balai Adat juga dipampang diaroma dan catatan sejarah Kesultanan Lingga-Riau. Di bagaian dalam kita akan melihat diaroma bagaimana Raja Haji Fisabilillah bertempur melawan Belanda. Di samping diaroma itu, ada biografi Raja Ali Haji pengubah Gurindam Dua Belas.
Satu lagi tempat ziarah di Pulau Penyengat yang perlu didatangi, yakni makam Raja Haji Fisabilillah, Makam ini berada di Bukit Penggawa. Raja Haji Fisabilillah memerintah Kesultanan Lingga-Riau dari tahun 1777-1784.
Seperti Sultan di nusantara pada masa itu, ia juga melakukan perlawanan terhadap Belanda. Perlawanan terhadap penjajahan tersebut membuat Raja Haji Fisabilillah diangkat menjadi Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden RI No. 072/TK/1997 tanggal 11 Agustus 1997.
Menurut juru kunci Makam Raja Haji Fisabilillah, Rudi Sugianto, hari Senin-Kamis biasanya ada sekitar 30 sampai 50 orang peziarah.
"Kalau Jumat sampai Minggu mencapai ratusan. Di hari Lebaran mencapai ribuan," tambahnya.
Peziarah itu disebut berasal dari Malaysia, Singapura, dan Brunai.
"Mayoritas orang Malaysia sebab mereka sudah tahu Raja Haji Fisabilillah. Selain itu juga serumpun," jelasnya.
#semuaadatiketnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar