MotoGP Indonesia digelar mulai tahun 2021 di Mandalika, NTB dan berdurasi lima musim. Lewat ajang itu, nama Indonesia akan makin dikenal dunia.
"Kenapa penting karena kita dijadikan rute (seri) ke 20 atau ke- 21 untuk motoGP karena mereka hampir 24 bulan," kata Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata, Henky Manurung di hotel Fours Points, Makassar, Senin (4/3/2019) kemarin.
Pihak Kemenpar telah melakukan pertemuan dengan seluruh tim dan pihak investor untuk memastikan pembenahan sisi infrastruktur dan perbaikan jalan.
"Nah paling hebat, media akan meliput dan mengetahui Indonesia. Sekali bermain 1 sampai 2 juta viewers melihat ini," kata Henky.
"Tahun ini dilakukan lelang untuk pembangunan konstruksi di Mandalika," sambungnya.
Tidak hanya itu, infrastruktur di Mandalika juga mendukung pelaksanaan even internasional ini, mulai dari jalan selebar 12 meter dan ketersediaan bandara Internasional Lombok. Perlu diketahui, Indonesia mendapat durasi kontrak menggelar MotoGP selama lima tahun. Dorna telah resmi mengumumkan bahwa Indonesia akan menggelar MotoGP mulai 2021. Bersama ITDC (Indonesia Tourism Development Corporation), keduanya sepakat menjalin kerjasama sampai lima tahun mendatang.
CEO ITDC, Abdulbar M Mansoer, mengungkapkan alasan Dorna memberi durasi kontrak sampai lima tahun. Itu karena Indonesia punya pasar MotoGP yang sangat seksi.
"Selain itu (sebagai pasar), mungkin mereka melihat kami adalah BUMN. Kalau Buriram (Thailand) yang saya dengar swasta," kata Abdulbar.
"Hal lain mungkin kami pengembang pariwisata, di Nusa Dua sudah 30 tahun. Kami sih senang untuk jangka panjang artinya kepastian pengembalian investasinya lebih bagus," ujar dia.
Viral Orang Ambil Uang Sesajen, Harus Ada Aturan Tegas
Video viral bocah yang 'menjarah' uang sesajen (sesari) saat Melasti di Pantai Padanggalak, Kesiman, Denpasar, Bali menuai sorotan. Ke depannya, harus ada aturan tegas.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali Prof I Gusti Ngurah Sudiana mengatakan penjarahan itu terjadi karena kurangnya koordinasi pengurus adat dengan pecalang.
"Itu hanya kurang koordinasi aja antara pengurus, kemudian prajuru, dan masyarakat, pecalang sehingga terjadi seperti itu. Smestinya orang yang mengurus keliling dulu, harus steril dulu berarti nggak bisa menyalahkan dia saja sehingga kalau sudah diatur dengan baik orang kan nggak bisa," kata Sudiana kepada wartawan, Selasa (5/3/2019).
Sudiana menyebut karena kurangnya koordinasi itulah saat umat sedang mempersembahkan sesari bisa 'dijarah' oleh para bocah. Dia pun menyayangkan terjadinya peristiwa itu.
"(Menurut) Bapak sih tidak harus terjadi, kalau si orang ini ngerti masalah persembahan dan yang bukan persembahan. Karena ini orang yang nggak mengerti susah untuk dibicarakan," ucapnya.
Sudiana menyarankan ke depan diatur pembagian batas wilayah. Sehingga saat umat tengah khusyuk berdoa maupun bersembahyang tidak terganggu dengan pengunjung yang sengaja mencari sesari.
"Tinggal sekarang diatur orang-orang yang mau sesari batasannya ini, orang yang menghaturkan persembahan juga diberikan batas supaya tidak masalah," imbaunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar