Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sujud sambil menangis di hadapan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Bahkan, Risma sampai dua kali sujud saat melakukan audiensi dengan IDI Jatim dan IDI Surabaya.
Awalnya, Risma mendengarkan keluhan dari para dokter yang ada di rumah sakit rujukan di Balaikota Surabaya. Terkait perilaku sujud Risma di hadapan IDI, bisakah diartikan sedang menunjukkan rasa emosional?
Psikolog Veronica Adesla dari Personal Growth mengatakan, seseorang yang sedang emosi dapat dilihat dari beberapa hal. Seperti ekspresi, perkataan seseorang saat sedang berbicara, dan nada suara saat sedang berkomunikasi.
"Ekspresi emosi dapat dilihat dari konsistensi antara komunikasi verbal (isi pembicaraan, intonasi suara, dsb) dan komunikasi non verbal (gestur tubuh, microexpression dan macroexpression)," ujar Vero saat dihubungi detikcom, Senin (29/6/2020).
"Kondisi sangat emosional dapat tampak dari komunikasi yang konsisten dan sikap perilaku mengekspresikan emosi yang tampak sangat jelas, ekspresif, dan menonjol. Namun demikian kedalaman emosi tidak semata diukur melalui komunikasi yang tampak terlihat namun juga pada apa yang sungguh dirasakan di dalam dirinya," tambahnya.
Dihubungi secara terpisah, psikolog Nuzulia Rahma Tristinarum dari Psikolog Pro Help Center dan juga penulis buku menjelaskan, rasa emosional seseorang bisa berubah menjadi perilaku pada kejadian tertentu. Umumnya, kejadian tersebut dipicu oleh kejadian besar sehingga memicu respons spontan.
"Ketika orang bereaksi berbeda dari biasanya tentu ada proses yang berbeda juga yang terjadi dalam diri orang tersebut. Bisa diprediksikan pada kejadian ini ada sesuatu yang sangat besar yang dirasakan secara psikis sehingga muncul dalam bentuk perilaku," tegasRahma.
Penanganan Corona Bikin Kesal Jokowi, Pakar Sentil Peran Gugus Tugas
Baru-baru ini pernyataan Jokowi kepada menteri-menterinya beberapa waktu lalu menjadi sorotan publik. Hal ini berkaitan dengan penanganan wabah Corona yang dinilai Jokowi seharusnya bisa lebih baik.
"Sekali lagi, langkah-langkah extraordinary ini betul-betul harus kita lakukan. Dan saya membuka yang namanya entah langkah politik, entah langkah-langkah ke pemerintahan. Akan saya buka. Langkah apapun yang extraordinary akan saya lakukan. Untuk 267 juta rakyat kita. Untuk negara," kata Jokowi seperti arahannya kepada Kabinet Indonesia Maju dalam rapat terbatas 18 Juni 2020 lalu, seperti yang ditayangkan YouTube Setpres pada Minggu (28/6/2020).
Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia, Dr dr Tri Yunis Miko Wahyono, MSc, menilai penanganan wabah Corona akan lebih efektif jika membentuk komisi khusus penanganan wabah Corona. Komisi yang ia maksud seperti yang pernah dibentuk kala menangani wabah flu burung.
"Iya jadi sebegitu negara ini sudah nggak jelas akhirnya ke darurat kesmas (kesehatan masyarakat), kemudian ditangani oleh gugus tugas, dan akhirnya kan menjadi bingung tuh karena gugus tugas membawahi kementerian kesehatan padahal kementerian kesehatan tahu benar tentang wabah," kata Tri saat dihubungi detikcom Senin (29/6/2020).
"Biasanya wabah itu ditangani oleh yang menangani wabah biasanya kementerian kesehatan, mau itu wabah demam berdarah, mau wabah apapun begitu, nah termasuk emergency waktu itu flu burung saja dibuat komisi khusus flu burung begitu komisi nasional begitu," lanjut Tri.
Menurutnya lebih baik gugus tugas penanganan virus Corona COVID-19 yang sudah dibentuk dihilangkan saja. Membentuk komisi khusus untuk menangani wabah Corona dinilai Tri akan lebih efektif.
"Jadi harusnya dibuat komisi khusus waktu kaya flu burung. Jangan gugus tugas, itu akan jadi membingungkan," kata Tri.
"Jadi menurut saya mendingan presiden itu membubarkan gugus tugasnya, semakin lama semakin darurat harus dibuat komisi khusus penanggulangan COVID-19 tetap itu di bawah kemenko PMK, kemudian itu bisa mengkoordinasi kementerian yang hanya di bawah kesra atau kesejahteraan rakyat," tambah Tri.
https://indomovie28.net/star/stephanie-lemelin/