Varian baru Corona COVID-19 yang dilaporkan di Inggris disebut lebih mudah menular sampai 71 persen bila dibandingkan virus COVID-19 pada umumnya. Anak-anak jadi kelompok yang berisiko karena penularan varian ini dilaporkan banyak terjadi di antara mereka.
Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia, Profesor Dr Zubairi Djoerban, SpPD-KHOM, menjelaskan varian baru Corona sempat disebut lebih menular pada anak karena saat itu Inggris masih melaksanakan sekolah tatap muka.
"Sehingga yang terjadi ada peningkatan yang terinfeksi di anak-anak. Pada waktu diperiksa ternyata peningkatan infeksi di anak akibat varian B117 ini lebih banyak dibandingkan varian yang lama," kata Prof Zubairi dalam konferensi pers yang disiarkan BNPB, Selasa (29/12/2020).
"Dari situ disimpulkan bahwa baru saja datang (virusnya -red) sudah bisa lebih menyebar di anak. Itu yang dikhawatirkan karena kalau dari anak kemudian penularannya bisa ke rumah, bisa ke orang dewasa, bisa ke usia lanjut, bisa ke orang dengan komorbid," lanjutnya.
Terkait hal tersebut, Prof Zubairi menyarankan agar Indonesia meninjau kembali rencana pembukaan sekolah pada awal Januari mendatang. Adanya varian baru Corona ini akan menempatkan anak-anak yang masuk ke sekolah dalam risiko lebih berbahaya.
"Mohon diperhatikan. Kalau misalnya terpaksa harus buka juga maka harus monitor amat sangat ketat. Kalau perlu kebijakannya disesuaikan," pungkas Prof Zubairi.
https://movieon28.com/movies/bound/
Kemenkes Amankan 660 Juta Dosis Vaksin COVID-19, Sinopharm Tak Termasuk
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan pemerintah telah mengamankan sekitar 660 juta dosis vaksin COVID-19 yang didapatkan dari kerjasama bilateral dan multilateral.
"Kita akan segera menandatangani kontrak dengan AstraZeneca untuk 100 juta dosis vaksin dan segera menandatangani kontrak dengan Pfizer dengan 50 juta adalah firm dan 50 juta opsional," katanya dalam Keterangan Pers Menteri Kesehatan di kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (29/12/2020).
Berikut rincian pemesanan vaksin COVID-19:
1. Sinovac
3 juta dosis vaksin dalam bentuk jadi
122 juta dosis vaksin dalam bentuk bulk
100 juta dosis masih opsional.
2. Novavax
50 juta dosis vaksin
80 juta dosis masih opsional.
3. COVAX/GAVI
54 juta dosis vaksin
54 juta dosis vaksin masih opsional.
4. AstraZeneca
50 juta dosis vaksin dalam finalisasi
50 juta dosis vaksin masih opsional.
5. Pfizer/BioNTech
50 jua dosis vaksin dalam finalisasi
50 juta dosis vaksin masih opsional.
Mengenai pemesanan vaksin yang masih opsional, Menkes Budi mengatakan hal ini akan disesuaikan dengan kerjasama multilateral dari GAVI-COVAX. Mereka disebut akan memberikan vaksin gratis dengan range 3-20 persen dari jumlah penduduk atau 16 juta-100 juta dosis vaksin.
"Itulah sebabnya kami membuat kontrak dengan opsi dari suplier vaksin. Supaya kalau ada kepastian pengadaan vaksin dari GAVI, kita tidak usah ambil dari mereka," ujar Menkes Budi.
"Tetapi kalau vaksin dari GAVI belum bisa ter-deliver sesuai yang kita inginkan, maka kita sudah mengamankan supply dari perusahaan tersebut," lanjutnya.
Soal rencana vaksinasi, Menkes Budi memastikan kelompok pertama yang akan menerima vaksin COVID-19 adalah tenaga kesehatan yang menjadi garda terdepan penanganan Corona di Indonesia. Kemudian dilanjut dengan pekerja di sektor publik kemudian masyarakat umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar