Wartawan senior Ilham Bintang menggugat Indosat Ooredoo dan Commonwealth Bank di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berupa ganti Rp 100 miliar. Terkait gugatan ini, Indosat Ooredoo angkat bicara.
VP Head of Strategic Communication Adrian Prasanto mengatakan bahwa pihaknya sampai saat ini belum menerima dokumen terkait gugatan yang dilayangkan Ilham Bintang.
"Kami belum menerima dokumen terkait gugatan seperti yang diberitakan di media. Oleh karena itu kami tidak dapat memberikan komentar apapun. Indosat Ooredoo selalu menghormati dan mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku," ujar Adrian dalam pernyataannya, Selasa (3/11/2020).
Diberitakan sebelumnya, Ilham Bintang melalui tim pengacaranya melakukan gugatan bukan semata-mata urusan materiil, tapi mengklaim lebih ke kepentingan publik.
"Kami menggugat bukan semata-mata urusan materiil. Tapi terutama karena adanya kepentingan publik pada kasus ini. Kami ingin operator selular dan perbankan perlu dan harus berhati-hati. Jangan sembrono dan harus punya tanggung jawab sosial," kata anggota tim pengacara RIH & Partners, Andy Ramadhan Nai, dalam keterangan tertulis, dikutip dari Antara, Senin (2/11).
Gugatan itu diserahkan oleh tim pengacara dari kantor pengacara RIH (Ramadhan Ibrahim Handoko) & Partners Law Firm kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Ilham Bintang menggugat Indosat Ooredo dan PT Commonwealth Bank masing-masing ganti rugi Rp 100 miliar.
Andy menjelaskan tergugat I yaitu Indosat digugat karena telah melakukan penggantian kartu SIM Indosat yang selama ini dipakai oleh Ilham Bintang. Penggantian kartu SIM itu tidak sesuai dengan mekanisme penggantian kartu yang dimiliki oleh PT Indosat Ooredoo.
Akibatnya hal itu, ponsel Ilham Bintang dapat diakses orang lain yang kemudian mengetahui semua rekening bank milik Ilham Bintang. Sedangkan tergugat kedua yaitu Commonwealth Bank telah mengirim uang ke 94 rekening yang tak terafilisiasi dengan Ilham Bintang.
"Ini mengakibatkan raibnya uang penggugat dalam rekening sebesar 25 ribu dolar Australia dan dalam rupiah sebesar Rp 16,77 juta," ujar Andy.
https://trimay98.com/movies/belle-epoque/
Kebocoran Data Terjadi Lagi, Bukti Keamanan Siber Masih Lemah
Kebocoran data yang masih saja terjadi, menandakan bahwa tren peretasan masih berlanjut dan menghantui. Dua kasus terbaru terkait grup Lazada dan Cermati.com yang terjadi hanya kuran dari sepekan.
Lazada mengatakan insiden terkait keamanan data di Singapura itu, melibatkan database khusus Redmart yang di-hosting oleh penyedia layanan pihak ketiga. Data pelanggan yang di-hosting di database tersebut sudah habis masa pelayanannya selama lebih dari 18 bulan dan terakhir diperbarui pada Maret 2019.
Diketahui, data yang bocor sebanyak 1,1 juta juga hanya data Redmart, akan tetapi cukup variatif informasinya bahkan ada data kartu kredit. Lazada mengatakan kepada penggunanya diminta tenang, meskipun dianjurkan untuk menggantikan password. Lazada mengatakan telah melakukan blokir akses terhadap data Redmart dan menjamin data pengguna Lazada di Indonesia tetap aman.
Sementara itu, Lembaga Riset Siber Indonesia CISSReC (Communication and Information System Security Research Center) mengatakan di raidforums ramai diperjualbelikan data Cermati.com sebanyak 2,9 juta user. Penjualnya, ungkap CISSReC, dengan username "expertdata".
Kebocoran data yang dialami Cermati.com ini ada 2,9 juta data user yang diambil dari kegiatan 17 perusahaan, sebagian besar kegiatan finansial. Mulai dari KTA, asuransi sampai kartu kredit.
Pakar keamanan siber Pratama Persadha menjelaskan bahwa peristiwa ini melengkapi sederet peristiwa kebocoran data di tanah air sejak awal tahun. Ini semakin memperlihatkan bahwa ada potensi celah keamanan karena Work From Home.
Pratama mengungkapkan setidaknya ada tiga penyebab terbesar kebocoran data, yaitu kesalahan manusia sebagai user, kesalahan sistem dan serangan malware sekaligus peretas. Faktor kesalahan manusia ini meningkat selama pandemi, salah satunya karena WFH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar