Di ruang ini juga ditampilkan alat-alat navigasi seperti kompas, sextant, astrolase. Diorama-diorama kerajaan-kerajaan maritim nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya, Mataram dan Demak lengkap dengan cerita-cerita dan kapal-kapalnya juga ditampilkan. Replika kapal Pinisi dan perahu bercadik yang digunakan etnis nusantara ketika menjelajah samudera di masa lalu juga ada.
Tersedia juga komoditi dagang Nusantara seperti Gading Badak dan Gajah, bulu Merak, kapas dan peninggalan arkeologi perjalanan samudera orang-orang Nusantara masa lalu. Ada juga sejarah kedatangan bangsa Eropa di Nusantara dengan slogannya Gold, Gospel, Glory dilengkapi miniatur kapal-kapal Spanyol, Portugis, Inggris dan Belanda yang singgah di Nusantara serta diorama monopoli perdagangan Pala oleh Belanda melalui firma dagang VOC di Kepulauan Banda, sejarah perang Portugis dengan VOC di Malaka dilengkapi miniatur kapal-kapal perang.
Sejarah VOC sendiri diilustrasikan dalam satu ruang khusus bernuansa remang-remang menyerupai gudang pada masa lalu. Lampu-lampu minyak yang dinyalakan, patung-patung tentara VOC dan komoditi rempah-rempah seperti ketumbar, merica, pala, lada, kayu manis, jintan hitam dan lainnya dengan aroma wanginya yang khas yang dipamerkan dan dapat digenggam seakan kita kembali ke masa dahulu.
Kapal-kapal VOC dilengkapi dengan sketsa bagian-bagian kapal dan rute perjalanan dari negeri Belanda hingga Perairan Nusantara serta jalur-jalur logistik dan keuntungan yang diperoleh VOC dari perdagangan rempah. Pada dinding disajikan timeline tentang sejarah panjang VOC hingga kerajaan Belanda di Indonesia (1596-1945).
Ruang di sebelah kiri lobi utama tersaji sejarah pembentukan Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) dari tahun 1945-1961. Sejarah pelabuhan-pelabuhan besar Indonesia dari masa kolonial hingga kini dilengkapi ilustrasinya seperti Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, Tanjung Perak Surabaya, Cirebon, Teluk Bayur Padang yang dulunya bernama Emmahaven, yang menarik bagaimana pelabuhan ini dibuat terintegrasi dengan jalur kereta api yang mengangkut batubara dari Ombilin di pedalaman Sumatera Barat.
Tersedia juga diorama serta peninggalan-peninggalan yang menggambarkan suasana pelabuhan sebagai tempat bertemunya berbagai suku bangsa dengan budaya berbeda, namun saling menghargai dan menjunjung profesionalitas. Konsep pelabuhan sebagai zona pertahanan laut Indonesia juga dipamerkan di ruang ini.
Ada juga prasasti Portugis sebagai penanda wilayah jajahan portugis, seperti Padrao yang dibangun menyerupai tugu sebagai bukti perjanjian antara Raja Portugis dengan Raja Pakuan Pajajaran tahun 1522. Di sini ini juga tersedia ruang simulator kapal, dirancang seolah-olah kita sedang menakhodai sebuah kapal. Masih banyak lagi yang ditampilkan di ruang ini dan semuanya menarik.
Tersedia juga sejarah visual tentang perkembangan pelabuhan Indonesia, konsep tol laut dan bagaimana PT Pelindo II mewujudkan visi poros maritim pemerintah Republik Indonesia. Ruang audio visual (bioskop mini) ini terletak di lantai dua dan ditayangkan pada Jam 11.00 WIB. Di lantai ini juga tersedia perpustakaan dan maket pengembangan pelabuhan Tanjung Priok di masa mendatang. Bagi yang tertarik sejarah dan yang sedang mempelajari pelabuhan, kemaritiman, geografi serta arkeologi dapat mengunjungi museum ini. Yuks!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar