Pernah mendengar Nusa Penida? Pulau seluas 314 km2 di Kabupaten Klungkung punya destinasi cantik dan anti mainstream.
Nusa Penida, The Hidden Paradise
Tak sulit untuk bisa sampai di pulau ini. Jika kita berangkat dengan flight paling pagi dari Jakarta, kita bisa sampai di Pantai Sanur pada sekitar pukul 08.00 WITA. Di sana speedboat yang akan bertolak ke Nusa Penida telah menunggu.
60 menit kemudian kita akan sampai ke sebuah pulau yang masih asri dengan pasir putihnya yang bersih. Kita juga akan disambut dengan driver sekaligus guide ramah yang bakal menemani seharian.
Bagi yang ingin eksplore ke Nusa Penida, baiknya reservasi jauh-jauh hari via biro travel yang menawarkan paket tour ke Nusa Penida. Agar liburan lebih terencana dan tidak menguras kantong.
Ketika itu saya memilih eksplore West Nusa Penida. Cristal Bay adalah tempat pertama yang saya singgahi. Datang ke pantai ini serasa berada di hidden paradise. Pasirnya berkilau bak butiran kristal.
Pantainya diapit dua bukit, seolah memberi kesan rahasianya pantai ini. Kita bisa bebas berenang maupun berselonjor kaki diatas pasir sembari melihat nelayan beraktivitas.
Ketika matahari kian tinggi, mobil yang saya tumpangi parkir di sebuah lereng bukit yang tampak terjal. Di situlah Angel Bilabong dan Broken Beach berlokasi.
Di sana kita bisa berselfie ria dengan latar belakang deburan ombak yang memecah karang. Atau kita bisa melakukan extreme fishing di laut lepas.
Dan satu lagi yang wajib didatangi, Klingking Beach (secret point). Lelah seketika lenyap tersapu oleh segarnya angin serta eksotisnya alam.
Begitulah indahnya sehari di Nusa Penida. Next impian saya bisa sehari keliling Dubai. Menyesap keindahan Jumeirah Beach, bersantai sejenak di The Palm atau terbang bersama Hot Air Balloon Dubai.
Sangiran Punya 5 Museum yang Bisa Kamu Kunjungi dalam Sehari
Belajar tentang geologi, arkeologi, biologi sekaligus berwisata dapat dilakukan di lima museum di Sangiran. Hanya butuh waktu satu hari untuk mengunjungi semuanya
Pergi ke museum sepertinya tidak menarik bagi sebagian besar pelancong di Indonesia, karena memang wisata ini termasuk dalam kategori wisata minat khusus. Meskipun demikian, sebenarnya museum tidak hanya berisi koleksi barang kuno yang berdebu, terkesan angker dan membosankan. Tidak percaya? yuk kita ke Kawasan Situs Sanggiran.
Kawasan Situs Sangiran berada di perbatasan wilayah Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar yang telah ditetapkan sebagai situs Warisan Dunia oleh UNESCO Nomor C 593 pada Tahun 1996 dengan nama Sangiran The Early Man Site. Keunikan dari Situs ini adalah lebih dari 50% temuan fosil manusia purba ditemukan di Sangiran.
Selain sebagai cagar budaya dunia, kawasan ini juga ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) melalui PP Nomor 50 Tahun 2011. Guna meningkatkan aspek edukasi dan wisata di Sangiran, pihak Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan membangun 5 klaster museum di Situs yang memiliki luas kurang lebih 59,21 km2 ini.
Lokasi kelima museum tersebut tidak terlalu jauh antara satu dengan lainnya, sehingga dapat kita kunjungi sekaligus dalam waktu satu hari. Meskipun seharian berada di museum, dijamin tidak akan merasa bosan, karena informasi yang diberikan berbeda dan masing-masing museum memiliki daya tarik tersendiri.
Jalan antar klaster memang belum selebar jalan utama menuju Museum Klaster Krikilan, sehingga traveler disarankan untuk tidak menggunakan bis besar menuju museum selain Museum Klaster Krikilan. Yuk, kita lihat satu per satu museum tersebut.
1. Museum Klaster Krikilan
Lokasinya berada di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen. Museum ini merupakan yang terbesar dan koleksinya terlengkap diantara keempat museum lainnya. Salah satu icon dari museum ini adalah jembatan yang berbentuk rangka tulang binatang. Jangan lupa selfie di jembatan tersebut ya.
2. Museum Klaster Ngebung
Hanya berjarak kurang dari 1 Km dari Museum Krikilan, kita dapat menemukan museum Klaster Ngebung. Museum yang lokasinya masih berada di Kabupaten Sragen ini menyajikan informasi mengenai penggunaan fossil untuk pengobatan alternatif pada jaman dahulu, terutama di China.
Penggambarannya dilengkapi dengan diorama yang menarik dan monitor layar sentuh. Bagi kaum difabel, Museum klaster Ngebung dapat dikatakan paling mudah untuk diakses dibanding museum lainnya, karena meskipun lokasinya naik turun, namun terdapat jalur khusus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar