Sabtu, 28 Desember 2019

Asap Penuhi Kabin Pesawat, 7 Penumpang Dibawa ke Rumah Sakit

Kejadian nyaris fatal menimpa penumpang pesawat di Hawaii. Asap memenuhi kabin, membuat pesawat mendarat darurat dan 7 penumpang harus dibawa ke rumah sakit.

Dihimpun detikcom dari beberapa sumber, Selasa (27/8/2019), kejadian tersebut menimpa pesawat Hawaiian Airlines yang terbang dari Oakland menuju ke Honolulu, Hawaii pada akhir pekan lalu.

Saat di tengah perjalanan, tiba-tiba asap mulai muncul di dalam kabin pesawat. Sang pilot pun memutuskan untuk melakukan pendaratan darurat.

Sebanyak 184 penumpang dan 7 pramugari di penerbangan tersebut pun berhasil dievakuasi. Dari 184 penumpang, ada 11 orang yang mengalami kesulitan bernafas dan 7 di antaranya dibawa ke rumah sakit.

Korban termuda yang masuk ke rumah sakit tersebut dalah bayi berusia 9 bulan. Selain itu, ada 1 orang anak-anak dan sisanya orang dewasa.

Juru bicara Hawaiian Airlines menyebut pihak terkait tengah melakukan investigasi terkait insiden ini. Beruntung tidak ada korban jiwa jatuh dalam insiden tersebut.

MTMA Survival: Petualangan Seru di Banyuwangi

Di timur Jawa, ada Banyuwangi yang sangat asyik untuk berpetualang. Penasaran bagaimana serunya? Dalam episode My Trip My Adventure Survival kali ini, Denny Sumargo akan menyusuri keindahan Banyuwangi. Dijamin memacu adrenalin!

Denny akan menaklukan Pantai Bama dengan perahu terombang-ambing di tengah lautan lepas, naik jeep di Baluran dan melihat berbagai hewan di sana. Tentunya, akan memiliki kesan tersendiri.

Selain itu, ia juga akan naik mobil pick-up berisi jerami untuk menuju Djawatan. Bahkan, ia juga akan mendengar sura Jaranan Buto lho! Tidak lupa, kawah Ijen menjadi salah satu tujuannya. Inilah destinasi favorit wisatawan saat pergi ke Banyuwangi.

Penasaran bagaimana serunya? Yuk tonton episode MTMA Survival Banyuwangi hari Minggu, 1 September 2019 di Trans TV. Tayang pukul 08:30 WIB.

Batu Apung Raksasa yang Mungkin Jadi Penyelamat Terumbu Karang Dunia

Rakit raksasa dari bebatuan apung mengambang di Samudera Pasifik. Perannya nanti diyakini membantu penyembuhan terumbu karang Great Barrier Reef Australia.

Dilansir CNN, Rabu (28/8/2019), rakit batu apung yang dimaksud seukuran Pulau Manhattan, New York, AS. Nantinya batu apung ini dapat membantu memulihkan karang Great Barrier Reef yang separuhnya telah mati dalam beberapa tahun terakhir sebagai akibat dari perubahan iklim.

Para ahli mengatakan bahwa jika batu apung berhasil mencapai Great Barrier Reef, itu bisa membantu mengisi kembali beberapa kehidupan laut yang hilang. Rakit batu apung itu diyakini sebagai rumah bagi organisme seperti kepiting dan karang.

Batuan vulkanik pertama kali terlihat oleh para pelaut pada 9 Agustus, diyakini setelah beberapa hari gunung berapi bawah laut meletus. Lokasinya di dekat Pulau Pasifik, Tonga menurut NASA Earth Observatory.

Beberapa hari kemudian, para pelaut Australia yang menuju Vanuatu menemukannya. Batuan vulkanik itu sampai ukuran bola basket.

Awak kapal ROAM, Michael dan Larissa Hoult mengatakan bahwa mereka telah berada di laut selama 10 hari sebelum bertemu dengan bebatuan apung itu. Bahkan, bebatuan itu menutup air yang dilintasinya.

Batu apung mempunyai struktur berlubang dan mengapung seperti gunung es dengan sekitar 90% di bawah air dan 10% di atas air. Batu apung itu diperkirakan akan hanyut sampai ke pesisir Australia selama 7-10 bulan ke depan dan para ilmuwan percaya dampak positif pada mikroorganisme di sana.

Scott Bryan, seorang profesor di Queensland University of Technology dengan spesialisasi geologi dan geokimia, mengatakan rakit batu apung saat ini bergerak sekitar 10 hingga 30 kilometer per hari. Kecepatan dan arahnya digerakkan arus permukaan, gelombang dan angin.

Bryan mengatakan peristiwa seperti ini terjadi setiap lima tahun dan melibatkan triliunan batu apung. Pada 2012, penelitian serupa oleh Bryan dan lainnya menemukan bahwa kumpulan batu apung adalah salah satu cara agar laut dapat mendistribusikan kembali beragam kehidupan laut.

Letusan di bulan ini dapat memiliki efek positif yang serupa, kata Bryan, meski juga ada risiko adanya spesies yang invasif ke wilayah tersebut. Ketika batu apung menuju Great Barrier Reef, ada kehidupan laut yang dibawanya dan berpotensi membawa beragam koloni baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar