Senin, 16 Desember 2019

Jangan Nodai Ranu Kumbolo!

Ranu Kumbolo sangat terkenal di kalangan para pecinta alam. Sayang, masih banyak traveler tidak bertanggung jawab yang menodai Ranu Kumbolo

Siapa yang tidak pernah mendengar Ranu Kumbolo? Saya kira kita sudah cukup familiar dengan salah satu destinasi favorit wisata yang berada di ketinggian 2400 mdpl di kaki gunung Semeru, Lumajang-Jawa Timur ini.

Untuk sampai di Ranu Kumbolo, dari pos pendakian Ranu Pani kita berjalan sejauh kurang lebih 4 jam. Treknya cukup landai dan bersahabat, hanya perlu kesiapan fisik, mental, logistik dan yang pasti kesabaran.

Hingga detik ini danau Ranu Kumbolo di percaya oleh masyarakat suku Tengger dan ummat Hindu sebagai tempat suci dan keramat. Sama halnya seperti gunung Bromo dan puncak Mahameru yang di keramatkan juga oleh mereka.

Alangkah tidak bijaknya kita sebagai wisatawan, menodai tempat suci yang di yakini masyarakat Tengger dan Hindu ini. padahal saat di pos Ranu Pani, pendaki maupun wisatawan telah di briefing terlebih dahulu terkait peraturan, larangan serta pengetahuan tentang segala sesuatu yang ada di TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru).

Termasuk tentang Ranu Kumbolo, aturan mengenai cara mengambil air dari danau tersebut, dimana harus menggunakan perantara seperti gelas, botol, gayung, dan sebagainya. Tidak boleh langsung menyentuh dengan tangan. Apalagi mandi di danau, sangat-sangat dilarang.

Semua kegiatan harus dilakukan dalam radius kurang lebih 15 meter dari bibir danau, termasuk dalam mendirikan tenda. Semua ini guna menjaga kebersihan serta kesucian air danau agar tidak tercemar.

Namun tetap saja, masih banyak pendaki ataupun wisatawan yang abai. Masih saja melanggar aturan yang ada. Dari mulai membuang sampah serta limbah makanan seenaknya di sekitar bibir danau dan camping ground.

Hingga ada yang mengambil air danau langsung tanpa perantara dan membersihkan peralatan masak dengan jarak sangat dekat dari danau, sehingga limbahnya mengalir masuk ke danau. Hal inilah yang menyebabkan air danau jadi tercemar kejernihan serta kesuciannya. Cukup miris.

Mari bersama-sama sejak detik ini, sebagai manusia yang memiliki hati dan akal. Jika kita diberi kesempatan berkunjung ke Ranu Kumbolo maupun destinasi wisata lainnya, tolong banget untuk memperhatikan aturan yang ada, hormati tradisi dan budaya setempat, gausah neko-neko, cukuplah kita menikmati keindahan surga dunia yang Tuhan turunkan di muka bumi ini tanpa harus merusaknya.

Bisa kan?

Liburan ke Malang, Tak Lengkap Kalau Belum Kulineran

Jika kalian sedang liburan ke kota Malang, tidak ada salahnya untuk mencicipi beberapa makanan tersohor berikut ini. Apa saja kira-kira?

Bagi sebagian orang, mencicipi makanan didasari dari rasa ingin tahu, informasi dari teman atau bahkan ingin mencoba makanan yang tidak biasa. Termasuk bagi saya dan istri.

Menghabiskan waktu cuti bagi saya dan istri biasa dilakukan ke tempat plesiran yang belum kami kunjungi. Rencana tersebut kami persiapkan sejak bulan Juni lalu. Namun dengan berbagai alasan, akhirnya awal Agustus kemarin kami memilih untuk wisata kuliner dan kota di kota Malang dan Batu.

Tiba di stasiun Malang hari rabu pagi, kami langsung mencicipi ketan bubuk kedelai yang ada di parkiran barat stasiun. Sebelumnya, enam tahun lalu saya sudah pernah mencoba dan rasa kangen tersebut akhirnya bisa dituntaskan dengan ditemani istri. Dengan harga lima ribu per porsi sangat cukup mengisi perut kami sebagai sarapan pagi itu.

Kemudian kami melanjutkan dengan mencari motor sewaan di sisi timur stasiun, dilanjut dengan menikmati segelas es tawon yang legendaris. Kami memilih untuk membeli satu gelas berdua karena masih pagi saat itu. Dengan beberapa isian seperti dawet, tape, dan cincau, memang es tawon tetap juara walau sudah dipegang oleh generasi berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar