Minggu, 06 Juni 2021

Terpopuler: Prediksi Juni Puncak Corona RI, Lonjakan 100 Ribu Kasus Perhari

 Menteri Kesehatan RI memprediksi, Juni 2021 akan menjadi waktu puncak pandemi COVID-19 di Indonesia. Pada periode tersebut, kenaikan kasus COVID-19 pasca libur Lebaran diperkirakan mulai terlihat.

"Berdasarkan pengalaman empiris kita di setiap libur panjang sebelumnya, yaitu libur panjang Nataru, libur panjang Idul Fitri, dan libur panjang lainnya tahun lalu, biasanya kenaikan itu akan mencapai puncaknya sekitar 5-7 minggu," terang Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers, Senin (31/5/2021).


"Jadi kemungkinan akan ada kenaikan kasus, diperkirakan akan sampai puncaknya di akhir bulan ini (Juni)," lanjutnya.


Menanggapi prediksi tersebut, pakar epidemiologi Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, menyebut puncak Corona bisa dimulai pada awal sampai akhir Juni. Tak tertutup kemungkinan, puncak Corona ini diiringi lonjakan kasus COVID-19 yang jauh lebih besar.


Menurutnya, puncak kasus Corona tersebut merupakan akumulasi kontribusi kasus COVID-19 dari imbas libur Lebaran, tahun baru, pemilu, dan kegiatan padat kerumunan beberapa waktu lalu.


"Sebagian klaster itu kan mayoritas itu sudah tidak bisa dideteksi, sehingga pandeminya terus memanjang, menguat," terang Dicky pada detikcom, Selasa (2/5/2021).


Apa yang terjadi di momen puncak Corona Indonesia?

Menurut Dicky, puncak Corona di Indonesia per harinya akan mencapai 50-100 ribu kasus. Pasalnya, Indonesia berada di level community transmission, yakni ketika penularan sudah terjadi di 'level mengkhawatirkan'.


"Sayangnya, ini tidak serta-merta kita jamin akan terdeteksi karena minimnya testing. Karena ketika ini pun terdeteksi oleh Indonesia dengan kapasitas testing dan tracing yang lebih rendah, itu artinya kasus di masyarakat tinggi," ujarnya.


Ia menegaskan, perlu ada pemantauan kasus COVID-19 yang berfokus rumah ke rumah. Sebab, 80 persen kasus terjadi di rumah tangga.

https://indomovie28.net/movies/justine-a-private-affair/


4 Fakta Sunat Tanpa Bius ala Bengkong Betawi, Masih Eksis Lho!


Meski saat ini telah banyak berbagai metode sunat modern, tak sedikit masyarakat yang masih mengandalkan metode sunat tradisional. Selain karena harganya yang memang lebih ekonomis, metode sunat tradisional diyakini lebih cepat sembuh.

Di daerah DKI Jakarta, sunat tradisional masih punya peminat. Salah satu rumah sunat yang menawarkan metode sunat tradisional adalah 'Bengkong Si Pitung' di Mampang, Jakarta Selatan.


Berikut 4 fakta sunat tanpa bius ala Bengkong Betawi, salah satu metode sunat tradisional tanpa bius.


1. Beneran tanpa bius

Berbeda dengan metode sunat modern saat ini, sunat tradisional tidak menggunakan suntikan bius. Pasien yang datang untuk disunat, nantinya akan dipersilakan untuk duduk terlebih dahulu sebelum disunat.


Kemudian, saat sudah mendapatkan giliran, pasien akan dipangku dan dipegangi dalam keadaan sudah membuka celana. Hanya dalam beberapa menit, seorang bengkong atau juru sunat tradisional akan memotong ujung pendengan alat sederhana.


2. Alat seadanya

Alat yang digunakan dalam sunat tradisional ini tidak menggunakan berbagai jenis peralatan medis seperti metode sunat modern. Pada pengerjaan khitan ala Bengkong Betawi, juru sunat hanya membutuhkan seperangkat alat penjepit dan pemotong. Bahkan, sunat dengan metode ini tidak membutuhkan perban untuk menutup luka usai sunat.


BACA JUGA


Ketrampilan bengkong sunat Betawi diwariskan turun temurun. Selengkapnya di halaman berikut.

https://indomovie28.net/movies/powerbomb/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar