Jumat, 18 Juni 2021

e-Life Malam Nanti: 'Olahraga Sebabkan Kematian?'

  Indonesia baru saja kehilangan seorang legenda bulu tangkis Markis Kido yang disebabkan oleh serangan jantung saat ia sedang bermain bulu tangkis di GOR Petrolin, Tangerang.

Selain itu, pesepakbola Christian Eriksen juga sempat mengalami henti jantung saat bermain sepak bola di laga Piala Eropa. Eriksen terselamatkan dan saat ini sedang menjalani pemulihan.


Olahraga yang seharusnya menjadi kegiatan bermanfaat bagi tubuh justu menjadi penyebab kematian tidak langsung seseorang. Hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan, apakah olahraga bisa jadi pemicu seseorang mengalami serangan jantung yang berujung kematian? Apakah semua orang rentan mengalami serangan jantung saat olahraga? Apa tanda-tanda yang dapat disadari sebelum mengalami serangan jantung saat olahraga?


Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, hari ini e-Life akan membahas tema "Olahraga Sebabkan Kematian?" bersama seorang Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh darah, Ahli Ilmu Faal Olahraga, dan TV Host, dr. Vito Damay, Sp.JP(K), M.Kes, AIFO-K, FIHA, FICA, FAsCC. Di episode kali ini akan dibahas pula mengenai langkah-langkah pertolongan pertama saat terjadi serangan jantung, oleh First Responder Indonesia Escorting Ambulance, Deby Marvira Handika Utama. Jangan lewatkan tayangannya hanya di detikcom, Jumat (18/06/21), pukul 19.00 WIB.

https://tendabiru21.net/movies/la-amante-ingenua/


Mengkhawatirkan, 1 dari 8 Pasien COVID-19 di Indonesia Ternyata Anak-anak


 Indonesia tengah dihadapi oleh lonjakan COVID-19. Korban yang terpapar bukan hanya orang dewasa, namun juga anak-anak.

Menurut Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Aman Bhakti Pulungan, SpA(K), FAAP, proporsi kasus Corona pada anak secara nasional saat ini adalah 12,5 persen.


"Data nasional saat ini proporsi kasus konfirmasi positif COVID-19 pada anak usia 0-18 tahun ini adalah 12,5 persen. Artinya 1 dari 8 kasus konfirmasi itu adalah anak," kata dr Aman dalam konferensi pers, Jumat (18/6/2021).


"Kedua, data IDAI case fatality rate-nya itu adalah 3-5 persen. Jadi ini kita kematian yang paling banyak di dunia. Jadi bisa dibayangkan 1 dari 8 itu anak dan meninggal 3-5 persen," lanjutnya.


Data terbaru dari DKI Jakarta per 17 Juni 2021 pun menunjukkan sebanyak 661 anak di bawah usia 18 tahun terkonfirmasi positif Corona dalam sehari, 144 di antaranya adalah balita. Hal ini membuktikan begitu banyak anak yang terpapar COVID-19.


"Tren kasus positif aktif pada anak di bawah usia 18 tahun meningkat. Dari 4.144 kasus positif hari ini, 661 kasus (16 persen) adalah anak usia 0-18 tahun, yang mana 144 kasus di antaranya adalah balita," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dwi Oktavia, dalam keterangannya di PPID DKI Jakarta, Kamis (17/6/2021).


50 persen kasus kematian Corona anak adalah balita

dr Aman menegaskan bahwa 50 persen dari seluruh kasus kematian Corona pada anak adalah kelompok balita. Oleh karena itu, penting para orang tua untuk menjaga anaknya agar tidak terpapar COVID-19.


"Dan saya sering mengatakan 50 persen kematian anak itu balita," tegasnya.


"Jadi IDAI mengimbau semua kegiatan yang melibatkan anak usia 0-18 tahun dilaksanakan secara daring," tambahnya.


dr Aman pun mengimbau kepada para orang tua untuk tetap mematuhi protokol kesehatan selama beraktivitas di luar rumah. Pasalnya, jika mereka abai, yang menjadi korbannya adalah anak-anak.


"Ketika para orang tuanya tidak taat protokol, kasihan anaknya," tuturnya.

https://tendabiru21.net/movies/amigo/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar