Fenomena 'Long-COVID' semakin banyak dilaporkan. Seperti yang terjadi pada wanita berusia 53 tahun asal Inggris.
Adalah Nic Kimberly yang mengaku pertama kali tertular COVID-19 di hari Natal tahun lalu. Ia tertular COVID-19 usai liburan musim dingin.
Tertular COVID-19 dari penumpang China di pesawat
Nic meyakini ia tertular COVID-19 di perjalanan liburannya. Pasalnya, Nic sempat berbaur dengan penumpang China di pesawat yang sempat mendarat di Bandara Gatwick dari Wuhan, kota pertama kali COVID-19 merebak.
Kala menjalani liburan musim dingin, ia pun hanya berbaring di tempat tidur karena merasa tak enak badan, demam, indra perasa terganggu, serta batuk tak mereda. Semua gejala khas COVID-19 ia rasakan.
Saat liburan usai, dan ia kembali ke rumahnya di Cheltenham, gejala COVID-19 pun masih menetap. Ia pergi ke dokter, tetapi dokter belum bisa mengidentifikasi penyakitnya, bahkan sempat dicurigai terkena flu babi.
Dokter melakukan tes padanya dari mulai kemungkinan terpapar Zika, malaria, bahkan SARS. Namun, ia baru didiagnosis COVID-19 saat menjalani tes plasma usai mengikuti uji coba Universitas Oxford terkait terapi plasma darah pada pasien COVID-19 Juni lalu.
Selalu merasa sulit bernapas
Nic, mantan jurnalis BBC, bahkan mengklaim dirinya adalah pengidap COVID-19 dengan waktu terpanjang di Inggris. Ia pun menceritakan perjuangannya yang mengerikan melawan COVID-19.
"Ditemukan bahwa berbagai organ dan kelenjar saya tidak bekerja dengan baik selama beberapa waktu," keluhnya.
"Saya tidak pernah kehilangan nyeri dada. Saya merasa sulit bernapas," jelas Nic.
Penglihatan kabur
Selain merasa kesulitan bernapas terus menerus, penglihatan Nic bahkan sempat kabur.
"Saya kehilangan penglihatan saya selama beberapa jam di sana-sini, lalu kembali kabur," jelasnya.
Kemampuan ingatan terganggu
Nic merasa tidak tahu apakah dirinya benar-benar bisa pulih dari COVID-19. Kondisinya memang sempat kembali normal dan tak mengeluhkan gejala apapun.
Namun, sayangnya tidak bertahan lama, bahkan hanya tujuh hari. Nic bahkan merasa kemampuan ingatannya tak lagi baik.
"Saya pernah menjadi jurnalis radio BBC, saya dulu fasih dan sekarang ingatan jangka pendek saya hilang," curhat Nic.
Dikutip dari The Sun, para ilmuwan tak tahu bagaimana 'Long COVID' bisa terjadi. Baik penyebab dan bagaimana cara mencegah kondisi 'Long COVID' masih belum diketahui.
Catatan studi Inggris terkait gejala, ada 12 persen orang yang masih mengidap gejala COVID-19 usai 30 hari terpapar Corona, dari total 4 juta orang.
https://indomovie28.net/fine-thank-love-2014/
Achmad Yurianto dan Julukan 'Pembawa Kabar Kematian' COVID-19
Publik mungkin tak asing dengan Achmad Yurianto karena kerap menyampaikan perkembangan kasus COVID-19 di awal wabah merebak. Ia kala itu bertugas menyampaikan perkembangan kasus COVID-19 setiap harinya termasuk kasus sembuh, meninggal, sekaligus total positif akumulatif COVID-19.
Baru-baru ini, namanya kembali menjadi sorotan karena berkaitan dengan pelepasan dirinya dari jabatan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI, lalu dilantik menjadi Staf Ahli Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.
Siapa sangka, kala menjabat sebagai juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19, Achmad Yurianto mengaku sering dijuluki pembawa berita kematian. Rupanya julukan ini datang karena dirinya sering menyampaikan angka kematian yang terus bertambah.
"Apa sih yang dibutuhkan masyarakat dalam menangani Corona? Bukan saya pelesetkan, saya omongkan dengan data yang saya miliki sehingga di awal-awal dengan 15 menit saya menerangkan, 10 menit untuk edukasi, dan 5 menit terakhir untuk umumkan data," kisah Yuri di acara launching buku 'Menghadang Corona' di ruang Fraksi PAN, Gedung DPR, Jakarta, beberapa waktu lalu.
"Yang selalu dipakai semua adalah tontonan 5 menit terakhir, sehinggaAchmadYurianto pembawa berita kematian. Sepuluhmenitnya (edukasi Corona) hilang," lanjutnya sambil diiringi tawa para hadirin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar