Pemerintah Indonesia menyebut akan memulai vaksinasi COVID-19 di November mendatang. Disebutkan ada tiga kandidat vaksin yang akan datang dalam waktu dekat yaitu, Cansino, Sinovac, dan G42 atau Sinophram.
Dikutip dari laman resmi maritim.go.id, jika vaksin sudah tersedia, Menkes terawan akan memprioritaskan vaksin Corona COVID-19 pada kelompok tenaga kesehatan, pelayanan publik, TNI atau Polri, dan seluruh tekanga pendidik.
Menkes Terawan juga menegaskan bahwa para garda terdepan dan yang tidak mampu secara ekonomi akan dibayarkan vaksinnya oleh pemerintah, termasuk di dalamnya masyarakat peserta Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan.
"Mereka yang di garda terdepan dan peserta Penerima Bantuan Iuran alias PBI dalam BPJS Kesehatan akan ditanggung biaya vaksinnya oleh pemerintah," ujar Menkes Terawan.
Sebagai bagian dari transparansi dan akuntabilitas, dalam waktu dekat Bio Farma diminta untuk menyampaikan kepada publik soal biaya pembelian vaksin dari semua mitra kerjasamanya.
Saat ini Kementerian Kesehatan telah menyiapkan program vaksinasi COVID-19 dan mengambil langkah untuk memastikan kesiapan fasilitas kesehatan di Indonesia dan akan segera melakukan simulasi di beberapa puskesmas
https://cinemamovie28.com/cock-and-bull/
Pakar Sebut Fenomena ADE pada Kandidat Vaksin COVID-19 Aman
Baru-baru ini, fenomena ADE (Antibody-dependent enhancement) sedang menjadi perbincangan publik karena bisa terjadi pada kandidat vaksin SARS-CoV-2. Adapun ADE merupakan fenomena yang mungkin terjadi pada pemberian antibodi (vaksin atau antibodi lain) yang berupa reaksi memperkuat infeksi sehingga terjadi suatu kejadian imunopatologis berat.
Merespons hal ini, Guru Besar Fakultas Kedokteran Unpad Kusnandi Rusmil membantah hal tersebut.
"Fenomena ADE ini sudah diselidiki pada percobaan preklinis kandidat vaksin SARS-CoV-2 dan dinyatakan aman," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (12/10/2020).
Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin COVID-19 Unpad ini menyatakan fenomena ADE sejauh ini baru terlihat pada dengue. Fenomena ADE pada kasus MERS, SARS, Ebola, dan HIV pun juga hanya ditemukan in silico (simulasi komputer) dan in vitro (percobaan di cawan petri laboratorium).
"Tidak menggambarkan fenomena di manusia," katanya
Kusnandi juga menyatakan pada umumnya reaksi ADE ini sudah dapat dilihat sejak pengembangan vaksin di uji preklinis pada hewan.
"Vaksin SARS-CoV-2 dari Sinovac pada publikasinya di Science sudah menyebutkan bahwa pada uji preklinisnya tidak menemukan kejadian ADE pada hewan yang sudah divaksinasi. Bahkan hewan yang sudah divaksinasi ini mampu bertahan setelah dipaparkan dengan virus SARS-CoV-2," paparnya.
Menurutnya, pada uji klinis saat ini, tidak ditemukan adanya efek samping serius yang disebabkan oleh vaksin maupun vaksinasi, termasuk pada uji klinis fase 1 dan 2 sebelumnya.
Kusnadi menambahkan dalam penelitian vaksin COVID-19 yang dilakukan di dunia, saat ini lebih dari 140 calon vaksin sudah dibuat, sebagian di antaranya sudah dalam tahap uji klinis pada manusia.
"Hingga saat ini belum ada bukti terjadinya ADE (pada kandidat vaksin COVID-19). Kewaspadaan dan monitoring terhadap keamanan vaksin tetap harus dilakukan," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar