Dalam salah satu klaimnya, Aliansi Dokter Dunia menyebut 90 persen hasil positif dalam tes PCR (polymerase chain reaction) untuk COVID-19 adalah false positive. Pasalnya, sampel virus tidak dimurnikan.
"Dimurnikan itu apa maksudnya? Sulingan? Sulingan bensin?" celetuk influencer yang juga dokter, dr Tirta Mandira Hudhi, dalam perbincangan di Instagram Live bersama seorang kandidat doktor dari Kobe Unversity, dr Adam Prabata, Selasa (27/10/2020).
Istilah 'bensin murni' memang pernah populer di masa kejayaan mesin 2-tak. Kala itu, bensin atau bahan bakar minyak (BBM) untuk kendaraan bermesin 2-tak harus dicampur dengan oli samping terlebih dahulu sebelum masuk ke ruang bakar. Bensin murni adalah bensin yang belum dicampur oli samping.
Sementara itu, klaim soal 'false positive' dalam PCR tersebut sebenarnya didasari oleh pemahaman bahwa virus Corona meninggalkan fragmen-fragmen yang terkadang masih terbaca oleh tes PCR. Hasil positif ini masih bisa didapatkan bahkan sampai beberapa pekan setelah pasien dinyatakan 'sembuh' dari COVID-19.
Menanggapi klaim tersebut, dr Adam menyebut teknologi yang ada saat ini sudah bisa mengatasi masalah tersebut. Salah satunya dengan Meta Genomic RNA Sequencing.
"Cairan yang ada di paru-paru diambil, terus ada prosesnya supaya isinya RNA semua," jelas dr Adam.
WHO sendiri dalam rekomendasi terbarunya memang sudah tidak mewajibkan hasil PCR negatif bagi pasien COVID-19 bergejala ringan-sedang untuk mengakhiri isolasi (discharge from isolation). Isolasi dinyatakan selesai jika sudah tidak bergejala dan sudah menjalani isolasi 10-13 hari.
Dalam praktiknya, beberapa pasien memang masih akan mendapat hasil positif hingga beberapa pekan setelah dinyatakan 'sembuh', yakni ketika sudah tidak bergejala dan masa isolasinya berakhir. Namun diyakini, statusnya sudah tidak 'infectious' atau tidak menularkan virus.
https://nonton08.com/forever-strong-2008/
RI Nyaris Tembus 400 Ribu Kasus, Ini 20 Wilayah Zona Merah COVID-19 Terbaru
Corona di Indonesia sudah menembus angka 396.454 kasus. Masih banyak wilayah yang berada di zona risiko tinggi atau zona merah.
Berdasarkan data terbaru yang dihimpun per 25 Oktober 2020, ada 20 wilayah yang masuk zona risiko tinggi atau zona merah. Jumlah wilayah yang masuk zona merah COVID-19 berkurang dari catatan pekan sebelumnya.
Pekan lalu, 18 Oktober 2020 ada 32 wilayah yang masih masuk zona merah COVID-19. Kini wilayah zona merah COVID-19 paling banyak tercatat di Jawa Tengah, sebanyak 4 wilayah.
Sementara DKI Jakarta hanya mencatat 1 wilayah zona merah COVID-19. Berikut update zona merah COVID-19 per 25 Oktober 2020, dikutip dari covid19.go.id.
Sumatera Selatan
- Lahat
Sumatera Barat
- Kota Padang
Sulawesi Utara
- Kota Tomohon
Sulawesi Tenggara
- Kota Kendari
Riau
- Kota Pekanbaru
Papua Barat
- Manokwari
- Kota Sorong
Lampung
- Kota Bandar Lampung
Kepulauan Riau
- Kota Batam
Kalimantan Timur
- Kutai Kartanegara
Jawa Tengah
- Magelang
- Pati
- Wonosobo
- Semarang
Jawa Barat
- Kota Depok
DKI Jakarta
- Jakarta Utara
Bengkulu
- Kota Bengkulu
Aceh
- Pidie Jaya
- Bireuen
- Aceh Utara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar