Publik mungkin tak asing dengan Achmad Yurianto karena kerap menyampaikan perkembangan kasus COVID-19 di awal wabah merebak. Ia kala itu bertugas menyampaikan perkembangan kasus COVID-19 setiap harinya termasuk kasus sembuh, meninggal, sekaligus total positif akumulatif COVID-19.
Baru-baru ini, namanya kembali menjadi sorotan karena berkaitan dengan pelepasan dirinya dari jabatan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI, lalu dilantik menjadi Staf Ahli Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.
Siapa sangka, kala menjabat sebagai juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19, Achmad Yurianto mengaku sering dijuluki pembawa berita kematian. Rupanya julukan ini datang karena dirinya sering menyampaikan angka kematian yang terus bertambah.
"Apa sih yang dibutuhkan masyarakat dalam menangani Corona? Bukan saya pelesetkan, saya omongkan dengan data yang saya miliki sehingga di awal-awal dengan 15 menit saya menerangkan, 10 menit untuk edukasi, dan 5 menit terakhir untuk umumkan data," kisah Yuri di acara launching buku 'Menghadang Corona' di ruang Fraksi PAN, Gedung DPR, Jakarta, beberapa waktu lalu.
"Yang selalu dipakai semua adalah tontonan 5 menit terakhir, sehinggaAchmadYurianto pembawa berita kematian. Sepuluhmenitnya (edukasi Corona) hilang," lanjutnya sambil diiringi tawa para hadirin.
Disebut sebagai pembawa berita kematian, Yurianto berusaha untuk mengubah penyampaian perkembangan kasus COVID-19 di Indonesia, diselingi beberapa edukasi COVID-19. Tetapi, tampaknya julukan ini masih terus diberikan pada Achmad Yurianto.
"Sampai saya akali yang 5 menit saya pindah-pindahin, saya potong-potong, data positif tak tambahin edukasi. Begitu saya ngomong di YouTube, dirangkai lagi jadi itu (data kematian). Jadi inilah yang kemudian saya berterima kasih mendapat julukan pembawa berita kematian," ungkap Yuri.
Belakangan, dr Reisa Broto Asmoro diketahui menemani pria yang akrab disapa Yuri tersebut dalam perkembangan kasus COVID-19 di Indonesia. Sejak saat itu, Yuri menilai informasi seputar COVID-19 yang disampaikan sudah tidak begitu menakutkan lagi.
"Begitu partner saya ditunjuk oleh Kementerian Komunikasi, muncul Reisa, saya minta untuk edukasi baru berubah pandangan bahwa COVID tidak menakutkan lagi. Tidak menakutkan lagi COVID, yang baca COVID maksudnya," tutur Yuri sambil disambut tawa.
https://indomovie28.net/haunting-alice-d-2016/
Hari Dokter Nasional 24 Oktober, Ini Sejarah dan Inspirasi Ucapan Selamat
Tanggal 24 Oktober setiap tahunnya merupakan hari bersejarah yang diperingati sebagai Hari Dokter Nasional. Tanggal ini juga merupakan hari jadi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang merupakan organisasi profesi kedokteran di Indonesia.
Asal-usul Hari Dokter Nasional berdasarkan situs Kementerian Kesehatan dimulai dengan lahirnya perkumpulan dokter di nusantara yang diberi nama Vereniging van Indische Artsen pada tahun 1911.
Kemudian pada tahun 1926, organisasi ini berubah nama menjadi Vereniging Van Indonesische Genesjkundigen (VGI).
VIG mengadakan kongres di Solo pada tahun 1940. Kongres ini menugaskan Prof. Bahder Djohan untuk membina dan memikirkan istilah baru dalam dunia kedokteran.
Pada tahun 1943 dan masa pendudukan Jepang, VIG dibubarkan dan diganti menjadi Jawa izi Hooko-Kai. Pada 30 Juli 1950, atas usul Dr. Seni Sastromidjojo, PB Perthabin (Persatuan Thabib Indonesia) dan DP-PDI (Perkumpulan Dokter Indonesia) mengadakan pertemuan.
Pertemuan itu menghasilkan 'Muktamar Dokter Warganegara Indonesia (PMDWNI)', yang diketuai Dr. Bahder Djohan.
Puncaknya tanggal 22-25 September 1950, Muktamar I Ikatan Dokter Indonesia (MIDI) digelar di Deca Park. Dalam muktamar IDI itu, Dr. Sarwono Prawirohardjo terpilih menjadi Ketua Umum IDI pertama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar