Mengalami gejala COVID-19 selama lebih dari empat pekan termasuk salah satu kondisi yang dialami para penyintas 'long Covid'. Peneliti Inggris menyebut lansia dan wanita lebih berisiko mengalami long Covid.
Analisis para ahli melihat sekitar 5 persen dari pasien COVID-19 bahkan memiliki gejala lebih dari delapan minggu. Peneliti mengidentifikasi dua karakteristik pengidap long Covid.
Pertama pasien yang mengalami gejala pernapasan, seperti batuk dan sesak napas, ditambah kelelahan dan sakit kepala. Sementara kelompok lain mengalami jantung berdebar, masalah usus, kesemutan, mati rasa, dan kabut otak.
"Ini akan membuka jalan bagi uji coba intervensi awal untuk mengurangi efek jangka panjang dari COVID-19," peneliti Dr. ClaireSteves, seorang akademisi klinis di King's College London, mengatakan dalam sebuah pernyataan dikutip dari WebMD.
Pengidap long Covid memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk kambuh setelah mereka pulih. Sekitar 22 persen lansia berusia 70 tahun juga lebih berisiko mengalami long Covid dibandingkan usia lain.
Selain itu peneliti mendapati pengidap asma atau penyakit paru lebih mungkin mengalami long Covid daripada pasien yang tidak memiliki penyakit penyerta sebelumnya.
Kondisi long Covid tidak membedakan usia atau status kesehatan. Mereka yang mengalami kondisi ringan atau asimtomatik pada awalnya, juga melaporkan gejala yang berkepanjangan.
https://indomovie28.net/dear-eleanor-2016/
Relawan Uji Vaksin COVID-19 Meninggal, Dokter Muda 28 Tahun
Seorang relawan uji klinis vaksin COVID-19 AstraZeneca di Brasil meninggal dunia. Hal ini disampaikan pejabat setempat pada Rabu (21/10/2020) lalu.
Diketahui relawan tersebut adalah seorang pria yang berprofesi sebagai dokter berusia 28 tahun bernama Dr Joao Pedro Feitosa. Ia bertugas merawat para pasien COVID-19. Dikutip dari Mirror UK, dokter muda yang tinggal di Rio de Janeiro, Brasil ini baru menyelesaikan pendidikannya.
Penyebab meninggal
Terkait penyebab meninggalnya, banyak kabar mengatakan Dr Joao mengalami komplikasi COVID-19. Hal ini terjadi saat dirinya tengah menjadi relawan uji vaksin Corona eksperimental AstraZeneca.
Namun, kabar ini masih belum jelas kebenarannya dan bagaimana bisa ia tertular virus Corona ini. Ia disebut meninggal setelah menerima plaseo, bukan suntikan vaksin COVID-19 eksperimental AstraZeneca.
Terkait hal ini pihak AstraZeneca pun masih enggan untuk berkomentar lebih jauh. Hal ini berkaitan dengan rahasia dan syarat dari uji klinis itu sendiri. Tetapi, dipastikan uji klinis ini akan tetap dilanjutkan.
"Kami dapat mengonfirmasi bahwa semua proses peninjauan yang diperlukan telah diikuti," kata juru bicara AstraZeneca Brendan McEvoy.
"Semua peristiwa medis yang signifikan dinilai dengan cermat oleh penyelidik uji coba, komite pemantau keamanan independen, dan pihak berwenang. Penilaian ini tidak menimbulkan kekhawatiran tentang kelanjutan studi yang sedang berlangsung," lanjutnya.
Terkait kematian dokter muda ini, pihak Oxford mengkonfirmasi akan ditinjau langsung oleh komite independen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar