Suasana duka masih menyelimuti Brunei Darussalam. Baru-baru ini terungkap, Pangeran Haji Abdul Azim wafat karena kegagalan multiorgan terkait penyakit autoimun vaskulitis sistemik yang diidapnya.
"Awal tahun ini, kakak saya didiagnosis vaskulitis sistemik parah, yang merupakan sebuah penyakit autoimun," ungkap Abdul Mateen, adik kandung Abdul Azim, di akun Instagram @tmski.
Apa itu vaskulitis?
Dikutip dari Mayo Clinic, vaskulitis adalah suatu kondisi radang pembuluh darah yang menyebabkan perubahan pada dinding pembuluh darah.
Perubahan ini bisa berupa penebalan, penyempitan, dan pelemahan pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat menghambat aliran darah dan mengakibatkan kerusakan pada organ dan jaringan tubuh.
Apa penyebab vaskulitis?
Hingga kini belum diketahui penyebab pasti seseorang mengalami vaskulitis. Meski begitu, beberapa kondisi vaskulitis bisa berhubungan dengan faktor genetik dan gangguan sistem kekebalan tubuh (autoimun).
Gangguan sistem kekebalan tubuh bisa dipicu oleh beberapa kondisi, seperti berikut.
Infeksi, seperti hepatitis B dan hepatitis C
Kanker darah
Reaksi tubuh terhadap obat-obatan
Penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis, skleroderma atau lupus.
Apa yang terjadi jika terkena vaskulitis?
Vaskulitis bisa berakibat serius. Ketika pembuluh darah melemah, mereka akan mudah berdarah atau meradang. Jika pembuluh darah meradang, dindingnya akan menebal dan membuat rongga pembuluh darah menyempit, sehingga aliran darah akan terganggu.
Kondisi tersebut jika dibiarkan bisa mengancam nyawa pengidapnya. Berikut beberapa komplikasi yang bisa dialami pengidap vaskulitis.
Kerusakan organ. Vaskulitis yang kian memburuk dapat menyebabkan kerusakan pada organ-organ penting di tubuh.
Gangguan penglihatan. Kondisi ini umumnya terjadi pada jenis vaskulitis giant cell arteritis yang tidak diobati.
Penggumpalan darah dan aneurisma. Meski jarang terjadi, tetapi vaskulitis dapat menyebabkan pembuluh darah membengkak, sehingga aliran darah terganggu dan menggumpal.
https://nonton08.com/guest-house-2020/
Aliansi Dokter Dunia Singgung Pemurnian COVID-19, dr Tirta: Kayak Bensin
Dalam salah satu klaimnya, Aliansi Dokter Dunia menyebut 90 persen hasil positif dalam tes PCR (polymerase chain reaction) untuk COVID-19 adalah false positive. Pasalnya, sampel virus tidak dimurnikan.
"Dimurnikan itu apa maksudnya? Sulingan? Sulingan bensin?" celetuk influencer yang juga dokter, dr Tirta Mandira Hudhi, dalam perbincangan di Instagram Live bersama seorang kandidat doktor dari Kobe Unversity, dr Adam Prabata, Selasa (27/10/2020).
Istilah 'bensin murni' memang pernah populer di masa kejayaan mesin 2-tak. Kala itu, bensin atau bahan bakar minyak (BBM) untuk kendaraan bermesin 2-tak harus dicampur dengan oli samping terlebih dahulu sebelum masuk ke ruang bakar. Bensin murni adalah bensin yang belum dicampur oli samping.
Sementara itu, klaim soal 'false positive' dalam PCR tersebut sebenarnya didasari oleh pemahaman bahwa virus Corona meninggalkan fragmen-fragmen yang terkadang masih terbaca oleh tes PCR. Hasil positif ini masih bisa didapatkan bahkan sampai beberapa pekan setelah pasien dinyatakan 'sembuh' dari COVID-19.
Menanggapi klaim tersebut, dr Adam menyebut teknologi yang ada saat ini sudah bisa mengatasi masalah tersebut. Salah satunya dengan Meta Genomic RNA Sequencing.
"Cairan yang ada di paru-paru diambil, terus ada prosesnya supaya isinya RNA semua," jelas dr Adam.
WHO sendiri dalam rekomendasi terbarunya memang sudah tidak mewajibkan hasil PCR negatif bagi pasien COVID-19 bergejala ringan-sedang untuk mengakhiri isolasi (discharge from isolation). Isolasi dinyatakan selesai jika sudah tidak bergejala dan sudah menjalani isolasi 10-13 hari.
Dalam praktiknya, beberapa pasien memang masih akan mendapat hasil positif hingga beberapa pekan setelah dinyatakan 'sembuh', yakni ketika sudah tidak bergejala dan masa isolasinya berakhir. Namun diyakini, statusnya sudah tidak 'infectious' atau tidak menularkan virus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar