Kementerian Kesehatan Brasil pada Rabu (2/7/2020) mengatakan bahwa penyuntikan vaksin Corona COVID-19 tidak wajib bagi warga jika sudah tersedia di negara itu.
Meski demikian, Sekretaris Eksekutif Kemenkes Brasil Elcio Franco meyakini bahwa vaksin menjadi cara paling ampuh untuk melawan virus Corona COVID-19.
"Seperti yang telah kami lakukan selama ini dan akan terus dilakukan, kami mendorong vaksin untuk imunisasi penduduk. Jika tidak, kami mungkin memiliki risiko kembalinya penyakit yang telah diberantas dari dalam negeri seperti yang terjadi dengan campak baru-baru ini," jelas Sekretaris Eksekutif Kemenkes Brasil, Elcio Franco dikutip dari laman CNN.
"Vaksin itu tidak wajib tetapi akan menjadi alat yang hebat bagi kami untuk kembali normal," sambungnya.
Pernyataan Elcio menegaskan apa yang dilontarkan oleh Presiden Brasil Jail Bolsorano yang menyebut tak ada satu orang pun akan dipaksa untuk disuntik vaksin virus Corona.
"Tidak ada yang bisa mewajibkan siapa pun untuk divaksin," kata Bolsonaro. Pernyataannya kemudian dicuitkan di akun Twitter Pemerintah Brasil.
Pembuatan vaksin tentunya tetap didukung oleh Kemenkes meski presiden sudah bilang bahwa vaksinasi tidak wajib. Kemenkes bekerjasama dengan lembaga penelitian federal kesehatan masyarakat Fiocruz dalam pengamatan vaksin ini.
Ada tiga jenis vaksin Covid-19 yang menjalani uji klinis di Brasil. Salah satunya, dari Universitas Oxford dan AstraZeneca, yang telah dilakukan dengan dukungan Kementerian Kesehatan dan bekerja sama dengan lembaga penelitian federal kesehatan masyarakat Fiocruz.
Menurut Franco, masyarakat mungkin memiliki akses ke vaksin Oxford/AstraZeneca pada Januari tahun depan.
Doomscrolling Saat Pandemi Bisa Ganggu Kejiwaan, Perilaku Apa Sih Itu?
Doomscrolling atau dikenal juga dengan sebutan doomsurfing menjadi istilah yang populer sejak pandemi virus Corona atau COVID-19 melanda dunia. Psikiater Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr dr Ronny Tri Wirasto, SpKJ, mengatakan doomscrooling merupakan istilah yang menggambarkan kecenderungan menelusuri media sosial secara terus menerus, terutama mengakses berita negatif.
Menurutnya, isolasi baik secara fisik maupun sosial akibat pandemi COVID-19 menjadi salah satu faktor pemicu doomscrooling. Proses isolasi tersebut mendorong orang untuk memenuhi kebutuhannya mendapat informasi salah satunya melalui media sosial (medsos).
"Hal tersebut dilakukan karena isolasi ini membuat seseorang menjadi tidak mau kehilangan apa yang sudah ada sebelumnya, baik secara sosial maupun fisik. Untuk mempertahankan itu, salah satunya dilakukan melalui media sosial termasuk membuat perilaku scrolling atau surfing," jelasnya dalam keterangan tertulis yang dikirim Humas UGM, Jumat (4/9/2020).
Ronny menjelaskan ketika seseorang berada dalam kondisi khawatir atau merasa cemas, doomscrolling dilakukan untuk mengubah perasaan mereka.
"Untuk menutup kecemasan dengan sesuatu yang lebih kuat. Sesuatu yang buruk atau negatif akan menutup rasa ketidaknyamaan itu," tuturnya.
Lebih lanjut Ronny menyampaikan, doomscrolling memiliki efek negatif bagi kesehatan baik fisik maupun mental. Aktivitas ini awalnya menimbulkan gangguan berupa kesulitan tidur, dimana gangguan pola tidur tersebut pada akhirnya akan menyebabkan kesehatan fisik terganggu.
https://cinemamovie28.com/i-twist-ones-arm-in-dick-takeuchi-gauze-rina-cheeky-apartment-wife-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar