Tiga hari berturut-turut, pertambahan jumlah kasus konfirmasi positif virus Corona COVID-19 di Indonesia mencatatkan rekor tertinggi. Angka terakhir makin mendekati 5 ribu kasus perhari.
Rentetan rekor pertambahan kasus positif harian dimulai pada Rabu (23/9/2020) ketika jumlah kasus positif harian tercatat 4.465 kasus. Berturut-turut dalam dua hari berikutnya, rekor tersebut terpecahkan dengan 4.634 kasus dan 4.823 kasus.
Kabar baiknya, jumlah pasien yang sembuh juga mengalami peningkatan. Pada Jumat (25/9/2020), jumlah pasien sembuh dalam sehari mencatatkan angka tertinggi sebanyak 4.343 kasus.
Total hingga saat ini ada 196.196 pasien di Indonesia yang telah dinyatakan sembuh dari COVID-19, sehingga tingkat kesembuhannya menjadi 73,5 persen.
Sementara itu, jumlah pasien meninggal dunia hingga saat ini terakumulasi sebanyak 10.218 kasus. Dengan jumlah tersebut, tingkat kematian berada di angka 3,8 persen.
https://indomovie28.net/dishoom-2/
BPOM 'Take Down' 48 Ribu Lapak Online, Ada yang Jual 'Obat COVID-19'
Hingga saat ini dipastikan belum ada obat yang definitif untuk mengatasi virus Corona COVID-19. Meski begitu, ribuan lapak obat online ilegal berani mengklaim dagangannya sebagai 'obat COVID-19'.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tidak tinggal diam. Pada 2019, badan yang dikepalai Penny K Lukito ini mengidentifikasi 24.573 link penjualan obat ilegal.
"Jumlah ini meningkat hampir 100 persen menjadi 48.058 tautan selama semester I 2020," tulis BPOM dalam keterangan pers, Jumat (25/9/2020).
Beberapa obat yang diklaim bisa mengatasi COVID-19 di lapak-lapak tersebut antara lain mencakup hydroxychloroquin, azitromisin, dan dexamethasone. Penjualan obat-obat ilegal tersebut kini telah di-take down.
Sementara itu, dalam periode Maret-September 2020 juga telah dilakukan penindakan di 29 provinsi dengan barang bukti senilai Rp 46,7 miliar. Temuan terbaru adalah 60 item obat ilegal di Rawalumbu, Bekasi, dengan nilai keekonomian diperkirakan Rp 3,25 miliar.
China Sebut WHO Telah Beri Izin Penggunaan Vaksin COVID-19 Darurat
Otoritas kesehatan China menyebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memberi dukungan untuk mulai memberikan vaksin COVID-19 untuk keadaan darurat meski uji klinis masih berlangsung.
Pejabat Komisi Kesehatan Nasional China Zheng Zhongwei mengatakan China mulai meluncurkan program penggunaan vaksin darurat pada Juli setelah berkomunikasi dengan WHO pada Juli. Ratusan ribu kelompok berisiko tinggi telah disuntikan vaksin, meski keamanan dan kemanjurannya belum ditetapkan sepenuhnya lantaran uji klinis fase 3 belum rampung.
"Pada akhir Juni, Dewan Negara China menyetujui rencana program penggunaan darurat vaksin COVID-19," kata Zheng dalam konferensi pers, dikutip dari Reuters, Sabtu (26/7/2020).
"Setelah disetujui, pada 29 Juni, kami melakukan komunikasi dengan perwakilan terkait dari Kantor WHO di China, dan mendapat dukungan serta pengertian dari WHO," tambah Zheng.
Perwakilan WHO di China tidak segera menanggapi permintaan komentar atas isu ini.
Kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan mengatakan pada bulan ini bahwa otoritas nasional dapat menyetujui penggunaan produk medis di dalam yurisdiksi mereka sendiri dalam situasi darurat, namun menggambarkannya sebagai 'solusi sementara'.
Solusi jangka panjang terletak pada penyelesaian uji coba fase 3.
Beijing belum secara terbuka merilis rincian lengkap dari program penggunaan daruratnya. Setidaknya tiga kandidat vaksin, termasuk dua yang dikembangkan oleh China National Biotec Group (CNBG) yang didukung China dan satu dari Sinovac Biotech, semuanya dalam uji klinis fase 3 di luar negeri, termasuk dalam program penggunaan darurat.
Vaksin COVID-19 keempat yang dikembangkan oleh CanSino Biologics juga telah disetujui untuk digunakan di militer China pada bulan Juni. Zheng berharap kapasitas produksi tahunan vaksin COVID-19 China diharapkan mencapai 610 juta dosis pada akhir tahun 2020 dan 1 miliar dosis pada tahun 2021.
"Di China, harga vaksin akan terjangkau oleh masyarakat umum," pungkas Zheng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar