Kamis, 06 Agustus 2020

WHO Bertanya ke Pemuda Dunia: Harus Banget Pergi Pesta?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta para pemuda dunia menahan diri, jangan berkumpul dulu untuk membantu redakan pandemi COVID-19. WHO melihat tempat-tempat wisata mulai ramai dengan orang yang berpesta, salah satu alasannya karena merasa jenuh.
Direktur Eksekutif WHO, Mike Ryan, mengatakan para pemuda juga memiliki tanggung jawab dalam upaya menghentikan pandemi ini. Sudah beberapa kali kasus klaster COVID-19 dilaporkan muncul dari tempat-tempat pesta.

"Tanyakan pada diri sendiri: apakah saya perlu banget pergi ke pesta itu?" kata Mike dalam diskusi online seperti dikutip dari Reuters pada Kamis (6/8/2020).

Data WHO menunjukkan jumlah orang berusia 15-24 tahun yang terinfeksi COVID-19 meningkat sampai tiga kali lipat dalam 5 bulan terakhir. Meski para pemuda ini lebih mungkin mengalami bentuk infeksi ringan, mereka bisa menularkan penyakitnya ke orang tua atau kakek-nenek.

Mike menyebut kadang para pemuda enggan memberi nama teman yang ikut berpesta dengannya ketika nanti ternyata sampai ada yang terinfeksi. Hal ini jadi salah satu kendala saat tenaga medis harus melakukan pelacakan kasus.

"Ini mungkin sulit, tapi harus kita lakukan untuk menghentikan virusnya," pungkas Mike.

Studi Ini Ungkap Kemungkinan Ruam Kulit Jadi Salah Satu Gejala COVID-19

Timbulnya ruam kulit pada pasien Corona hingga kini masih dicurigai sebagai salah satu gejala COVID-19. Sebab, beberapa pasien COVID-19 mengalami ruam kulit dan perubahan warna, seperti jari kaki berubah jadi warna merah atau ungu, gatal-gatal, dan timbul benjolan pada jari.
Lantas apakah benar ruam kulit adalah salah satu gejala COVID-19?
"Banyak infeksi virus yang dapat memicu ruam kulit, jadi ketika Anda membuat laporan terkait kasus ini, Anda harus memiliki data lain. Apakah pasien sempat menjalani pengobatan selama seminggu sebelum ruam muncul? Apakah ada kemungkinan penyebab lain?" kata profesor dermatologi di Pusat Medis Universitas Rochester, New York, Dr Art Papier, dikutip dari CNN.

Sebelumnya beberapa studi terkait kasus ini memang telah diterbitkan di jurnal medis dan yang paling terbaru menunjukkan, empat pasien Corona berusia 40-80 tahun dengan gejala parah di New York mengalami perubahan warna kulit serta lesi yang disebut retiform purpura.

Setelah dilakukan pemeriksaan, pasien ternyata mengalami kelainan pada pembuluh darahnya.

Dalam studi tersebut, para peneliti dari Weill Cornell Medical College menuliskan perubahan warna kulit pada pasien dapat menandakan adanya penyumbatan pembuluh darah. Sedangkan retiform purpura dapat mewakili kemungkinan terjadinya penyumbatan penuh di pembuluh darah.

Hal ini menunjukkan, ruam dan perubahan warna kulit bisa menjadi petunjuk klinis akan adanya kemungkinan pembekuan darah dalam tubuh. Bahkan sejak awal pandemi, sebagian dokter telah memperhatikan bahwa COVID-19 dengan gejala parah dapat menyebabkan pembekuan darah yang tidak normal pada pasien.

Meski begitu, studi tersebut masih memiliki kekurangan, peneliti belum bisa memastikan kapan pertama kali gejala ruam kulit muncul pada pasien. Diperlukan juga lebih banyak lagi penelitian untuk memastikan apakah temuan serupa akan muncul di antara kelompok pasien Corona yang jauh lebih besar.
https://indomovie28.net/ong-bak-3/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar