Selasa, 25 Agustus 2020

172 Negara Bersatu Demi Akses Vaksin Corona yang Adil

Negara-negara dilaporkan mulai membuat perjanjian sepihak dengan perusahaan farmasi untuk mengamankan suplai vaksin virus Corona COVID-19. Hal yang disebut "nasionalisme vaksin" ini disebut berbahaya karena bisa membuat ketimpangan terhadap akses vaksin dunia.
Untuk menghadapi masalah itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membuat program bernama COVAX untuk menjamin negara-negara lain bisa mendapat vaksin bila nanti tersedia. Sejauh ini sudah ada 172 negara yang menyatakan turut berpartisipasi.

"Nasionalisme vaksin hanya akan membantu virus," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, seperti dikutip dari Reuters pada Selasa (25/8/2020).

COVAX rencananya akan membeli sekitar dua milyar dosis vaksin Corona yang dibagikan secara merata pada negara-negara hingga akhir 2021.

Untuk mencapai itu dibutuhkan bantuan donasi dana dari negara-negara.

"Kunci kesuksesan COVAX tidak hanya dari negara-negara yang mau turut berpartisipasi, tapi juga pada pemenuhan dana yang penting," lanjut Tedros.

Awalnya Anggap Corona Hoax, Suami Menyesal Usai Istri Meninggal

Pasangan suami-istri dari Florida, Amerika Serikat, awalnya menganggap virus Corona COVID-19 hanya konspirasi belaka. Brian Lee Hitchens dan istrinya, Erin, membaca berbagai klaim di internet yang menyebut Corona tidak nyata atau penyakit ini sama seperti influenza.
Brian dan Erin tidak pernah menjalankan protokol kesehatan, sampai keduanya jatuh sakit pada bulan Mei karena infeksi virus Corona.

Erin yang berusia 46 tahun memiliki kondisi penyerta asma dan kondisinya terus memburuk. Hingga akhirnya pada bulan Agustus, Erin meninggal dunia.

Brian nasibnya lebih baik karena berhasil sembuh. Ia mengaku menyesal dan berharap sang istri bisa memaafkannya.

"Ini adalah virus nyata yang efeknya berbeda-beda untuk tiap orang. Saya tidak bisa mengubah masa lalu. Saya hanya bisa melanjutkan hidup dan mengambil keputusan yang lebih baik di masa depan," kata Brian pada BBC dan dikutip Selasa (25/8/2020).

Brian juga menceritakan pengalamannya di media sosial, tempat ia banyak mendapat informasi keliru mengenai pandemi Corona. Harapannya ada netizen lain yang bisa terselamatkan dari nasib yang serupa.

"Bila Anda keluar rumah, tolong bijaksana dan jangan bodoh seperti saya. Jadi hal yang terjadi pada saya dan istri saya tidak terjadi pada Anda," pungkasnya.

Gaza Konfirmasi Kasus Corona Pertama, Langsung Lockdown

 Untuk pertama kalinya pada hari Senin (24/8/2020), Gaza menemukan kasus virus Corona COVID-19 pertama di tengah populasi masyarakat. Otoritas setempat langsung menerapkan pembatasan atau lockdown selama 48 jam.
Kasus Corona ini dilaporkan muncul pada satu anggota keluarga di bagian tengah Gaza. Lockdown diterapkan karena kondisi pemukiman yang padat ditambah kemiskinan dan keterbatasan layanan kesehatan dapat membuat keadaan semakin buruk bila penyakit mewabah.

"Pembatasan penuh berlaku mulai malam ini di seluruh Gaza," kata kepala media pemerintah, Salama Marouf, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (25/8/2020).

Kementerian Kesehatan Gaza menjelaskan kasus terungkap saat seorang wanita yang berkunjung ke Tepi Barat terdeteksi positif Corona COVID-19. Juru bicara pemerintah mengimbau seluruh warga yang mengunjungi supermarket di luar rumah sakit Gaza untuk mengisolasi diri dan lapor ke tenaga medis bila mengalami gejala.

Tim darurat perwakilan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr Ayadil Saparbekov, mengatakan kasus di Gaza jadi tantangan karena kondisi konflik yang berkepanjangan dengan Israel. Gaza terisolasi dengan dunia luar karena blokade.

"Ada kejadian ini ditambah masalah layanan kesehatan sebelumnya jadi hal yang mengkhawatirkan bagi kami," kata Ayadil.

"Kami sudah bersiap sebelum kejadian dengan menyediakan peralatan medis, alat pelindung diri, dan laboratorium pengetesan," pungkasnya.
https://indomovie28.net/altitude-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar