Selasa, 25 Agustus 2020

Sebelum Disuntik Vaksin COVID-19, Ridwan Kamil Bakal Jalani Swab Test

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil akan melaksanakan pemeriksaan fisik dan uji usap (swab test) PCR pada Selasa (25/8/2020), tahapan itu dilakukan karena pria yang akrab disapa Kang Emil itu akan menjadi relawan vaksin COVID-19 buatan Sinovac.
Kabiro Humas dan Keprotokolan Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Jabar Hermansyah mengatakan, bila hasil swab negatif, tiga hari kemudian Kang Emil akan mendapatkan penyuntikan kandidat vaksin.

"Proses uji klinis Bapak Gubernur tidak dapat diliput secara langsung oleh media," kata Hermansyah di Kota Bandung, Senin (24/8/20).

Ia mengatakan, keikutsertaan Kang Emil sebagai relawan uji klinis untuk meyakinkan kepada masyarakat bahwa uji klinis vaksin dilakukan secara ilmiah. "Pemerintah memberikan yang terbaik kepada masyarakat melalui proses yang kita tunggu-tunggu, yakni adanya vaksin COVID-19," ucapnya.

Juru bicara tim uji klinis vaksin COVID-19 Universitas Padjadjaran (Unpad) Rodman Tarigan mengatakan, selama uji klinis, relawan melakukan lima kunjungan penelitian.
Pada kunjungan pertama, relawan akan mendapatkan penjelasan mengenai alur uji klinis dan swab test.

"Hasil tes akan diumumkan 2-3 hari. Jika hasil tes positif, sukarelawan tidak bisa ikut uji klinis. Kalau hasilnya negatif, bisa ikut dalam proses penelitian selanjutnya," kata Rodman.

Pada kunjungan kedua, kata Rodman, sukarelawan akan kembali mengikuti tes kesehatan fisik dan rapid test. Jika hasil tes memenuhi syarat dan hasil rapid test nonreaktif, penyuntikan vaksin COVID-19 atau plasebo dapat dilakukan.

"Setiap suntikan terdapat reaksi dalam waktu 30-40 menit. Jadi, kami menyediakan tempat observasi. Apabila tidak terjadi gejala, sukarelawan dapat pulang," katanya.

Rodman mengatakan, penyuntikan vaksin kedua akan dilakukan dua pekan setelahnya. Kemudian, sukarelawan wajib menjalani dua kunjungan lagi untuk mengetahui reaksi vaksin terhadap kondisi kesehatan. Jika terjadi reaksi, seperti demam, batuk, pilek, dan sakit tenggorokan, sukarelawan diminta melapor kepada tim uji klinis.

"Kondisi kesehatan sukarelawan akan dipantau secara intensif oleh tim uji klinis," ucapnya.

Proses uji klinis vaksin COVID-19 fase ketiga ini akan berjalan selama enam bulan atau hingga akhir 2020. Jika berjalan lancar, rencananya vaksin Sinovac akan mendapat izin edar dan diproduksi massal di awal 2021.

Kondisi Darurat Jadi Alasan FDA Izinkan Terapi Plasma untuk Pasien Corona

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) akhirnya mengizinkan penggunaan terapi plasma darah untuk mengobati pasien Corona. Terapi ini awalnya dipromosikan oleh Presiden Donald Trump, namun ditolak karena dianggap masih kurang bukti.
Keputusan FDA mengeluarkan izin karena kondisi darurat. Uji coba pada 70 ribu pasien yang sakit parah menunjukkan setidaknya terapi ini relatif aman.

Beberapa studi awal melihat pemberian plasma darah tampaknya mengurangi risiko kematian bila diberikan pada pasien kurang dari tiga hari setelah dirawat di rumah sakit. Hanya saja FDA menekankan perlu studi lebih lanjut untuk membuktikan efektivitas terapi.

"Tampaknya terapi ini aman dan kami cukup nyaman dengan itu. Sampai saat ini tidak ada sinyal bahaya yang mengkhawatirkan," kata salah satu direktur FDA, Peter Mark, seperti dikutip dari BBC pada Selasa (25/8/2020).

Pada umumnya prinsip terapi plasma sendiri adalah pemberian plasma darah pasien yang sudah dinyatakan sembuh virus Corona kepada pasien yang masih dalam pengobatan. Sebab, pasien yang sudah dinyatakan sembuh diketahui memiliki antibodi terhadap virus tersebut.

Namun perlu diingat, terapi plasma konvalasen ini sifatnya pengobatan untuk pasien dengan gejala berat. Bukan sebagai pencegahan terhadap infeksi virus Corona COVID-19.
https://indomovie28.net/dont-open-your-eyes-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar