Senin, 03 Agustus 2020

Warga Korsel Sterilkan Uang Kertas di Microwave dan Inilah yang Terjadi

Warga di Korea Selatan (Korsel) yang khawatir tertular virus Corona COVID-19 dilaporkan membakar dan mencuci uang kertas mereka. Hal ini dilakukan karena dianggap bisa mensterilkan uang dari virus Corona.
Bank Korea menyebut selama enam bulan terakhir permintaan penukaran uang rusak meningkat tiga kali lipat. Sebagian uang yang ditukar dalam kondisi hangus karena ditempatkan di microwave.

Dalam sebuah pernyataan, Bank Korea menyebut telah memusnakan uang kertas dan koin senilai sekitar 2,69 triliun won.

"Ada sejumlah besar uang yang dibakar di microwave sepanjang paruh pertama tahun ini," kata seorang juru bicara Bank Korea, seperti dikutip dari Reuters pada Senin (3/8/2020).

Apakah disinfeksi uang jadi cara efektif cegah penularan Corona?

Beberapa ahli memang sempat menyebut uang secara teori bisa jadi media perantara penularan virus karena sering disentuh banyak orang. Hanya saja tindakan yang disarankan untuk mencegahnya bukan mencuci atau membakar uang kertas, melainkan sebisa mungkin gunakan uang elektronik atau cuci tangan usai memegang uang.

"Bila memungkinkan gunakan metode pembayaran tanpa sentuhan (bayar tanpa memegang uang, kartu, atau tombol)," tulis panduan pencegahan COVID-19 dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC).

"Bila terpaksa memegang uang, kartu, atau menggunakan tombol, segera gunakan pembersih tangan setelahnya," lanjut CDC.

Cara Simpel Ini Diklaim Efektif Kurangi Penularan Virus Corona

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengungkap satu cara untuk memperlambat penyebaran virus Corona COVID-19. Menurut CDC, cara ini bisa memperlambat dan mengurangi penularan hingga 86 persen.
Cara yang disarankan adalah dengan melakukan isolasi mandiri, sampai tes COVID-19 yang dilakukannya diketahui hasilnya. CDC mengatakan, selama waktu itu orang terinfeksi yang tidak menunjukkan gejala pun tidak mengisolasi dirinya, bisa saja menyebarkan virusnya ke orang lain.

Menurut salah satu pengawas pengujian tes COVID-19, Dr Brett Giroir, sebanyak 59 persen tes COVID-19 bisa diketahui hasilnya dalam waktu tiga hari. Sementara 47 persen lainnya bisa sampai 16 hari. Selama itulah mereka yang sedang menjalani tes harus mengisolasi diri.

"Jika orang yang dicurigai atau bahkan belum pasti diketahui terinfeksi COVID-19 tidak mengisolasi dirinya, virus itu bisa menyebar tanpa henti," kata Dr Pieter Cohen, dokter di Klinik Pernapasan Aliansi Kesehatan Cambridge, Boston.

Namun, Dr Christopher Ohl, profesor penyakit menular di Wake Forest Baptist Health, Winston-Salem, Carolina Utara, tidak terlalu yakin orang yang merasa dirinya sehat dan tidak menunjukkan gejala COVID-19 itu mau mengisolasi diri.

"Saya tidak yakin pasien tanpa gejala yang sedang menunggu hasil tes COVID-19 itu akan patuh untuk melakukan isolasi mandiri," ujarnya yang dikutip dari NBC News, Senin (3/8/2020).

Jika orang-orang yang bergejala COVID-19 atau tidak diisolasi, penyebaran COVID-19 bisa berkurang hingga 86 persen. Tetapi, jika mereka melakukan isolasi setelah gejala-gejala COVID-19 itu muncul, penularan hanya akan berkurang sebesar 40 persen.

Menurut Dr Gary Little, selaku kepala petugas medis di Atrium Health, Charlotte, Carolina Utara, tindakan isolasi ini tidak hanya melindungi diri sendiri dari penularan, tetapi juga orang lain.

"Bahkan jika kamu dinyatakan negatif, kamu masih tetap rentan terinfeksi virus ini dari orang lain," tegas Little.

"Tetap pakai masker, cuci tangan yang bersih, jaga jarak sosial, dan jauhi kerumunan orang. Itu adalah hal yang akan membantu kita mengurangi penyebaran penyakit," lanjutnya.
https://cinemamovie28.com/housewives-creampie-affairs-2-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar