Menteri Perdagangan Agus Suparmanto bicara soal cara pemerintah menekan laju produk impor China, khususnya barang-barang impor yang juga dijual oleh sektor UMKM lokal. Agus mengakui memang produk impor masih banyak masuk ke dalam negeri khususnya lewat e-commerce.
Menurutnya, produk yang berharga satu juta ke bawah dan merupakan barang konsumsi banyak diimpor lewat e-commerce.
"Memang betul ada beberapa yang lalu. Lalu kita evaluasi, khususnya online dan e-commerce. Memang ada produk yang satu juta ke bawah itu bebas, maka paling banyak yang besar itu pembelian konsumsi," ujar Agus ditemui di rumah dinasnya, bilangan Denpasar, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (30/6/2020) malam.
Dia menjelaskan untuk mengantisipasi hal itu, pemerintah sudah mengeluarkan aturan soal batasan bea impor via e-commerce. Barang dengan minimal harga US$ 3 atau sekitar Rp 45 ribu maka akan dikenakan bea masuk.
"Ini lah kita cegah beberapa bulan lalu ada peraturan bahwa US$ 3 itu udah kena pajak, dan ini mengurangi," ujar Agus.
Aturan itu sendiri diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan. Awalnya batasan nilai bebas bea masuk maksimal US$ 75 atau Rp 1.050.000, kini diturunkan menjadi maksimal US$ 3 atau Rp 45.000. Jika harganya di atas US$ 3 maka akan kena bea masuk.
Kemudian Agus menyatakan ada produk yang dibatasi impornya, hal ini dilakukan untuk menjaga industri dalam negeri tak rusak. Bahkan untuk pengawasannya, menurut Agus, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Kemenperin.
"Kemudian, ada produk yang kita batasi impor, ini pengawasannya bersama Kemenperin supaya tidak rusak industri kita. Kita koordinasikan ke Kemenperin karena industri serap tenaga kerja besar," ujar Agus.
Kemudian dia bicara soal gerakan Bangga Buatan Indonesia untuk mendorong pertumbuhan UMKM. Dia menjelaskan produk UMKM lokal mesti jadi prioritas. Bahkan Agus mewajibkan di pusat perbelanjaan produk UMKM harus diletakkan dan ditampilkan paling depan.
"Kemudian dengan program Bangga Buatan Indonesia, ini akan memotivasi semua memprioritaskan produk UMKM lokal. Bahkan pusat belanja dan ritel saya minta masukkan produk Indonesia ditaruh di depan, artinya produk ini diprioritaskan," ujar Agus.
Mau Mulai Bisnis Tapi Takut Nggak Laku? Ini Tipsnya
Mau memulai bisnis kerap kali dihadapkan oleh rasa takut bahwa bisnis yang dijalankan tidak akan terjual. Terlebih saat pandemi Corona (COVID-19) seperti ini, di mana daya beli masyarakat sedang turun.
Pengusaha Jaya Setiabudi mengatakan hal terpenting untuk menjadi seorang wirausaha adalah keberanian. Jika sudah yakin ingin menjadi pebisnis, maka lakukanlah tanpa perlu pikir panjang.
"Jadi apapun itu kalau yang belum buka bisnis nggak usah pakai mikir, nggak usah pakai belajar, jualan saja selesai. Nanti kalau sudah mulai baru dia mulai belajar karena keberanian sering dipatahkan oleh keilmuwan. Jadi berani dulu, habis itu nanti baru mulai belajar menata satu per satu," kata dia dalam acara d'Mentor @detikcom, Selasa (30/6/2020).
Pria yang akrab disapa mas J ini tidak menyarankan untuk pebisnis pemula mengeluarkan modal besar. Sebagai usaha awal, cukup dengan modal tidak terlalu besar.
"Jangan langsung berani modal gede Rp 100 juta, nggak usah gitu. Tapi modal Rp 1 juta dulu saja. Dapat feel-nya sebagai orang pengusaha itu kan susah, itu yang paling penting," ucapnya.
Baca juga: Jadi Tulang Punggung, UMKM di RI 87% Masih Belum Melek Digital
Jika masih takut juga, Anda bisa memulainya terlebih dahulu dengan cara menjadi reseller atau dropshipper. Cara ini bisa membuat Anda belajar memasarkan produk tanpa modal sebelum memiliki produk sendiri.
"Sekarang peluangnya besar banget kalau bicara masalah bisnis di era online ini. Fasenya adalah bagaimana naik kelas. Awalnya reseller setelah itu jadi owner, ini berbeda. Yang kedua inilah yang harus diperdalam," tandasnya.
https://kamumovie28.com/2016/07/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar