Senin, 27 Juli 2020

Pabrik di Vietnam Produksi 140 Ribu Masker Palsu, Bahannya dari Tisu Toilet

 Ketika permintaan masker melonjak di tengah wabah virus corona COVID-19, otoritas pejabat di Hanoi, Vietnam, menemukan satu perusahaan yang memproduksi masker dari tisu toilet.
Disebutkan bahwa pabrik tersebut mengganti lapisan antibakteri yang biasanya dipakai di dalam masker dengan tisu toilet. Kemungkinan alasannya adalah untuk mengurangi biaya produksi.

"Perusahaan ini menipu konsumen di tengah wabah baru coronavirus," kata Hoang Dai Nghia, kepala Tim 1 di Badan Pengawas Pasar Hanoi, dikutip dari Insider.

Perusahaan yang terciduk sebenarnya bergerak di bidang percetakan dan serbet, tidak terdaftar sebagai produsen pasokan medis. Pejabat Vietnam menyita sekitar 140 ribu masker palsu dari produsen tersebut.

Pihak berwajib telah mengumumkan bahwa produsen produk imitasi dan berkualitas rendah akan menghadapi sanksi berat. Sejak awal Februari, pejabat telah menemukan lebih dari 4,200 pelanggaran terkait dengan produksi masker.

Di Vietnam, banyak bisnis tekstil, termasuk beberapa yang tidak memiliki pengalaman sebelumnya, telah mulai memproduksi masker antibakteri.

Viral Temulawak Cs Bikin 'Kebal' Virus Corona COVID-19

 Baru-baru ini, ramai dibicarakan soal jamu yang disebut bisa menjadi penangkal virus corona COVID-19. Menurut ahli, senyawa kurkumin seperti yang ditemukan dalam jahe, kunyit, temulawak, dan bahan lainnya dapat menekan badai sitokin yang terjadi pada pasien COVID-19.
Menanggapi hal ini, vaksinolog dr Dirga Sakti Rambe, MSc, SpPD, dari Rumah Sakit Omni Pulomas menjelaskan secara umum berbagai penelitian memang menunjukkan kurkumin dapat menekan produksi sitokin yaitu zat yang penting dalam proses inflamasi.

"Namun penelitiannya masih terbatas, harus dibuktikan lebih lanjut," tegasnya saat dihubungi detikcom, Selasa (18/2/2020)

dr Dirga membenarkan penelitian tersebut secara teoritis menjelaskan, kurkumin memang dapat mencegah badai sitokin, seperti produksi sitokin yang berlebihan yang berhubungan dengan organ, dan tingkat keparahan penyakit, pada infeksi virus.

Namun jika berhubungan dengan COVID-19, belum ada penelitian khusus terkait itu. "Penelitian-penelitian tentang kurkumin banyak dilakukan pada virus Hepatitis, influenza, Ebola. Tidak ada penelitian curcumin pada COVID-19," lanjutnya.

Karenanya, ia menyimpulkan hingga saat ini dugaan penggunaan kurkumin untuk menangkal virus corona belum memiliki bukti yang kuat. "Dugaan kurkumin dapat mencegah infeksi COVID-19 tidak memiliki bukti ilmiah yang kuat," katanya kembali menegaskan.

Sering Minder Akibat Bau Kaki? Dokter Ungkap Penyebab Sesungguhnya

Sering merasa malu akibat bau kaki yang tak sedap? Jangan minder kalau ini terjadi pada kamu, sebab hampir setiap orang mungkin pernah merasakan hal yang sama.
Dikutip dari PureWow, seorang podiatrist (ahli penyakit kaki), Dr Miguel Cunha mengatakan bau kaki yang tak sedap bisa disebabkan oleh kurangnya ventilasi pada sepatu yang dikenakan.

"Bau kaki bisa disebabkan karena kurangnya ventilasi di sepatu kamu, sehingga keringat pada kaki tidak bisa menguap dengan baik," kata Cunha.

Menurutnya keringat yang keluar dari tubuh tak akan menyebabkan bau, tetapi bakteri pada permukaan kulit lah yang membuat aroma kaki menjadi tak sedap.

"Bakteri kulit ini memecah keringat di tubuh kita, sehingga menghasilkan asam isovaleric yang menyebabkan kaki menjadi bau," jelas Cunha.

Cunha pun menyarankan untuk mencuci kaki dengan sabun antibakteri sekali sehari, terutama pada sela-sela jari kaki dan jangan lupa untuk dikeringkan terlebih dahulu sebelum beraktivitas. Tak hanya itu, sepatu yang terbuat dari kulit atau kanvas lebih dianjurkan untuk dikenakan, karena memiliki ventilasi yang lebih baik daripada sepatu plastik atau karet.
https://cinemamovie28.com/a-female-employees-taste-3/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar