Sabtu, 29 Februari 2020

Kapal Mewah Rp 1,7 M yang Terinspirasi dari Pesawat Alien

Kapal satu ini desainnya terinspirasi dari bentuk pesawat alien. Harganya tidak tanggung-tanggung, mencapai US$ 125 ribu atau setara Rp 1,7 M.

Ada satu kapal pribadi dengan desain terkini yang siap diluncurkan buat traveler berkantong tebal. Desain kapal ini disebur-sebut mengambil inspirasi dari pesawat alien. Kapal ini diberi nama The Royal Version 001.

Dikumpulkan detikTravel dari beberapa sumber, Senin (11/2/2019)< kapal tersebut dibuat oleh perusahaan Jet Capsule dari Italia. Bisa menampung hingga 12 orang penumpang, kapal ini dibanderol dengan harga yang fantastis, mencapai Rp 1,7 miliar.

Jika dilihat-lihat, kapal laut ini memang memiliki bentuk yang anti mainstream. Sangat berbeda dengan kapal atau yacht kebanyakan. Sama seperti nama perusahaan pembuatnya, bentuk kapal ini justru menyerupai kapsul.

Jika traveler pernah nonton film-film bertema luar angkasa atau alien, kapal ini bentuknya mirip dengan pesawat alien. Bedanya kapsul alien terbang di udara, sedangkan kapsul ini melaju di atas permukaan laut.

Kapal buatan Jet Capsule dilengkapi dengan aneka fasilitas yang bisa membuat traveler nyaman saat berada di dalamnya. Ada dapur, bar, bahkan kamar mandi.

Konfigurasi kursi bisa diatur sendiri oleh penumpang, sehingga traveler bisa tidur dengan nyaman di sana. Kapal ini sendiri memiliki dimensi panjang 7,9 meter dan juga lebar 3,6 meter.

Sebagai mesin penggeraknya, dipakai mesin diesel Yanmar dengan sistem propulsi jet Hamilton yang bisa digeber hingga mencapai kecepatan 62 knot atau setara 114 km per jam. Untuk menyeberangi Selat Inggris, cukup membutuhkan waktu 20 menit saja.

Lebih canggihnya lagi, kapal ini dilindungi oleh kaca anti peluru di sepanjang badannya. Kaca ini juga dilengkapi dengan lapisan fotokromatik sehingga warnanya seperti bisa berubah-ubah.

Dengan harga mencapai Rp 1,7 miliar, kapal ini memang mengincar para traveler tajir yang high class. Walaupun sudah punya uang segitu, tapi traveler tidak bisa langsung menikmati kecanggihan kapal ini karena butuh waktu 6 bulan sebelum kapal ini sampai di tangan konsumen.

Desa Hobbiton yang Asli di Selandia Baru, Juara Banget!

Desa Hobbiton di Selandia Baru begitu fenomenal sampai ditiru di banyak negara termasuk Indonesia. Tapi melihat desanya yang asli, memang juara banget.

Desa Hobbiton adalah objek wisata Selandia Baru yang terkenal karena merupakan tempat syuting asli The Lord of The Rings dan The Hobbit. Ratusan ribu wisatawan penggemar film ini pun berdatangan ke sana. Hobbiton sampai ditiru di banyak negara termasuk Hobbiton Bandung di Indonesia.

detikTravel pun berkunjung ke Hobbiton Selandia Baru atas undangan maskapai Emirates, akhir Januari kemarin. Dalam perjalanan ke lokasi, saya penasaran bagaimana penampakan Hobbiton aslinya. Sebab, jalanan di daerah Matamata memang peternakan di kanan kirinya.

Nah, rupanya wisatawan tidak langsung turun di Hobbiton, melainkan di area drop off Hobbiton Movie Set yang berisi sebuah parkiran luas, tempat penjualan tiket, restoran, toko suvenir, toilet dan kantor pengelola. Ternyata Hobbiton berada di tengah-tengah lahan peternakan milik keluarga Alexander.

Untuk menuju Hobbiton, wisatawan membeli tiket dulu, lalu mendapat jadwal shuttle bus khusus. Nanti bus itu yang mengantar kita ke Hobbiton. Sambil menunggu bus, kami pun mengisi perut di The Shire's Rest Cafe dan foto-foto, sampai jadwal kami tiba.

Bus hijau ini pun lalu mengantar kami masuk ke peternakan keluarga Alexander. Pemandu kami bernama David yang menjelaskan kalau dulu Sutradara Peter Jackson melakukan survei pakai helikopter dan jatuh cinta dengan peternakan ini yang menurutnya sesuai dengan gambaran Shire, negeri tempat tinggal para Hobbit di dalam novel JRR Tolkien.

"Semua hewan seperti domba atau unggas yang muncul dalam film adalah asli hewan ternak yang ada di sini. Lahan pertanian yang muncul dalam film juga memang lahan pertanian sungguhan," kata dia.

Area peternakan ini begitu hijau rerumputannya dengan kontur berbukit-bukit. Tak heran lokasi ini yang dipilih. Bus pun akhirnya berhenti dan kita siap walking tour, wah saya semakin geregetan.

Jumat, 28 Februari 2020

AirAsia Benarkan Soal Broadcast Larangan Bawa Daging Babi

Para traveler ramai dengan beredarnya foto surat edaran atas nama maskapai AirAsia yang melarang penumpang membawa daging babi ke Malaysia. Larangan ini benar adanya.

detikTravel pun menanyakan langsung perihal broadcast yang beredar luas di media sosial kepada AirAsia. Broadcast yang beredar itu sepertinya ditujukan kepada travel agent, seperti tampak pada awal kalimatnya.

Bagaimana tanggapan AirAsia? Larangan penumpang membawa daging babi itu ternyata benar adanya. Larangan ini terkait dengan wabah Flu Babi Afrika.

"Kami ingin menginformasikan bahwa pemerintah Malaysia telah menetapkan larangan sementara membawa masuk daging babi dan produk yang mengandung daging babi ke Malaysia menyusul adanya wabah virus Flu Babi Afrika," ujar Juru Bicara AirAsia kepada detikTravel, Rabu (13/2/2019).

Menurut dia AirAsia sudah memasang pengumuman resmi di website mereka mulai tanggal 8 Februari 2019 perihal Larangan Membawa Produk Babi dan Berbahan Babi ke Malaysia.

Dalam pengumuman itu disebutkan, traveler yang membawa daging babi atau produk babi ke Malaysia diminta membuangnya di tempat pembuangan yang ditentukan (tempat karantina) setelah turun dari pesawat.

Mereka yang tidak melakukannya, barangnya akan disita dan dikenakan denda RM 100.000 atau penjara 6 tahun atau keduanya.

Wah, patut jadi perhatian traveler nih!

Menyelidiki Jejak Freemason di Kota Malang

Organisasi Freemason di Kota Malang dulunya pernah ada. Jejak keberadaannya bisa dilihat di sebuah hotel bergaya Belanda di Jalan Cerme, Kota Malang.

Bangunan bergaya arsitektur Niuwe Bowen itu dirancang oleh seorang arsitek Belanda di tahun 1933. Bangunan sempat berubah-ubah fungsinya sebelum akhirnya menjadi The Shalimar Boutique Hotel.

Dahulu bangunan tersebut pernah digunakan sebagai Stasiun RRI Malang sejak tahun 1964. Lalu pada tahun 1993, PT Cakra Nur Lestari melakukan tukar guling dengan status hak guna usaha seluas 3.800 meter persegi.

Tahun 1994, bangunan itu difungsikan sebagai Hotel Malang Inn. Kemudian setahun berikutnya, 1995, menjadi Graha Cakra. Lalu pada 2011 sukses menjadi hotel bintang lima dan pada 2015 di-rebranding menjadi The Shalimar Boutique Hotel.

Total kamar di hotel ini ada 44. Satu kamar tipe presiden suites bertarif Rp 10 juta per malam, sedangkan dua kamar tipe royal suites bertarif Rp 5,5 juta per malam.

Nah, untuk jejak Freemason dikenali dari foto lawas yang menempel pada dinding lobi hotel dan beberapa ruangan lain. Pada dinding depan bagian utama bangunan, di tengahnya terpasang logo atau simbol Freemason atau Mason Bebas. Dengan huruf G diapit jangkar dan mistar siku, yang menjadi lambang dari tarekat itu.

"Itu memang foto asli bangunan ini. Kita mendapatkannya dari kolektor. Sampai kini, bangunan utamanya tak berubah," ungkap Manager Affair The Shalimar Hotel Boutique Agoes Basoeki pada detikTravel, Kamis (7/2/2019).

Foto repro memang sengaja dipajang, untuk memperlihatkan penampakan bangunan sejak masa lalu. Bersama ahli sejarah, Agoes pun tengah serius menelusuri sejarah dari bangunan ini.

"Dulunya menjadi gedung societeit, tempat berkumpul pejabat-pejabat Belanda kala itu, mengisi waktu dengan berpesta, berdansa, menari dan menyanyi," beber Agoes.

Terlepas dari keberadaan komunitas Freemason kala itu, kata Agoes, bangunan memang dirancang khusus untuk iklim Indonesia dengan gaya arsitektur Niuwe Bowen.

"Bangunannya kokoh dan tak berubah dari aslinya, sirkulasi udaranya bagus hingga terasa adem dan membuat betah siapa saja yang singgah," ujar Agoes.

Tim Ahli Cagar Budaya Kota Malang pun mengiyakan soal bangunan hotel yang dulunya digunakan sebagai tempat perkumpulan Freemason.

"Jika melihat dari beberapa bukti, memang iya. Bangunan atau gedung ini dulunya menjadi tempat perkumpulan itu (Freemason). Bahkan, jika sampai mendirikan bangunan sendiri, artinya cukup kuat di masa itu," ungkap Tim Ahli Cagar Budaya Kota Malang Dwi Cahyono dalam perbincangan terpisah.