Gelombang kedua COVID-19 menghantam India dengan sangat keras. Negara tersebut bahkan melaporkan penambahan kasus lebih dari 400 ribu sehari.
Dalam situasi seperti ini, India disarankan lockdown selama beberapa minggu. Hal ini bertujuan untuk meredam lonjakan kasus Corona di India yang meledak-ledak dan mengacaukan fasilitas kesehatan.
"Saya pikir hal terpenting dalam waktu dekat adalah mendapatkan oksigen, mendapatkan persediaan, mendapatkan obat, mendapatkan APD, hal-hal semacam itu. Tapi juga, salah satu hal yang harus segera dilakukan adalah menyerukan penutupan negara," kata Penasihat Utama Pandemi COVID-19 di Amerika Serikat dr Anthony Fauci, dikutip dari Channel News Asia.
Menurut Fauci, lockdown tidak perlu dilakukan hingga enam bulan. Cukup beberapa minggu untuk mengendalikan siklus transmisi sehingga penularan bisa dicegah dan diakhiri.
"Tidak ada yang suka mengunci negaranya. Tapi jika dilakukan selama beberapa minggu, dampaknya signifikan dalam pengendalian wabah," ujarnya.
Hanya saja, Perdana Menteri India Narendra Modi telah menolak untuk memberlakukan lockdown nasional. Sebab berkaca dari penguncian negara di tahun yang lalu, ia mengatakan banyak warganya yang menderita dan ekonomi hancur lebur.
Pihak berwenang melaporkan 401.993 kasus baru pada Sabtu (1/5/2021), jumlah harian tertinggi yang pernah ada secara global. Pada Minggu (2/5/2021) kasus baru COVID-19 di India hanya turun sedikit, tercatat 392.562 pasien.
https://trimay98.com/movies/outlander/
Sama-sama Dipakai di Indonesia, Ini Beda Vaksin Sinopharm Vs Sinovac
Pekan lalu, Indonesia kedatangan vaksin Sinopharm sebanyak 484.400 dosis. Vaksin yang akan digunakan dalam skema gotong royong atau vaksinasi mandiri ini menjadi vaksin Corona ketiga yang mendapat persetujuan penggunaan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Vaksin Sinopharm merupakan vaksin COVID-19 buatan China National Pharmaceutical Group, perusahaan farmasi milik pemerintah China. Selain Sinopharm, vaksin Corona lain dari China yang juga digunakan di Indonesia adalah Sinovac.
Berikut perbedaan keduanya mulai dari efikasi hingga interval pemberian dosis kedua.
1. Efikasi
Sinopharm:
Uji klinis fase 3 yang berlangsung di Uni Emirat Arab dengan 42 ribu relawan menunjukkan vaksin Sinopharm memiliki efikasi 78 persen. Dalam uji klinis tersebut juga didapatkan imunogenositas 14 hari setelah suntikan kedua untuk netralisasi antibodi yakni 99,92 persen untuk dewasa dan lansia 100 persen.
Dalam laman covid19.trackvaccines.org, vaksin ini telah disetujui oleh 40 negara di antaranya UEA, Brunei Darussalam, dan Pakistan.
Sinovac:
Dalam uji klinis yang dilakukan di Bandung, efikasi vaksin Sinovac sebesar 65,3 persen. Kepala BPOM Penny K Lukito menjelaskan, angka ini berarti vaksin Sinovac menunjukkan harapan untuk bisa menurunkan kejadian penyakit COVID-19 hingga 65,3 persen.
Efikasi yang didapat lebih kecil dibanding hasil uji klinis di Turki sebesar 91,25 persen dan di Brasil sekitar 50,4 persen.
Selain Indonesia, negara yang juga memakai vaksin Sinovac antara lain Hong Kong, Malaysia, Turki, Brazil, dan Thailand.