Selasa, 30 Maret 2021

China Berang Dituduh Tak Transparan Soal Asal Usul Virus Corona

  Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis hasil temuan mengenai asal-usul virus Corona hasil investigasi di China pada 16-24 Februari 2021. Namun ada beberapa hal yang belum terungkap dalam dokumen tersebut yang membuat beberapa negara mempertanyakan laporannya, salah satunya Amerika Serikat.

"China tampaknya membantu WHO menuliskan laporan tersebut," kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, sembari menunjukkan kritiknya tentang metodologi dan proses di balik laporan tersebut.


Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian, mengatakan hal yang disampaikan AS tidak berdasar dan fitnah belaka. Zhao menegaskan sejak awal pihaknya yang melaporkan epidemi ke WHO dan merilis urutan informasi penting seperti urutan genom dan rencana diagnosis juga pengobatan.


"Sejak itu, China terus memberi informasi kepada AS dan kedua belah pihak telah memelihara komunikasi yang erat, yang disadari AS," katanya dikutip dari Global Times.


"Tolong tanyakan kepada para ahli bagian mana dari laporan yang dibantu oleh pemerintah China untuk mereka tulis. Apakah fasilitasi China pada penelitian juga merupakan manipulasi di balik layar?" lanjutnya.


Selama hampir seminggu, para ahli China dari tim gabungan WHO-China telah mengungkapkan pembaruan tentang laporan lengkap studi lapangan yang sangat diantisipasi sekitar sebulan yang lalu di Wuhan.


Pakar China menerima laporan versi bahasa Inggris dari pakar WHO pada 17 Maret, berjumlah sekitar 300 halaman, tanpa versi China, kata Zhao.


"Menelusuri asal-usul virus bukanlah tugas yang sederhana dan membutuhkan upaya bersama jangka panjang oleh para ilmuwan," ungkap ilmuwan China.

https://tendabiru21.net/movies/kaguya-sama-love-is-war/


Siap Masuk Sekolah Lagi? Nadiem Targetkan Vaksinasi Guru Selesai Juni 2021


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menyebut vaksinasi guru ditargetkan selesai di akhir Juni 2021. Hal ini mengingat perencanaan sekolah tatap muka yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.

"Untuk memastikan bahwa di bulan Juli semua guru-guru kita dan tenaga kependidikan kita sudah divaksin," bebernya dalam konferensi pers Selasa (30/3/2021).


"Kami mendorong semua pemerintah daerah (Pemda) yang sedang melakukan vaksinasi untuk memprioritaskan tenaga pendidik," bebernya.


Adapun detail jadwal vaksinasi guru dan tenaga pendidikan yang dijabarkan Nadiem adalah sebagai berikut.


PAUD/SD/MI, SLB sederajat pesantren dan pendidikan keagamaan


- Vaksinasi dosis pertama: Akhir minggu kedua Mei 2021.


SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK sederajat


- Vaksinasi dosis pertama: Akhir minggu keempat Mei 2021.


Pendidikan tinggi


- Paling lambat selesai dilaksanakan pada akhir minggu kedua Juni 2021.


Sementara kejelasan vaksinasi guru dosis kedua akan disesuaikan dengan jenis vaksin Corona yang ada. Sementara vaksin Corona Sinovac berada di rentang waktu 28 hari, dan vaksin AstraZeneca 9 sampai 12 minggu.


"Tentunya vaksinasi dosis kedua itu tergantung dari vaksinnya yang diambil yang mana, karena beberapa vaksin punya beda-beda jangka waktunya rentang waktunya," pungkasnya.

https://tendabiru21.net/movies/prometheus/

6 Fakta Temuan WHO Soal Asal-Usul Corona, Hasil Investigasi di Wuhan

 Setahun lebih tak terungkap, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya merilis hasil investigasi asal usul Corona. Tim investigasi WHO sebelumnya menjalankan misi untuk menguak sumber Corona ke China, Wuhan, sejak 16 hingga 24 Februari 2021.

Dari jenis hewan hingga rute penularan Corona pertama kali terungkap. Namun, ada beberapa hal yang juga belum terjawab atau berhasil diidentifikasi WHO.


Berikut rangkumannya dikutip dari laman resmi WHO, Selasa (30/3/2021).


COVID-19 berasal dari kelelawar

Dari analisis filogenetik yang dilakukan dengan whole genome sequencing, kelelawar terbukti menjadi asal usul Corona, ia merupakan reservoir virus SARS-CoV-2 atau COVID-19. Namun, host perantara yang lantas menularkan virus dari kelelawar ke manusia belum bisa diidentifikasi WHO.


Rute penularan COVID-19 di awal merebak

Seperti diketahui, rute penularan COVID-19 paling umum terjadi melalui percikan droplet dari orang yang terinfeksi Corona. Saat pertama kali Corona merebak di Wuhan, tidak ada bukti COVID-19 bisa menular lewat udara atau airborne transmission.


Sementara jejak COVID-19 pada feses memang ditemukan di beberapa pasien Corona China, tetapi hingga saat ini tidak ada bukti hal tersebut juga bisa menjadi media penyebaran Corona.


Penularan di Wuhan

Sejumlah kasus Corona awal yang diidentifikasi di Wuhan diyakini terinfeksi dari hewan, banyak sumber yang melaporkan ke WHO para pasien terpapar Corona mengunjungi atau bekerja di pasar basah Wuhan.


Sementara hewan yang menginfeksi pasien dan diduga menjadi perantara dari kelelawar belum diketahui. Angka reproduksi COVID-19 ditemukan relatif tinggi yaitu 2 hingga 2,5 sementara pengetatan mobilitas di awal wabah Corona merebak di Wuhan belum dilakukan saat itu.

https://tendabiru21.net/movies/the-body/


Wabah dipicu klaster keluarga

Di China, penularan Corona antarmanusia sebagian besar terjadi di lingkungan keluarga. Tim pakar investigasi WHO menyebut di antara 344 klaster dengan total 1.308 kasus (dari total 1.836 kasus yang dilaporkan) di Guangdong China dan Provinsi Sichuan, 85 persen di antaranya berasal dari keluarga.


Sampel post mortem pasien COVID-19 China

Sampel post mortem pasien Corona pria berusia 50 tahun mengambil organ paru-paru, hingga jantung. Pemeriksaan histologis menunjukkan kerusakan alveolar difus bilateral dengan eksudat fibromyxoid seluler. Paru-paru menunjukkan pasien mengalami gangguan pernapasan akut sindrom (ARDS).


Gejala COVID-19

Gejala COVID-19 yang ditemukan di awal wabah Wuhan juga tak spesifik, ada yang tak bergejala hingga mengalami pneumonia berat dan meninggal dunia. WHO mencatat beberapa gejala COVID-19 di China dalam dokumen asal usul Corona hasil investigasi Februari lalu.


Berdasarkan 55.924 kasus yang dikonfirmasi di laboratorium China, tanda dan gejala khas meliputi:


Demam (87,9 persen)

Batuk kering (67,7 persen)

Kelelahan (38,1 persen)

Berdahak (33,4 persen)

Sesak napas (18,6 persen)

Sakit tenggorokan (13,9 persen)

Sakit kepala (13,6 persen)

Mialgia atau artralgia (14,8 persen)

Menggigil (11,4 persen)

Mual atau muntah (5,0 persen)

Hidung tersumbat (4,8 persen)

Diare (3,7 persen)

Hemoptisis (0,9 persen)

Konjungtiva (0,8 persen).

"Pengidap COVID-19 umumnya mengalami gejala ringan rata-rata 5-6 hari setelah infeksi (rata-rata masa inkubasi 5-6 hari, kisaran 1-14 hari)," jelas WHO.

https://tendabiru21.net/movies/total-recall/