Selasa, 30 Maret 2021

Wanita Ini Harus Operasi Otak Gara-gara Obesitas, Kok Bisa?

 Seorang wanita asal Texas diharuskan menjalani operasi akibat kelebihan berat badan atau obesitas yang dialaminya. Ia juga mengidap beberapa penyakit, salah satunya pada bagian otaknya.

Awalnya, wanita bernama Evelyn Morales LaGrange mengalami kelebihan berat badan sejak masa kanak-kanak. Namun, berat tubuhnya melonjak dengan cepat usai melahirkan putrinya pada 2007 silam.


Akibat bobot tubuhnya yang sangat besar, wanita 36 tahun tersebut didiagnosis mengidap hipotiroidisme pada 2009. Pada kondisi ini, kelenjar tiroid tidak menghasilkan cukup hormon yang mengatur metabolisme dan membuat bobot tubuhnya terus bertambah.


Dikutip dari Metro UK, Evelyn pun mengalami hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes, depresi, kecemasan, hingga dikucilkan orang-orang di lingkungan dan pasangannya.


Hingga pada Februari 2017, Evelyn tiba-tiba merasakan sakit di bagian belakang kepalanya sampai membuatnya kehilangan penglihatan dan rasa tidak nyaman di perutnya. Ia didiagnosis mengalami malformasi Chiari, kondisi yang ditandai dengan jaringan otak meluas ke tulang belakang karena ukuran otaknya terlalu besar untuk tengkoraknya.

Dokter memberitahu bahwa ia harus menjalani operasi dekompresi otak. Tulang di bagian belakang tengkoraknya diangkat untuk membuat lebih banyak ruang bagi otaknya. Hal itu bisa meringankan rasa sakit yang ia alami selama ini.


Namun, sebelum itu ia harus mengurangi separuh lebih dari berat badannya yang mencapai 500 pon atau sekitar 226 kilogram agar bisa melakukan tindakan operasi tersebut. Ia menjalani operasi di bagian lambungnya yang membantu menurunkan berat badannya secara drastis dalam 30 bulan.


Dampak dari kondisinya tersebut membuat kemampuan penglihatan Evelyn memburuk, migrain, serta sakit kronis yang muncul setiap hari. Bahkan ia harus tidur dengan mesin CPAP untuk membantunya bernapas.


"Sebelumnya, saya tidak pernah berpikir untuk memperhatikan apa yang saya makan atau minum. Saya seorang ibu tunggal, sehingga saat terlalu lelah akan memilih untuk mengkonsumsi makanan cepat saji yang membuat berat tubuh saya semakin bertambah," kata Evelyn.


"Saya juga sangat menderita dengan depresi dan kecemasan. Jadi, saat saya stress, makan adalah jalan untuk menemukan rasa nyaman," lanjutnya.


Sampai saat ini, Evelyn tetap menjalani hidup sehatnya dengan mengkonsumsi makanan serta minuman yang sehat. Saat penyakit malformasi Chiari yang diidapnya tidak kambuh, ia juga berlatih angkat beban sambil menunggu waktu operasi otak yang akan dijalaninya.

https://tendabiru21.net/movies/2012/


6 Fakta Temuan WHO Soal Asal-Usul Corona, Hasil Investigasi di Wuhan


Setahun lebih tak terungkap, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya merilis hasil investigasi asal usul Corona. Tim investigasi WHO sebelumnya menjalankan misi untuk menguak sumber Corona ke China, Wuhan, sejak 16 hingga 24 Februari 2021.

Dari jenis hewan hingga rute penularan Corona pertama kali terungkap. Namun, ada beberapa hal yang juga belum terjawab atau berhasil diidentifikasi WHO.


Berikut rangkumannya dikutip dari laman resmi WHO, Selasa (30/3/2021).


COVID-19 berasal dari kelelawar

Dari analisis filogenetik yang dilakukan dengan whole genome sequencing, kelelawar terbukti menjadi asal usul Corona, ia merupakan reservoir virus SARS-CoV-2 atau COVID-19. Namun, host perantara yang lantas menularkan virus dari kelelawar ke manusia belum bisa diidentifikasi WHO.


Rute penularan COVID-19 di awal merebak

Seperti diketahui, rute penularan COVID-19 paling umum terjadi melalui percikan droplet dari orang yang terinfeksi Corona. Saat pertama kali Corona merebak di Wuhan, tidak ada bukti COVID-19 bisa menular lewat udara atau airborne transmission.


Sementara jejak COVID-19 pada feses memang ditemukan di beberapa pasien Corona China, tetapi hingga saat ini tidak ada bukti hal tersebut juga bisa menjadi media penyebaran Corona.

https://tendabiru21.net/movies/ritual-6/

Kanada Setop Sementara Vaksin AstraZeneca untuk 55 Tahun ke Bawah, Ada Apa?

 Kanada menyetop sementara penggunaan vaksin AstraZeneca pada usia di bawah 55 tahun. Peninjauan terkait manfaat dan risiko vaksin berdasarkan usia dan jenis kelamin menurut otoritas kesehatan setempat perlu dikaji sebelum kembali digunakan.

Penundaan vaksinasi pada usia 55 tahun ke bawah menanggapi laporan di Eropa terkait pembekuan darah yang jarang terjadi tetapi memicu kondisi serius. Beberapa orang ditemukan mengalami pendarahan hingga meninggal setelah vaksinasi, terutama pada wanita usia muda.


Meski begitu, tidak ada kasus serupa yang terjadi di Kanada. Sejauh ini, sekitar 307.000 dosis vaksin AstraZeneca sudah diberikan.


"Kami menghentikan sementara penggunaan vaksin AstraZeneca untuk orang dewasa di bawah usia 55 tahun, menunggu analisis manfaat risiko lebih lanjut," kata wakil kepala kesehatan masyarakat Kanada Howard Njoo dalam jumpa pers, dikutip dari Reuters.


Alasan penyetopan sementara vaksin AstraZeneca

Langkah kehati-hatian Kanada dilakukan lantaran stok vaksin lain masih tersedia. Sebagian besar pasokan vaksin Corona mereka dari Pfizer hingga Moderna.


Canada's National Advisory Committee on Immunization (NACI), sebuah panel ahli independen, mengatakan bahwa komplikasi pembekuan usai divaksin AstraZeneca belum jelas.


"Dari apa yang diketahui saat ini, ada ketidakpastian substansial tentang manfaat pemberian vaksin AstraZeneca COVID-19 kepada orang dewasa di bawah usia 55 tahun," jelas NACI dalam rilis tertulis.


Pihak Kanada mengaku sudah berkomunikasi dengan AstraZeneca mengenai rekomendasi NACI, dan akan segera mengungkap hasil penilaian. Terutama terkait manfaat dan risiko vaksin Corona AstraZeneca berdasarkan usia dan jenis kelamin.


Otoritas kesehatan Kanada tengah menimbang ketentuan baru soal vaksinasi AstraZeneca. Sebelumnya, banyak negara Eropa yang menangguhkan vaksin AstraZeneca usai adanya laporan pembekuan darah, tetapi Kanada tetap melanjutkan dengan alasan manfaat vaksinasi lebih besar daripada risikonya.


Kini, saat beberapa negara Eropa sudah melanjutkan vaksinasi AstraZeneca, Kanada menyetop sementara dengan kekhawatiran kasus pembekuan darah terjadi di usia dewasa muda.


Prancis lebih dulu melakukan vaksinasi Corona AstraZeneca di luar aturan regulator medis Eropa. Mereka mengatakan pada 19 Maret, vaksin AstraZeneca hanya boleh diberikan kepada orang-orang yang berusia di atas 55 tahun.


Prancis melakukan kebijakan tersebut pada temuan kasus pembekuan darah yang lebih banyak menyerang usia dewasa muda.


Pentingnya Asupan Multivitamin Meski Sudah Disuntik Vaksin

https://tendabiru21.net/movies/ritual-5/


Wanita Ini Harus Operasi Otak Gara-gara Obesitas, Kok Bisa?


Seorang wanita asal Texas diharuskan menjalani operasi akibat kelebihan berat badan atau obesitas yang dialaminya. Ia juga mengidap beberapa penyakit, salah satunya pada bagian otaknya.

Awalnya, wanita bernama Evelyn Morales LaGrange mengalami kelebihan berat badan sejak masa kanak-kanak. Namun, berat tubuhnya melonjak dengan cepat usai melahirkan putrinya pada 2007 silam.


Akibat bobot tubuhnya yang sangat besar, wanita 36 tahun tersebut didiagnosis mengidap hipotiroidisme pada 2009. Pada kondisi ini, kelenjar tiroid tidak menghasilkan cukup hormon yang mengatur metabolisme dan membuat bobot tubuhnya terus bertambah.


Dikutip dari Metro UK, Evelyn pun mengalami hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes, depresi, kecemasan, hingga dikucilkan orang-orang di lingkungan dan pasangannya.


Hingga pada Februari 2017, Evelyn tiba-tiba merasakan sakit di bagian belakang kepalanya sampai membuatnya kehilangan penglihatan dan rasa tidak nyaman di perutnya. Ia didiagnosis mengalami malformasi Chiari, kondisi yang ditandai dengan jaringan otak meluas ke tulang belakang karena ukuran otaknya terlalu besar untuk tengkoraknya.

https://tendabiru21.net/movies/ritual-4/