Rabu, 28 Oktober 2020

Mr P Sulit 'Tegang', Studi Sebut 52 Persen Pria Alami Disfungsi Ereksi

  Disfungsi ereksi atau impotensi adalah mimpi buruk bagi para pria. Bagaimana tidak, ketika pria mengalami disfungsi ereksi, aktivitas seksualnya akan jadi terganggu.

Menurut sebuah studi di Eropa, sebanyak 52 persen pria berusia 40-70 tahun mengalami disfungsi ereksi.


"Ditelusuri lebih lanjut, dari 50 persen pria ini, mereka tidak mengetahui atau mungkin pengertiannya salah mengenai impotensi pria ini," ucap dokter spesialis urologi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr Widi Atmoko, SpU(K), dalam sebuah webinar, Selasa (27/10/2020).


Apa itu disfungsi ereksi?

dr Widi menjelaskan, disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan pria dalam mencapai atau mempertahankan ereksi dengan baik untuk melakukan hubungan seksual.


"Ada dua hal, mencapai dan mempertahankan. Jadi kalau pasien sudah bisa ereksi, tapi dia tidak bisa mempertahankan ereksi yang lama, artinya pria tersebut sudah masuk dalam golongan disfungsi ereksi," jelasnya.


Apa faktor risiko disfungsi ereksi?

Menurut dr Widi, ada beberapa faktor risiko yang bisa menjadi pemicu pria mengalami disfungsi ereksi. Di antaranya sebagai berikut.


Obesitas

Merokok

Diabetes

Hipertensi

Kolesterol

Kurang aktivitas fisik

Penyakit jantung dan pembuluh darah.

Bagaimana mencegah disfungsi ereksi?

dr Widi mengatakan, disfungsi ereksi sangat berkaitan dengan gaya hidup. Maka dari itu, jika ingin terhindar dari risiko disfungsi ereksi, sebaiknya terapkan gaya hidup yang sehat.


"Gaya hidup yang aktif, sering berolahraga, dan pola makan sehat itu sangat membantu untuk menjaga fungsi ereksi," sarannya.

https://cinemamovie28.com/murder-at-honeymoon-hotel/


Vaksin Segera Tersedia, Kapan Pandemi Corona Bisa Berakhir?


Direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases Amerika Serikat, Dr Anthony Fauci mengatakan vaksin COVID-19 yang aman dan efektif untuk mengakhiri pandemi bisa tersedia dan didistribusikan pada tahun 2021.

"Kita akan tahu apakah vaksin aman dan efektif pada akhir November, awal Desember," kata Dr Fauci yang dikutip dari CNN International, Selasa (27/10/2020).


"Jumlah dosis yang akan tersedia pada Desember nanti pasti tidak akan cukup untuk memvaksinasi semua orang, jadi harus menunggu beberapa bulan hingga 2021," lanjutnya.


Menurutnya, vaksinasi terhadap 'sebagian besar populasi manusia' ini akan memberikan dampak signifikan terhadap penurunan infeksi COVID-19 yang ada saat ini.


Dengan jumlah dosis vaksin yang terbatas dan penerapan protokol kesehatan, Dr Fauci memprediksi akhir pandemi hingga masyarakat bisa menjalani kehidupan normal kembali pada kuartal tiga sampai empat tahun depan.


"Saya memperkirakan gabungan vaksin yang aman dan efektif serta penerapan protokol kesehatan yang ketat hingga kuartal tiga atau empat tahun depan, kita bisa menuju normalitas,".


RI Tetap Harus Bikin Vaksin COVID-19 Sendiri, Ini Alasannya


Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengatakan Indonesia perlu membuat sendiri vaksin vaksin virus Corona COVID-19. Akan sangat riskan jika Indonesia hanya bergantung kepada vaksin buatan luar negeri.

"Pada intinya indonesia adalah negara besar, 270 juta penduduk itu akan sangat riskan kalau kita hanya bergantung pada vaksin yang didatangkan dari luar," beber Menristek dalam siaran pers di BNPB melalui kanal YouTube Selasa (27/10/2020)


"Sehingga kita harus punya kemampuan, tidak hanya pada produksi, tapi juga ditahap penelitian dan pengembangannya," lanjutnya.


Untuk COVID-19, disebutkan oleh Menristek bahwa setelah diidentifikasi dan dikeluarkannya KEPPRES nomor 18 mengenai Tim Nasional Percepatan Pengembangan Vaksin Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Saat ini ada 6 institusi yang sedang mengembangakan vaksin COVID-19 di Indonesia.


"Ini luar biasa, artinya menunjukkan bagaimana kepedulian para peneliti, dosen untuk mencari solusi COVID-19. Keenam institusi tersebut adalah, lembaga Eijkman, LIPI, Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Airlangga," tambahnya.


Perkembangan penelitian dari keenam institusi tersebut akan memasuki tahapan uji coba pada hewan di 2020 hingga 2021 mendatang. Tetapi, Bambang memperkirakan yang paling cepat selesai adalah dari lembaga Eijkman.

https://cinemamovie28.com/standoff/

Petugas Medis Rusia Rekam Puluhan Jenazah Berserakan di Koridor Rumah Sakit

 - Sebuah video dari seorang pekerja medis di Rusia memperlihatkan puluhan jenazah pasien COVID-19 yang dibungkus plastik hitam. Jenazah-jenazah tersebut menumpuk di dalam kamar mayat, ruang pembedahan, hingga koridor di rumah sakit setempat.

"Mayat di mana-mana, mayat, mayat," kata pria yang bekerja sebagai pekerja medis tersebut dalam sebuah video yang dikutip dari Daily Mail, Selasa (27/10/2020).


Video tersebut diambil di Kota Novokuznetsk, di Siberia, sekitar 400 kilometer dari perbatasan Kazakhstan. Ini direkam saat Rusia mengalami gelombang kedua COVID-19.


Dalam video tersebut, petugas medis itu mulai menunjukkan koridor dengan kantong jenazah yang berserakan di lantai. Jenazah-jenazah tersebut tidak dimasukkan ke dalam kantong jenazah, tetapi hanya diletakkan di lantai dengan kondisi kaki menjuntai ke luar.


"Ini adalah ruang bedah. Mayat di mana-mana, kamu bahkan bisa tersandung dan jatuh. Kami benar-benar berjalan di atas kepala orang mati," ungkapnya dalam video tersebut.


Menanggapi video ini, Kementerian Kesehatan setempat di wilayah Kemerovo mengatakan bahwa itu adalah jenazah yang disimpan karena pembebasan yang tertunda. Totalnya ada 50 jenazah yang disimpan di rumah sakit tersebut.


"Mengingat peningkatan jumlah kasus selama tiga minggu terakhir, ada peningkatan jumlah kematian. Karena penundaan dalam pembebasan jenazah, sekitar 50 jenazah disimpan di sini," jelasnya.


Selain di Rusia, penumpukkan jenazah juga terjadi di rumah sakit di Barnaul, wilayah Altai. Dalam video tersebut terlihat sekitar 30 kantong hitam yang berisikan jenazah pasien COVID-19 yang disimpan di ruang bawah tanah rumah sakit tersebut.

https://cinemamovie28.com/unknown-origins/


Mr P Sulit 'Tegang', Studi Sebut 52 Persen Pria Alami Disfungsi Ereksi


 Disfungsi ereksi atau impotensi adalah mimpi buruk bagi para pria. Bagaimana tidak, ketika pria mengalami disfungsi ereksi, aktivitas seksualnya akan jadi terganggu.

Menurut sebuah studi di Eropa, sebanyak 52 persen pria berusia 40-70 tahun mengalami disfungsi ereksi.


"Ditelusuri lebih lanjut, dari 50 persen pria ini, mereka tidak mengetahui atau mungkin pengertiannya salah mengenai impotensi pria ini," ucap dokter spesialis urologi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr Widi Atmoko, SpU(K), dalam sebuah webinar, Selasa (27/10/2020).


Apa itu disfungsi ereksi?

dr Widi menjelaskan, disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan pria dalam mencapai atau mempertahankan ereksi dengan baik untuk melakukan hubungan seksual.


"Ada dua hal, mencapai dan mempertahankan. Jadi kalau pasien sudah bisa ereksi, tapi dia tidak bisa mempertahankan ereksi yang lama, artinya pria tersebut sudah masuk dalam golongan disfungsi ereksi," jelasnya.


Apa faktor risiko disfungsi ereksi?

Menurut dr Widi, ada beberapa faktor risiko yang bisa menjadi pemicu pria mengalami disfungsi ereksi. Di antaranya sebagai berikut.


Obesitas

Merokok

Diabetes

Hipertensi

Kolesterol

Kurang aktivitas fisik

Penyakit jantung dan pembuluh darah.

Bagaimana mencegah disfungsi ereksi?

dr Widi mengatakan, disfungsi ereksi sangat berkaitan dengan gaya hidup. Maka dari itu, jika ingin terhindar dari risiko disfungsi ereksi, sebaiknya terapkan gaya hidup yang sehat.


"Gaya hidup yang aktif, sering berolahraga, dan pola makan sehat itu sangat membantu untuk menjaga fungsi ereksi," sarannya.

https://cinemamovie28.com/fatal-frame/