Selasa, 04 Agustus 2020

Sleman Anggarkan Rp 750 Juta Beli Alat Uji Spesimen Corona, Agustus Siap Pakai

Pemkab Sleman dikabarkan membeli alat penguji spesimen swab. Targetnya pada pertengah Agustus, alat itu sudah sampai ke Sleman dan siap digunakan.
"Kami akan mengusahakan membeli alat untuk membaca swab. Nanti begitu kita punya alat itu pagi swab, siang atau sore bisa keluar hasilnya," kata Bupati Sleman, Sri Purnomo saat ditemui di Pendopo Parasamya, Pemkab Sleman, Senin (3/8/2020).

Menurutnya, dengan memiliki alat sendiri penanganan COVID-19 di Sleman akan lebih cepat. Termasuk nantinya jika ditemukan kasus konfirmasi positif, Pemkab cepat mengambil kebijakan.

"Sehingga, kita nanti bisa penanganannya lebih cepat. Kita akan beli sendiri dari Kabupaten Sleman," terangnya.

Diwawancarai di tempat yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Joko Hastaryo mengatakan alat yang dibeli hanya satu unit. Hal itu mengingat investasi untuk pembelian alat cukup mahal.

"Hanya satu alat untuk pemeriksaan sampel swab harganya Rp 750 juta," kata Joko.

Dia menjelaskan pertimbangan untuk membeli alat ini lantaran selama ini untuk uji spesimen masih bergantung di lab yang ada di DIY. Namun, kapasitas lab beberapa waktu ini penuh.

"Karena kita tergantung di lab lain dan itu sampelnya menumpuk sehingga ada keterlambatan hasil. Keterlambatan lab untuk mengeluarkan hasil itu bisa mencapai seminggu hingga sepuluh hari," terangnya.

Joko mencontohkan seperti peningkatan kasus positif Corona di Sleman beberapa waktu yang lalu merupakan hasil dari swab yang dilakukan sepuluh hari sebelumnya.

"Jadi misalnya kemarin ada peningkatan tinggi itu kasus bukan di tanggal itu tapi di 10 hari sebelumnya. Kalau baru diketahui 10 hari setelahnya kan terjadi penularan kemana-mana, itu kan repot," jelasnya.

Idealnya, kata dia, hasil swab bisa keluar dalam waktu sehari. Sehingga jika terjadi peningkatan kasus, pemerintah bisa cepat mengambil kebijakan.

"Lab itu idealnya satu hari hasilnya sehingga kalau ada yang positif langsung di tutup jangan sampai menular," tambahnya.

Dia berharap pada pertengahan Agustus alat itu sudah bisa turun. Nantinya, Dinkes bisa melakukan uji sampel swab secara mandiri di Labkesda milik Dinkes Sleman.

"Kapasitasnya 200 sampel perhari. Nanti ditempatkan di Labkesda Sleman. Mudah-mudahan alatnya di pertengahan Agustus sudah turun," tutupnya.

Soal Gelar Profesor, Hadi Pranoto 'Obat Corona': Anggap Saja Ndak Sekolah

 Hadi Pranoto, pria yang namanya sempat viral usai berdialog bersama penyanyi Anji enggan membuka riwayat pendidikannya. Dalam video yang viral, ia mengaku sebagai profesor mikrobiologi.
Obat herbal yang diklaimnya sebagai 'penemuan' juga diklaim bisa menyembuhkan penderita COVID-19 dan sudah diteliti sejak tahun 2000. Berbagai klaim ini menuai cibiran dan dinilai menyesatkan

"Penelitian sejak tahun 2000. Kajian kita lakukan itu adalah melihat kondisi perkembangan virus mulai dari SARS, MERS dan flu burung, dan itu memang pasti akan terjadi dan akan terulang lagi. Karena sebenarnya covid-19 ini sebenarnya dimulai dari perang di semenanjung korea 1940. Dan itu diledakan lagi pada kasus SARS dan MERS," beber Hadi saat juma pers di Jalan KH Abdullah Bin Nuh, Senin (3/8/2020).

"Pernah, kita sudah melakukan percobaan terhadap beberapa orang, yang terjangkit virus di luar covid ini, itu sembuh dengan obat ini. Kita lakukan uji coba di Indonesia, tahun 2014 kita sudah lakukan uji coba," imbuhnya

Lalu siapa sebenarnya Hadi Pranoto dan siapa saja anggota tim penelitiannya?
Hadi menyebut, timnya merupakan orang-orang yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda, mulai dari TNI hingga ahli mikrobiologi. Anggota tim risetnya, kata Hadi, merupakan sahabat-sahabat lamanya yang memiliki semangat yang sama untuk mendapat temuan baru yang bermanfaat untuk kepentingan kesehatan masyarakat.

"Kita adalah sahabat-sahabat lama yang berkumpul untuk melakukan kegiatan ini. Kita memang melihat kondisi alam yang begitu melimpah, dan kita ingin suatu temuan yang bermanfaat untuk kepentingan kesehatan manusia. Kemudian kita ajak mereka gotong royong dan bergabung dengan kkmuniyas penelitan kita," kata Hadi.

"Latar belakang kita berbeda-beda ya. Karena dari tim ini ada yang dari TNI, ada yang ahli mikro biologi, jadi banyak ya. Jadi kita gabungkan, kita eksplor potensi alam yang ada di Indonesia," imbuhnya.
https://indomovie28.net/maleficent-mistress-of-evil/

Viral 'Dosen' Swinger, Pakar Seks Ungkap 4 Fakta Gangguan Fantasi Seksual

Punya fantasi seksual sebenarnya wajar-wajar saja, tak selalu berarti gangguan seksual. Tetapi ada kalanya memicu perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Seperti yang tengah viral belakangan ini, seorang pria mengaku dosen dan melakukan pelecehan seksual dengan kedok riset swinger. Pria ini mengaku dibayangi fantasi swinger dan selalu ingin memuaskan fantasinya tersebut.

Beberapa fakta tentang fantasi dan gangguan seksual bisa disimak sebagai berikut:

1. Fantasi seks tak selalu karena gangguan seksual
Fantasi seksual memiliki dua kategori: wajar dan penyimpangan (parafilia). Menurut dr Heru Oentoeng, M Repro, SpAnd, seorang seksolog di RS Siloam Kebon Jeruk, fantasi seksual dikatakan normal apabila hanya mempengaruhi perubahan suasana, posisi, dan sentuhan-sentuhan saja.

"Kalau cuma fantasi, misalkan istrinya disuruh memakai seragam, atau atribut lainnya untuk sekali-kali, itu hanyalah variasi dalam konteks rumah tangga," ujar dr Heru saat diwawancarai detikcom, Senin (3/8/2020).

2. Gangguan seksual punya pola tertentu
Pengidap gangguan seks memiliki pola tertentu untuk mendapatkan gairah seksual. Misalnya, dengan mencium celana dalam, menyiksa pasangan, adanya ketertarikan seksual dengan binatang, benda-benda tertentu, dan bahkan anak-anak. Oleh sebab itu, seseorang tidak bisa langsung dinilai mengidap gangguan seksual jika mereka tidak memiliki objek yang berpola sama untuk mendapatkan puncak kenikmatan.

3. Banyak faktor penyebab
dr Heru mengungkapkan bahwa cukup sulit untuk mengetahui penyebab asli dari gangguan seksual. Akan tetapi ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi seseorang mengidap gangguan seksual. Faktor yang paling dicurigai adalah psikologi dan pengalaman. Ketika seseorang pernah dilecehkan dan membekas dalam batinnya, kejadian itu bisa berubah menjadi kenikmatan tersendiri baginya.

Faktor lainnya bisa dikarenakan genetik. Namun, dr Heru mengatakan bahwa belum bisa dipastikan sepenuhnya bahwa genetik bisa mempengaruhi gangguan seksual seseorang. Ada juga faktor hormonal, tetapi tidak semua kasus bisa disebabkan oleh faktor ini.

4. Bisa disembuhkan
Seseorang yang mengalami gangguan seksual, sebaiknya segera berkonsultasi pada psikiater untuk diperiksa tingkat keparahannya. Jika ada gangguan aktivitas seksual tertentu yang menggebu-gebu, sehingga membuatnya out of control yang akhirnya merugikan banyak orang (memperkosa, dan lainnya), maka bisa diberikan obat psikologis. Bahkan, bisa juga dikebiri kimia. Upaya ini dilakukan untuk menekan faktor hormonal, sehingga menekan gairah seksual orang itu.

Sleman Anggarkan Rp 750 Juta Beli Alat Uji Spesimen Corona, Agustus Siap Pakai

Pemkab Sleman dikabarkan membeli alat penguji spesimen swab. Targetnya pada pertengah Agustus, alat itu sudah sampai ke Sleman dan siap digunakan.
"Kami akan mengusahakan membeli alat untuk membaca swab. Nanti begitu kita punya alat itu pagi swab, siang atau sore bisa keluar hasilnya," kata Bupati Sleman, Sri Purnomo saat ditemui di Pendopo Parasamya, Pemkab Sleman, Senin (3/8/2020).

Menurutnya, dengan memiliki alat sendiri penanganan COVID-19 di Sleman akan lebih cepat. Termasuk nantinya jika ditemukan kasus konfirmasi positif, Pemkab cepat mengambil kebijakan.

"Sehingga, kita nanti bisa penanganannya lebih cepat. Kita akan beli sendiri dari Kabupaten Sleman," terangnya.

Diwawancarai di tempat yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Joko Hastaryo mengatakan alat yang dibeli hanya satu unit. Hal itu mengingat investasi untuk pembelian alat cukup mahal.

"Hanya satu alat untuk pemeriksaan sampel swab harganya Rp 750 juta," kata Joko.

Dia menjelaskan pertimbangan untuk membeli alat ini lantaran selama ini untuk uji spesimen masih bergantung di lab yang ada di DIY. Namun, kapasitas lab beberapa waktu ini penuh.

"Karena kita tergantung di lab lain dan itu sampelnya menumpuk sehingga ada keterlambatan hasil. Keterlambatan lab untuk mengeluarkan hasil itu bisa mencapai seminggu hingga sepuluh hari," terangnya.

Joko mencontohkan seperti peningkatan kasus positif Corona di Sleman beberapa waktu yang lalu merupakan hasil dari swab yang dilakukan sepuluh hari sebelumnya.

"Jadi misalnya kemarin ada peningkatan tinggi itu kasus bukan di tanggal itu tapi di 10 hari sebelumnya. Kalau baru diketahui 10 hari setelahnya kan terjadi penularan kemana-mana, itu kan repot," jelasnya.

Idealnya, kata dia, hasil swab bisa keluar dalam waktu sehari. Sehingga jika terjadi peningkatan kasus, pemerintah bisa cepat mengambil kebijakan.

"Lab itu idealnya satu hari hasilnya sehingga kalau ada yang positif langsung di tutup jangan sampai menular," tambahnya.

Dia berharap pada pertengahan Agustus alat itu sudah bisa turun. Nantinya, Dinkes bisa melakukan uji sampel swab secara mandiri di Labkesda milik Dinkes Sleman.
https://indomovie28.net/gun-woman-2/