Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan mungkin tidak akan pernah ada satu 'pengobatan ajaib' yang bisa menyelesaikan semua masalah virus Corona COVID-19. Bahkan, ketika para ilmuwan di seluruh dunia berlomba menemukan vaksin yang aman dan efektif untuk penyakit ini.
Meski berbagai macam pengobatan dan perkembangan calon vaksin Corona telah menunjukkan hasil yang baik, tetapi Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengingatkan masyarakat agar tetap melakukan semua tindakan pencegahan.
"Tidak ada 'peluru perak' saat ini dan mungkin tidak akan pernah ada," kata Tedros dalam konferensi pers, Senin (3/8/2020), dikutip dari CNBC.
Peluru perak merupakan kiasan yang berarti tidak ada satu solusi yang bisa menyelesaikan semua masalah sekaligus. Karena itu, Tedros mengimbau para pemimpin dunia untuk lebih cekatan dalam mengendalikan penyakit agar penyebaran virus Corona tidak semakin luas.
"Menguji, mengisolasi, dan merawat pasien serta melacak dan mengkarantina orang yang melakukan kontak fisik dengan mereka. Lakukan semuanya," jelasnya.
Selain itu, masyarakat dapat membantu dalam mencegah penularan virus Corona dengan cara menerapkan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, cuci tangan dengan sabun dan air, serta menjaga jarak minimal satu meter.
Viral 'Dosen' Swinger, Pakar Seks Ungkap 4 Fakta Gangguan Fantasi Seksual
Punya fantasi seksual sebenarnya wajar-wajar saja, tak selalu berarti gangguan seksual. Tetapi ada kalanya memicu perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Seperti yang tengah viral belakangan ini, seorang pria mengaku dosen dan melakukan pelecehan seksual dengan kedok riset swinger. Pria ini mengaku dibayangi fantasi swinger dan selalu ingin memuaskan fantasinya tersebut.
Beberapa fakta tentang fantasi dan gangguan seksual bisa disimak sebagai berikut:
1. Fantasi seks tak selalu karena gangguan seksual
Fantasi seksual memiliki dua kategori: wajar dan penyimpangan (parafilia). Menurut dr Heru Oentoeng, M Repro, SpAnd, seorang seksolog di RS Siloam Kebon Jeruk, fantasi seksual dikatakan normal apabila hanya mempengaruhi perubahan suasana, posisi, dan sentuhan-sentuhan saja.
"Kalau cuma fantasi, misalkan istrinya disuruh memakai seragam, atau atribut lainnya untuk sekali-kali, itu hanyalah variasi dalam konteks rumah tangga," ujar dr Heru saat diwawancarai detikcom, Senin (3/8/2020).
2. Gangguan seksual punya pola tertentu
Pengidap gangguan seks memiliki pola tertentu untuk mendapatkan gairah seksual. Misalnya, dengan mencium celana dalam, menyiksa pasangan, adanya ketertarikan seksual dengan binatang, benda-benda tertentu, dan bahkan anak-anak. Oleh sebab itu, seseorang tidak bisa langsung dinilai mengidap gangguan seksual jika mereka tidak memiliki objek yang berpola sama untuk mendapatkan puncak kenikmatan.
3. Banyak faktor penyebab
dr Heru mengungkapkan bahwa cukup sulit untuk mengetahui penyebab asli dari gangguan seksual. Akan tetapi ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi seseorang mengidap gangguan seksual. Faktor yang paling dicurigai adalah psikologi dan pengalaman. Ketika seseorang pernah dilecehkan dan membekas dalam batinnya, kejadian itu bisa berubah menjadi kenikmatan tersendiri baginya.
Faktor lainnya bisa dikarenakan genetik. Namun, dr Heru mengatakan bahwa belum bisa dipastikan sepenuhnya bahwa genetik bisa mempengaruhi gangguan seksual seseorang. Ada juga faktor hormonal, tetapi tidak semua kasus bisa disebabkan oleh faktor ini.
4. Bisa disembuhkan
Seseorang yang mengalami gangguan seksual, sebaiknya segera berkonsultasi pada psikiater untuk diperiksa tingkat keparahannya. Jika ada gangguan aktivitas seksual tertentu yang menggebu-gebu, sehingga membuatnya out of control yang akhirnya merugikan banyak orang (memperkosa, dan lainnya), maka bisa diberikan obat psikologis. Bahkan, bisa juga dikebiri kimia. Upaya ini dilakukan untuk menekan faktor hormonal, sehingga menekan gairah seksual orang itu.
https://indomovie28.net/pokemon-mewtwo-strikes-back-evolution/