Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengungkap satu cara untuk memperlambat penyebaran virus Corona COVID-19. Menurut CDC, cara ini bisa memperlambat dan mengurangi penularan hingga 86 persen.
Cara yang disarankan adalah dengan melakukan isolasi mandiri, sampai tes COVID-19 yang dilakukannya diketahui hasilnya. CDC mengatakan, selama waktu itu orang terinfeksi yang tidak menunjukkan gejala pun tidak mengisolasi dirinya, bisa saja menyebarkan virusnya ke orang lain.
Menurut salah satu pengawas pengujian tes COVID-19, Dr Brett Giroir, sebanyak 59 persen tes COVID-19 bisa diketahui hasilnya dalam waktu tiga hari. Sementara 47 persen lainnya bisa sampai 16 hari. Selama itulah mereka yang sedang menjalani tes harus mengisolasi diri.
"Jika orang yang dicurigai atau bahkan belum pasti diketahui terinfeksi COVID-19 tidak mengisolasi dirinya, virus itu bisa menyebar tanpa henti," kata Dr Pieter Cohen, dokter di Klinik Pernapasan Aliansi Kesehatan Cambridge, Boston.
Namun, Dr Christopher Ohl, profesor penyakit menular di Wake Forest Baptist Health, Winston-Salem, Carolina Utara, tidak terlalu yakin orang yang merasa dirinya sehat dan tidak menunjukkan gejala COVID-19 itu mau mengisolasi diri.
"Saya tidak yakin pasien tanpa gejala yang sedang menunggu hasil tes COVID-19 itu akan patuh untuk melakukan isolasi mandiri," ujarnya yang dikutip dari NBC News, Senin (3/8/2020).
Jika orang-orang yang bergejala COVID-19 atau tidak diisolasi, penyebaran COVID-19 bisa berkurang hingga 86 persen. Tetapi, jika mereka melakukan isolasi setelah gejala-gejala COVID-19 itu muncul, penularan hanya akan berkurang sebesar 40 persen.
Menurut Dr Gary Little, selaku kepala petugas medis di Atrium Health, Charlotte, Carolina Utara, tindakan isolasi ini tidak hanya melindungi diri sendiri dari penularan, tetapi juga orang lain.
"Bahkan jika kamu dinyatakan negatif, kamu masih tetap rentan terinfeksi virus ini dari orang lain," tegas Little.
"Tetap pakai masker, cuci tangan yang bersih, jaga jarak sosial, dan jauhi kerumunan orang. Itu adalah hal yang akan membantu kita mengurangi penyebaran penyakit," lanjutnya.
Viral Pelecehan Seks Berkedok Riset 'Swinger', Fantasi Apa Sih Itu?
Seorang pria yang mengaku bernama Bambang Ariyanto membuat video pengakuan telah melakukan pelecehan seksual dengan kedok penelitian.
Dalam video tersebut, yang kini telah dihapus dan tak lagi bisa diakses, pria yang mengklaim dirinya adalah seorang dosen menyatakan telah melakukan pelecehan seks dengan kedok penelitian terkait swinger.
"Saya Bambang Ariyanto ingin menjelaskan bahwa pernyataan saya mengenai rencana penelitian tentang swinger kepada banyak perempuan adalah bohong, karena sesungguhnya saya lebih ingin berfantasi swinger secara virtual semata. Hal itu dikarenakan kata swinger sering menghantui saya di setiap waktu," ucap Bambang.
Swinger atau disebut pesta seks adalah kecenderungan untuk mendapatkan kepuasan seksual saat bertukar pasangan. Swinger kerap mendapatkan kepuasan ketika melihat atau melakukan aktivitas seks bersama pasangan lain.
"(Pelaku swinger-red) Menyukai intimasi yang diciptakan dengan pasangan lain atau orang lain," kata terapis seks Matty Silver, dikutip dart Yahoo Lifestyle.
Selain mendapat kenikmatan ketika menonton pasangan berhubungan seks dengan orang, ada beberapa alasan lain pada pelaku swinger. Salah satunya dikarenakan ketidakpuasan seksual dari pasangan resminya.
Hanya saja perilaku ini tidak bisa diterima setiap kalangan dan tentunya ada banyak risiko kesehatan akibat perilaku seks yang tak wajar. Sebuah penelitian dt Belanda menemukan bahwa swinger berisiko tinggi untuk terkena herpes, HIV, dan klamidia.
https://cinemamovie28.com/buffalo-boys/