Senin, 29 Juni 2020

Ini Kandungan Hand Sanitizer untuk Cegah Gejala Corona

Selain mencuci tangan dengan sabun, hand sanitizer juga bisa menjaga kebersihan tangan. Langkah ini dilakukan guna mencegah gejala corona semakin menyebar, khususnya di Indonesia.
Hand sanitizer adalah pengganti sabun cuci tangan praktis. Kandungan hand sanitizer telah disempurnakan untuk membersihkan tangan untuk membunuh kuman.

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengkonfirmasi dua orang Warga Negara Indonesia (WNI) positif terjangkit virus corona. Saat ini, kedua pasien tersebut telah diisolasi di RSPI Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara.

Dikutip dari CDC, mencuci tangan menggunakan hand sanitizer dilakukan bila tidak ada air. Adapun, hand sanitizer yang mesti digunakan harus mengandung 60% alkohol.

Saat ini, beberapa tempat publik seperti perkantoran, MRT, hingga rumah sakit telah menyediakan hand sanitizer gratis. Biasanya, hand sanitizer tersebut ditempel pada beberapa sisi dinding sehingga mudah untuk diambil dan mencegah gejala corona.

Hand sanitizerdi Indonesia sendiri telah banyak bentuknya. Ada yang berbentuk gel, busa, hingga cairan spray. Sehingga masyarakat bisa mencegah tubuh dari gejala corona.

RSPI Sulianti Saroso Rawat 4 Pasien COVID-19, 2 Positif dan 2 Negatif

 RSPI Sulianti Saroso saat ini tengah merawat 4 pasien di ruangan isolasi. Sebanyak 2 pasien positif virus corona COVID-19 yang diketahui berasal dari Depok dan 2 pasien lainnya negatif.
Berdasarkan pantauan detikcom, yang berada di ruang isolasi berjenis kelamin 2 pria dan 2 wanita. Kedua pasien wanita ini yang berasal dari Depok.

"2 pasien (pria) itu negatif tapi masih ada di ruang isolasi. Sedang menunggu hasil tes keduanya," ujar Direktur Utama Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof. Dr. Sulianto Saroso, dr. Mohammad Syahril, Sp.P, pada Senin (2/3).

Dua pasien pria yang dirawat sebelumnya sudah dipastikan negatif dari COVID-19, namun masih dalam status Orang Dalam Pemantauan (ODP). Tapi, akan dipastikan kembali jika hasil tes kedua sudah keluar.

"Hasilnya akan keluar kemungkinan besok pagi. Jika baik, maka akan dipulangkan," imbuhnya.

Keempat pasien saat ini di rawat di ruang isolasi yang berada di lantai 1 RSPI Sulianti Saroso dan di gedung yang berbeda dengan pasien lain.

Pasien Positif Corona Asal Depok Bakal Dipulangkan Kalau Lolos Tes Ini

Dua pasien positif virus corona COVID-19 yang saat ini telah dirawat di RSPI Sulianti Saroso dijadwalkan akan melakukan tes swab kedua. Tes tersebut akan dilakukan 5 hari mendatang.
"Sudah dites sebelumnya, kondisinya baik dan sehat. Nanti akan dites swab lagi 5 hari mendatang," kata Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto di RSPI Sulianti Saroso, Senin (2/3).

Menkes mengatakan jika setelah tes kedua dinyatakan negatif dan keadaannya baik, kedua pasien akan dipulangkan.

"Hasilnya coba dihitung sendiri berapa hari setelah tes kedua itu. Kalau kondisinya baik, ya dipulangkan," jelasnya.

Menurut Menkes Terawan, masa inkubasi bisa lebih cepat ataupun lambat tergantung kondisi pasien. Jika kondisi baik, maksimal 14 hari bahkan bisa kurang dari jumlah itu.
https://indomovie28.net/uq-holder-episode-8/

Minggu, 28 Juni 2020

Mirip TikTok, YouTube Jajal Fitur Video 15 Detik

 YouTube sedang menjajal fitur baru untuk perangkat mobile yang memungkinkan pengguna merekam video 15 detik. Mau menyaingi TikTok?
Seperti dikutip dari Tech Crunch, para pengguna yang dilibatkan dalam uji coba ini akan melihat opsi 'buat video' (create a video) di aplikasi YouTube mereka.

Mirip seperti di TikTok, pengguna bisa tekan dan tahan (tap and hold) tombol rekam (record) untuk mulai membuat video. Proses ini diulang beberapa kali hingga mendapatkan video 15 detik yang oke.

Selanjutnya, YouTube akan menjahit keseluruhan clip yang sudah diambil dan membuatnya menjadi satu video utuh berdurasi 15 detik ketika pengguna selesai merekam. Mirip TikTok kan?

Pengenalan fitur ini juga berarti bahwa pengguna yang ingin merekam konten video mobile lebih dari 15 detik tidak bisa lagi merekamnya di aplikasi YouTube.

Jadi, buat yang ingin merekam video berdurasi lebih panjang, mereka harus merekamnya di ponsel kemudian mengunggahnya dari galeri smartphone untuk diposting ke YouTube.

Platform berbagi video itu tidak memberikan detail lain terkait pengujian fitur ini, seperti apakah nantinya akan menambahkan filter, efek, musik, AR, atau tombol untuk mengubah kecepatan video.

Belum diketahui pula apakah YouTube memang benar akan merilis fungsi ini untuk YouTube di perangkat mobile. Yang jelas, uji coba ini memperlihatkan YouTube tertarik memgikuti format dan fitur aplikasi video seperti yang dipopulerkan TikTok.

Ini juga bukan pertama kalinya YouTube meniru fitur yang sedang populer di aplikasi lain. Pada 2017, YouTube merilis fitur seperti Instagram Stories.

Seperti yang kalian lihat sekarang, di YouTube ada deretan video yang lebih kasual, tampilannya pun portrait mirip seperti Instagram Stories.

"Kami selalu bereksperimen dengan cara membantu orang lebih mudah menemukan, menonton, berbagi, dan berinteraksi dengan video yang paling berarti bagi mereka. Kami sedang menguji beberapa tool berbeda bagi pengguna untuk menemukan dan membuat video pendek," kata juru bicara YouTube.

"Ini adalah salah satu dari banyak eksperimen yang kami jalankan sepanjang waktu di YouTube, dan kami akan mempertimbangkan untuk meluncurkan fitur secara lebih luas berdasarkan masukan pada eksperimen ini," tambahnya.

Bill Gates: Awas Gelombang Kedua COVID-19 di AS

- Pandemi virus Corona di Amerika Serikat yang masih parah terus menjadi perhatian Bill Gates. Pendiri Microsoft ini bahkan memperingatkan potensi terjadinya gelombang kedua dalam waktu dekat.
Lewat program CNN Global Town Hall, Gates mengatakan jika warga AS masih menolak untuk mengenakan masker dan enggan melakukan social distancing, negara adidaya ini akan mengalami gelombang kedua COVID-19 di musim gugur.

"Perawatan yang lebih baik berhasil menurunkan kematian, tapi, khususnya memasuki bulan Oktober dan November, hal ini akan kembali dalam jumlah besar, jika kita tidak menekan perilaku kita lebih besar lagi dibanding saat ini," kata Gates dikutip detikINET dari Business Insider, Sabtu (27/6/2020).

Perilaku warga AS yang menolak mengenakan masker dan menjaga physical distancing disebut Gates sedikit tertolong dengan suhu hangat di musim panas. Tapi begitu temperatur menurun di musim gugur, AS harus bersiap menghadapi gelombang yang lebih besar.

"Cuaca sedikit membantu kita, bulan Mei akan menjadi lebih parah jika virus ini tidak begitu musiman. Dan sekarang kita tahu bahwa kita mendapat keuntungan dari musim panas," jelas Gates.

"Dan kekuatan infeksi akan menjadi lebih buruk di musim gugur, jadi semakin banyak alasan untuk tidak mengendurkan perilaku kita," sambungnya.

Kasus virus Corona di AS memang termasuk yang paling tinggi secara global. Data terbaru menyebutkan kasus positif di AS mencapai 2,4 juta dengan angka kematian 124 ribu jiwa.

Menurut pria berusia 64 tahun ini, tingginya angka ini disebabkan oleh kurangnya contact tracing dan penerapan karantina serta keengganan masyarakat untuk menggunakan masker. Penggunaan masker di AS memang dipolitisasi dan beberapa kelompok politik memutuskan untuk tidak mengenakan masker.
https://nonton08.com/cast/jeffrey-donovan/