Minggu, 29 Maret 2020

Penutupan Gunung Gede Pangrango Diperpanjang untuk Cegah Corona

Pengelola Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGGP) memperpanjang masa penutupan pendakian Gunung Gede Pangrango untuk meminimalkan penyebaran virus Corona.

Semula penutupan jalur pendakian dilakukan mulai 31 Desember 2019 hingga 31 Maret 2020, dengan tujuan untuk mengembalikan ekosistem Gunung Gede setelah selama beberapa bulan dipadati pengunjung. Namun belum dipastikan kapan pendakian dibuka kembali.

"Penutupan selama tiga bulan itu memang rutin dan jadi agenda setiap tahun, untuk memperbaiki ekosistem lingkungan dari Taman Nasional ini," ujar Humas TNGGP, Poppy Oktadiani, kepada detikcom saat dihubungi melalui telepon seluler, Minggu (29/3/2020).

Penutupan itu ditetapkan melalui surat edaran nomor 407/BBTNNGP/Tek.P2/3/2020 yang disampaikan melalui website resmi TNGGP.

Poppy bilang dalam surat tersebut tidak dicantumkan sampai kapan perpanjangan penutupan dilakukan. Pasalnya pihak TNGGP akan melihat kondisi dan situasi terkini perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia.

"Jadi tergantung situasinya, kalau sudah berangsur membaik maka akan segera dibuka. Makanya tidak dicantumkan sampai kapan penutupannya," ujar Poppy.

Selain pendakian, pihaknya juga melakukan penutupan tempat-tempat wisata lainnya di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango untuk meminimalisir risiko semakin meluasnya virus Corona.

Selama perpanjangan penutupan jalur pendakian, taman nasional akan meningkatkan pengawasan dan patroli mulai dari pos masuk hingga sejumlah jalur pendakian. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi pendakian ilegal yang memaksa masuk ke dalam kawasan konservasi.

"Kami libatkan juga para relawan, termasuk masyarakat di sekitar hutan untuk mencegah pendakian ilegal," dia menjelaskan.

Penjelasan Hotel Aryaduta Soal Paket Karantina Corona yang Viral

Beredar pesan broadcast berisi Hotel Aryaduta menyediakan paket karantina eksklusif Corona. Hotel Aryaduta pun memberikan penjelasan.

Belakangan ini, beredar pesan broadcast yang menyebar via Whatssapp, tentang Hotel Aryaduta yang menyediakan paket isolasi mandiri di hotel mereka buat para traveler. Program dengan nama Comfort in Self-Isolation itu ditawarkan dengan harga Rp 850.000/hari.

Greg Allan, president Aryaduta Hotel Group, angkat suara tentang kabar tersebut. Greg menyatakan program tersebut khusus untuk tamu Hotel Aryaduta.

"Kami menyadari bahwa beberapa tamu masih datang ke hotel kami, tanpa menyatakan maksud untuk melakukan isolasi mandiri. Hal ini telah menimbulkan risiko yang seharusnya bisa dihindarkan terhadap tamu lain dan juga karyawan kami," kata Greg dalam keterangannya kepada detikTravel, Minggu (29/3/2020).

"Bagi para tamu dimaksud yang ingin melakukan isolasi mandiri, Aryaduta akan menyediakan program Comfort in Self-Isolation. Para tamu yang ingin melakukan isolasi mandiri di hotel kami dapat melakukannya dengan mem-booking program dimaksud. Setiap tamu wajib menyatakan kalau ingin melakukan isolasi mandiri," dia menambahkan.

Program Comfort in Self-Isolation tersebut mencakup akomodasi dan termasuk tiga kali makan per hari. Langkah-langkah pencegahan operasional yang direkomendasikan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan tamu dan karyawan juga telah dilakukan.

"Staf kami telah dilatih dengan sangat baik untuk mengikuti protokol ketat terkait physical distancing dan higienitas. Protokol dimaksud telah disarankan oleh Siloam Hospital Group untuk meminimalkan risiko penularan," kata dia.

Menelusuri Momen 17-an di Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang diperingati setiap tanggal 17 Agustus merupakan peristiwa mahapenting bagi bangsa Indonesia. Jejaknya bisa kita jumpai di museum ini.

Sebelum proklamasi itu dibacakan di Jl.Pegangsaan, perumusan naskahnya dilakukan oleh banyak tokoh Indonesia. Perumusan naskah proklamasi dilakukan di rumah seorang tokoh Jepang bernama Laksamana Muda Tadashi Maeda. Rumah itulah yang saat ini bernama Museum Perumusan Naskah Proklamasi (Munasprok) di Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat.

Bangunan bergaya art deco eropa ini tampak terjaga dengan baik. Meski berdiri sejka tahun 1920-an cat dinding putih bersih dengan pintu dan bingkai jendela berwarna kuning, selalu diperbaharui sebelum perayaan kemerdekaan tanpa menghilangkan keasliannya.

Museum ini terdiri dari dua lantai. Lantai bawah dari rumah ini memiliki ruangan-ruangan yang memiliki sejarah penting. Sementara itu, lantai atas berisi benda-benda koleksi museum seperti buku, pita rekaman dan dokumentasi perjalanan sejarah kemerdekaan Indonesia.

Ketika memasuki bangunan ini tampak disebelah kiri merupakan ruang pertemuan. Ruangan ini merupakan tempat diterimanya Ir.Soekarno, Drs.Moh Hatta dan Mr. Ahmad Soebardjo diterima Laksamana Muda Maeda. Ketiga tokoh ini tiba pukul 22.00 sekembali dari Rengasdengklok.

Di sebelahnya terdapat ruangan yang lebih luas yaitu ruangan perumusan. Di sinilah konsep naskah proklamasi dirumuskan oleh ketiga tokoh penting tersebut. Patung ketiganya pun terlihat sedang mendiskusikan isi naskah. Di salah satu dinding nampak gambar naskah yang masih dalam bentuk tulisan tangan dari Ir.Soekarno.

Beranjak keruangan besar lainnya, ruangan pengesahan. Ruangan ini merupakan ruang dimana naskah proklamasi disetujui oleh hadirin yang terdiri dari 40-50 orang. Dapat dilihat gambar naskah yang sudah diketik dan atas nama bangsa Indonesia ditandatangani Ir.Siekarno serta Moh.Hatta. Kita juga bisa melihat foto dari 50 orang yang hadir dalam ruangan tersebut.

Sebelum menelusuri tangga ke lantai atas, kita biaa menemui sebuah ruangan kecil dibawah tangga. Ruangan ini menjadi saksi naskah proklamasi diketik oleh Sayuti Melik dan didampingi oleh BM Diah. Kejadian tersebut diabadikan dalam bentuk patung keduanya.

Di lantai atas masih dengan dinding bercat putih dan pintu serta bingkai jendela berwarna kuning. Dindingnya penuh dengan gambar-gambar yang menunjukkan perjuangan bangsa Indonesia. Pertemuan para tokoh penting di dalam dan luar negeri, pertemuan Bung Karno dan Jendral Sudirman, sejarah agresi militer Belanda dan peristiwa penting lainnya.

Beberapa benda yang menjadi saksi bisu sejarah juga dipamerkan disini. Majalah yang berisi pidato peringatan kemerdekaan, piringan hitam yang merekam proklamasi kemerdekaan pertama kali, uang kertas kuno serta berbagai benda bersejarah lainnya.

Museum ini menjadi sangat penting mengingat sejarah yang dimiliki. Semoga dengan adanya museum ini, bnagsa Indonesia bisa lebih menghargai perjuangan para pahlawan.

Kita bisa mengunjungi museum ini setiap hari Selasa - Minggu. Hanya dengan membayar tiket sebesar Rp 1.000 - Rp. 2.000 kita sudah bisa menambah pengetahuan sejarah bangsa Indonesia.