Di tengah banyaknya pilihan berbagai metode sunat medis, sebagian masyarakat masih mengandalkan teknik sunat tradisional. Selain tentunya lebih ekonomis, beberapa metode sunat tradisional diklaim lebih cepat proses maupun pemulihannya.
Salah satu metode sunat tradisional yang masih eksis di ibukota adalah khitan tradisional ala 'Bengkong' Betawi. Prosesnya tidak menggunakan bius dan disebut-sebut hanya memakan waktu pengerjaan dalam hitungan menit.
https://trimay98.com/movies/pelepas-saka/
Haji Mahfudz Zayadi, seorang bengkong alias juru sunat tradisional Betawi yang praktik di jalan Mampang Prapatan Jakarta Selatan telah menyunat laki-laki beragam usia sejak 1989. 'Bengkong Si Pitung' begitu Mahfudz menamai bisnis khitannya.
Dikisahkannya, keterampilan menyunat tanpa bius ini adalah bakat turun-temurun dari kakek buyut. Semasa Bengkong Si Pitung masih dikerjakan oleh ayahnya, Mahfudz sering menonton aksi sunat dan membantu sebagai 'kenek'.
"Peralatannya semua cara tradisional, cara kampung kalau orang Betawi bilang kebetulan saya orang Betawi. Tradisional alat-alatnya semua, kecuali obat itu lain. Kebetulan saya ini generasi ke-4, dari kakeknya kakek, ke orangtua, lalu ke saya. Alhamdulillah saya mulai berkiprah sejak 1989 sampai sekarang," kata Mahfudz saat ditemui di Jakarta, Jumat (4/6/2021).
Berbeda dengan sunat medis oleh dokter, Mahfudz tak menggunakan suntikan bius. Pasien yang datang dipersilakan duduk di bangku kayu yang ia siapkan di teras rumahnya.
Dibantu oleh anak Mahfudz, pasien dipangku dan dipegangi dalam keadaan sudah membuka celana. Dalam hitungan menit, Mahfudz menuntaskan pengerjaan khitan berbekal seperangkat alat penjepit dan pemotong.
"Kalau dokter, disuntik dulu (dibius), digunting, dijahit. Itu kontradiksi perbedaannya saya dengan dokter, bertolak belakang. Kalau dokter setelah khitan keluar darah, bingung kenapa kan sudah dibius, dijahit. Kalau saya tradisional, langsung saja. Dibuka, ambil ujungnya, dijepit, langsung potong. Makanya singkatannya Sipitung (Jepit, Potong Ujung)," terang Mahfudz.
Dengan 'disclaimer' tidak mau dibanding-bandingkan dengan metode sunat medis, Mahfudz menyebut waktu pemulihan pasca sunat dengan metode tradisional ini berdasarkan pengalaman relatif singkat.
Soal lebih cepat sembuh tentu ada penjelasannya. Sunat yang dikerjakan Mahfudz bisa lebih cepat sembuh lukanya karena tidak menggunakan penutup luka berupa kain khusus atau klem sehingga penis lebih cepat kering karena terkena angin.
Setelah khitan, Mahfudz membekali pasien dengan obat untuk mempercepat penghentian aliran darah. Jika darah masih terus mengalir, Mahfudz menyarankan agar penis pasien dikenai putih telur sembari ditadah kapas. Tujuannya, merekatkan kulit penis yang terbuka dan menghentikan aliran darah. Waduh, apa nggak malah infeksi ya?
Namun pada dasarnya, berdarah saat sunat menurut Mahfudz adalah hal yang wajar. Hampir semua metode sunat punya risiko perdarahan.
"Kulit dipotong, diiris kan pasti keluar darah. Almarhum orangtua saya suka bercanda. Kalau saya potong lalu nggak keluar darah, ini orang apa bukan?" pungkas Mahfudz sembari tertawa.