Pemerintah Provinsi DKI mengungkap pengunjung di pasar Tanah Abang membludak hampir 200 persen melebihi kapasitas menjelang Lebaran. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan terjadi lonjakan luar biasa pengunjung pada akhir pekan, sekitar 87 ribu orang berkunjung ke Tanah Abang.
Pantauan detikcom di Blok A dan Blok B Pasar Tanah Abang, Jakpus, para pengunjung terlihat berdesak-desakan saat berbelanja tanpa jaga jarak. Terlihat juga ada yang tidak memakai masker.
Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Dr dr Tri Yunis Miko Wahyono menduga akan terjadi lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia setelah Lebaran nanti, melihat adanya lautan manusia yang muncul di Pasar Tanah Abang.
"Kasus sekarang ini sudah tinggi, kalau terjadi kerumunan lagi di pasar-pasar waduh rasanya lebaran nanti kita panen (kasus COVID-19). Sangat mungkin risikonya seperti India," kata Miko saat dihubungi detikcom, Minggu (2/4/2021).
Miko menyayangkan tidak adanya antisipasi yang dilakukan pemerintah terkait kerumunan jelang Lebaran. Ketidakseriusan dalam menangani pandemi COVID-19 memunculkan kerumunan yang bisa berujung pada lonjakan kasus.
Diwawancara terpisah, Pakar epidemiologi dr Dicky Budiman dari Universitas Griffith Australia juga mewanti-wanti kerumunan Tanah Abang bisa menimbulkan lonjakan kasus seperti yang terjadi di India.
"Kita kan levelnya community transmission, level terparah itu community transmission, dan yang memberikan itu kan WHO, kita ada di level itu," kata dr Dicky.
Virus Corona sangat mudah menyebar di tempat dengan banyak orang berkumpul dan di keramaian. Virus Corona bukanlah penyakit main-main, penularannya bisa sangat cepat dan menginfeksi banyak orang.
Upaya pencegahan COVID-19 perlu dimaksimalkan dengan protokol kesehatan mencakup pakai masker, rajin mencuci tangan, menjaga jarak fisik minimal satu meter dengan orang lain, jika memungkinkan hindari tempat ramai atau tempat tertutup dengan ventilasi yang buruk.
https://trimay98.com/movies/arena-of-the-street-fighter/
Apa Itu Guillain-Barre Syndrome, Penyebab Guru Susan Lumpuh Usai Vaksin
Guru honorer asal Sukabumi dilaporkan mengalami kelumpuhan dan gangguan penglihatan usai vaksinasi COVID-19 tahap kedua. Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Prof Hindra Irawan Satari mengatakan hasil investigasi menunjukkan guru Susan mengidap guillain barre syndrome (GBS).
"Diagnosis dari DPJP RSHS: guillain barre syndrome," katanya.
Prof Hindra menerangkan kondisi GBS yang dialami guru Susan tidak terkait dengan vaksin COVID-19. Tidak cukup bukti untuk menunjukkan adanya keterkaitan KIPI dengan imunisasi yang diberikan.
Dikutip dari laman CDC, sindrom Guillain-Barre (GBS) adalah kelainan langka di mana sistem kekebalan tubuh merusak sel saraf, menyebabkan kelemahan otot dan terkadang kelumpuhan. Meskipun penyebabnya tidak sepenuhnya dipahami, sindrom ini sering kali terjadi setelah infeksi virus atau bakteri.
Kelemahan dan kesemutan biasanya merupakan gejala pertama.
Sensasi ini bisa menyebar dengan cepat, akhirnya melumpuhkan seluruh tubuh. Dalam bentuk yang paling parah, sindrom Guillain-Barre adalah keadaan darurat medis. Kebanyakan orang dengan kondisi tersebut harus dirawat di rumah sakit untuk menerima perawatan.
Belum ada obat yang diketahui untuk sindrom Guillain-Barre, tetapi beberapa perawatan dapat meredakan gejala dan mengurangi durasi penyakit. Meskipun kebanyakan orang sembuh dari sindrom Guillain-Barre, angka kematiannya adalah 4-7 persen.
Antara 60-80 persen pengidapnya mampu berjalan dalam enam bulan. Pasien mungkin mengalami efek yang menetap, seperti kelemahan, mati rasa atau kelelahan.
Pernah dikaitkan dengan vaksin
Di masa lalu, vaksinasi (terutama vaksin flu yang digunakan di AS selama wabah flu babi tahun 1976) dikaitkan dengan peningkatan risiko sindrom Guillain-Barré. Tetapi penelitian menemukan kecil kemungkinan bisa terkena kondisi ini setelah vaksinasi.
Untuk mempelajari apakah vaksin baru menyebabkan GBS, CDC biasanya akan membandingkan tingkat kejadian GBS pada populasi biasa dengan tingkat GBS yang diamati pada orang usai vaksinasi. Ini membantu untuk menentukan apakah suatu vaksin dapat menyebabkan lebih banyak kasus.